Liputan6.com, Jakarta Geliat pariwisata dan ekonomi kreatif semakin terlihat pasca pandemi Covid-19 melandai. Banyak rangkaian acara yang digelar oleh berbagai pihak untuk memulihkan ekonomi pasca pandemi. Salah satunya adalah Jakarta Digital Art Festival yang akan digelar pada 3 hingga 4 Desember 2022 di Museum Seni Rupa dan Keramik, Kota Tua Jakarta.
Acara tersebut diinisiasi oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta guna memaksimalkan kontribusi kreatif dan sub sektor seni rupa untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Ada beberapa hal yang menarik dari gelaran Jakarta Digital Art Festival nanti, salah satunya adalah penggunaan teknologi digital video projection mapping. Konsep kreatif yang dihadirkan pertama kali di Indonesia tersebut dapat membuat masyarakat bisa lebih menikmati karya seni dengan lebih atraktif.
Advertisement
Selain penggunaan teknologi video projection mapping, ada berbagai keseruan lainnya yang akan dihadirkan. Apa saja? Simak selengkapnya di bawah ini!
Kombinasi Seni Tradisional dan Digital
Jakarta Digital Art Festival merupakan sebuah acara yang menggabungkan antara karya seni tradisional dengan karya seni digital.
Elisabeth Natalia dari Videre Kreasi Visual selaku pihak yang menyediakan konten seni digital dari acara Jakarta Digital Art Festival mengatakan bahwa ia ingin membuat karya seni jadi lebih hidup.
“Kami mau mengombinasikan karya seni tradisional dengan karya seni digital. Dengan kemajuan teknologi saat ini, kedua karya tersebut dapat dibuat menjadi karya yang lebih hidup. Lewat Jakarta Digital Art Festival, kami mengolaborasikan karya seni lukis maestro pelukis Indonesia dengan video projection mapping,” paparnya.
Selain itu, acara dengan penggunaan teknologi video project mapping ini pun menjadi yang pertama kalinya digelar. Menurut Elisabeth, acara tersebut bukan hanya yang pertama digelar di Jakarta, tetapi juga yang pertama kali digelar di Indonesia.
Advertisement
Tribute untuk S. Sudjojono
Untuk para pencinta seni, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama maestro satu ini. S. Sudjojono, maestro yang dikenal sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia.
Julukan tersebut didapatkannya karena beliau merupakan seniman pertama Indonesia yang mengenalkan modernitas seni rupa Indonesia yang sesuai dengan realitas.
Sudjojono kerap menggambarkan orang-orang Indonesia dalam kegiatan kehidupan sehari-hari dan masalah mereka sesuai dengan perkembangan Indonesia yang sedang berjuang melawan penjajah pada masa itu, karena beliau sangat nasionalis. Karena hal itu, beliau layak disebut sebagai pelopor seni lukis modern Indonesia.
“Ketika kebanyakan lukisan pada zaman itu menggambarkan romantisme negeri Indonesia, seperti sawah yang hijau menguning, gunung, dan langit yang biru, Sudjojono menggaungkan bahwa seni harus menggambarkan realitas bangsa yang pada saat itu tengah berjuang melawan penjajah," tulis Santy Saptari dalam buku Sultan Agung dalam Goresan S. Sudjojono.
Sudjojono juga salah satu pendiri asosiasi seniman Indonesia pertama di Indonesia yaitu PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), SIM (Seniman Muda Indonesia), mentor seni di departemen budaya POETRA dan Keimin Bunka Shidosho.
Dalam berbagai karyanya, S. Sudjojono ingin menampilkan cerminan isi hati dan pikirannya dalam berbagai periode kehidupan yang dijalaninya, serta gambaran bagaimana ia melihat dirinya sendiri.
Ungkapan S. Sudjojono tentang keseniannya adalah “jiwa ketok” yang berarti “jiwa yang tampak”, karena keberaniannya untuk jujur terhadap apa yang dilihat dan dirasakannya.
“Sebagai pelukis, Sudjojono sangat memerhatikan masalah regenerasi. Sepanjang kariernya ia memiliki perhatian besar dalam hal mendidik generasi baru pelukis Indonesia,” tulis Bondan Kanumoyoso dalam buku Autobiografi Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya.
Selain pelukis, Sudjojono merupakan seseorang pemikir, pendidik, dan penulis yang produktif dengan karya mulai dari lukisan, sketsa, gambar, seni publik, pematung dan relief, serta karya keramik dan furnitur. Sudjojono juga terkenal dengan keseriusan dan komitmennya dalam melakukan riset dan studi terlebih dahulu sebelum membuat suatu karya.
Di Jakarta Digital Art Festival akan menghadirkan tribute untuk sang maestro seni rupa Indonesia tersebut. Melalui acara ini, karya lukis dari S. Sudjojono akan dikreasikan dalam bentuk karya seni digital video projection mapping.
“Ada beberapa alasan kenapa kami memilih S. Sudjojono. Event ini digelar di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta, di mana karya S. Sudjojono banyak dijumpai di sana, selain itu kami juga ingin memperkenalkan salah satu destinasi wisata prioritas, Kawasan Kota Tua yang telah selesai direvitalisasi dengan cantik dan menjadi kawasan rendah emisi," papar Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta Andhika Permata.
Seni lukis yang tergolong dalam subsektor seni rupa dalam 17 sub sektor ekonomi kreatif yang merupakan suatu peradaban yang menjadi kekayaan dan harus dimanfaatkan keberlanjutannya.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk bukti kehadiran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam upaya membentuk ekosistem di subsektor seni rupa.
"Selain itu, beberapa karya S. Sudjojono banyak menggambarkan daerah di Jakarta. Alasan terakhir, karena S. Sudjojono pastinya merupakan salah satu legenda pelukis Indonesia," tambah Andhika.
Terdapat Museum Immersive Experience
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan Jakarta Digital Art Festival yang juga menghadirkan konsep museum immersive experience.
Dalam konsep museum seperti itu, setiap pertunjukan karya S. Sudjojono hanya dibatasi sebanyak 50 orang. Pengunjung yang masuk akan dimanjakan oleh berbagai pertunjukan sebelum menikmati karya S. Sudjojono.
Mulai dari pertunjukan Magical Forest. Pertunjukan berdurasi 3 menit ini menampilkan video mapping show ‘Hutan Tropis Indonesia dengan Beragam Flora yang Berwarna-warni’.
Selain itu, ada 4 scene yang akan ditampilkan, yaitu Hutan Tropis Hijau, Hujan dan Petir di Hutan Tropis, Bunga Warna-Warni Muncul, dan Hutan Tersibak Secara Perlahan dan Muncul Judul Event ‘Jakarta Digital Art Festival’.
Setelah itu, ditampilkan motion art dari beberapa karya S. Sudjojono. Adapun karya sang maestro yang bisa dinikmati, seperti Maka Lahirlah Angkatan ‘66, Prambanan Seko, Tanjung Priok, Tiga Wanita di Atas Bukit, Pak Karso, dan Gadis Sumatera.
Satu per satu lukisan akan membesar dan diberi sentuhan effect motion dengan durasi dua menit, sehingga lukisan tersebut terasa hidup.
Tidak Dipungut Biaya Tambahan
Jakarta Digital Art Festival semakin menunjukkan bahwa seni bisa dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat. Bagaimana tidak? Acara ini semakin inklusif atau terbuka karena masyarakat yang hadir di Museum Seni Rupa dan Keramik hanya cukup membayar tiket masuk museum saja tanpa dipungut biaya tambahan lainnya.
Jika kalian ingin menikmati karya seni S. Sudjojono dengan lebih atraktif, kalian bisa langsung datang ke Museum Seni Rupa dan Keramik yang berada di Kawasan Kota Tua Jakarta pada 3-4 Desember 2022. Museum Seni Rupa dan Keramik ini sendiri buka mulai Selasa-Minggu, jam 10.00 - 20.00 WIB.
(*)
Advertisement