Secuplik Usaha Membangkitkan Kesadaran Pilah Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Liar

Lahan kosong terlantar ini dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah liar. Usaha penyadaran pun dilakukan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 12 Des 2022, 16:01 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 16:01 WIB
Secuplik Usaha Membangkitkan Kesadaran Pilah Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Liar
Sejumlah anak memungut dan memilah sampah dari tempat pembuangan sampah liar di Muara Baru, Jakarta Utara. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Sebidang tanah kosong di dekat Pos Pintu Dermaga 6, Muara Baru Penjaringan, Jakarta Utara, berubah menjadi tempat pembuangan sampah liar. Beragam jenis sampah bisa ditemukan di sana, dari kantong kresek, stirofoam, hingga pecahan beling.

Tumpukan sampah itu menyebar di berbagai titik. Meski baunya tidak menyengat saat saya dan rombongan relawan yang dikoordinir The Antheia Project tiba di lokasi pada Sabtu, 3 Desember 2022, timbunan sampah itu menghasilkan lindi yang mengalir di sela-sela cekungan, membentuk seperti sungai kecil.

Di sisi lain, anak-anak kampung sekitar memanfaatkan lahan bekas pabrik bantalan kereta itu sebagai tempat bermain. Di tanah bekas puing, mereka memanfaatkannya untuk bermain bola. Sementara, kali yang dialiri lindi dimanfaatkan untuk memancing ikan impun. Tak tahu pasti apakah ikan tangkapan tersebut hanya untuk dipelihara atau dimakan di rumah.

Mian (70), perempuan asli Kuningan yang menetap di pemukiman sekitar sejak 40 tahun lalu menuturkan, lahan kosong itu awalnya sengaja dihancurkan pemilik lahan untuk bisa dibangun pabrik lain. Namun, ia keburu meninggal dan lahan pun dibiarkan kosong.

"Jarang didatengin (oleh pemilik), akhirnya jadi tempat pembuangan sampah. Yang buang siapa aja, termasuk warga sekitar," celotehnya kepada Liputan6.com.

Ia tak terlalu ingat sejak kapan lahan tersebut menjadi tempat pembuangan sampah liar. Hanya saja, tempat itu sudah dikosongkan sejak awal 2000-an. Dimulai satu orang, warga lain kemudian ikut-ikutan buang sampah dan tak ada yang mengingatkan. 

"Harusnya berhenti (buang sampah sembarangan), tapi kalau cuma satu (yang berhenti), enggak akan ngaruh," ujarnya.

Berangkat dari situasi tersebut, Beach Clean Up Vol. 4 digelar di tempat itu dengan melibatkan warga dari tiga RT. Berbalut ajakan kerja bakti dan suvenir menarik, warga yang mayoritas kaum ibu dan anak-anak diajak mengumpulkan dan memilah sampah di tempat tersebut.

Memilah Sampah

Secuplik Usaha Membangkitkan Kesadaran Pilah Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Liar
Para relawan dan warga memungut dan memilah sampah dari tempat pembuangan sampah liar di Muara Baru, Jakarta Utara. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sebelum diajak membersihkan lokasi, mereka diedukasi tentang tanggung jawab dan pentingnya memilah sampah, terutama yang dihasilkan di rumah masing-masing.

"Sampah ini jadi tanggung jawab kita bersama," ujar Agnes Swastikarina Gusthi, Koordinator Pokja Tata Laksana Produsen dan Kemitraan Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Ia menyebut, Indonesia menghasilkan sekitar 68 juta ton sampah per 2021 dan diperkirakan naik menjadi 70 juta ton pada tahun ini. Sampah dapur menjadi salah satu penyumbang terbesar. Jumlah tersebut, kata dia, bisa ditekan bila setiap rumah tangga memilah sampah di rumahnya masing-masing.

"Sampah itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi tanggung jawab individu. Pemerintah punya keterbatasan infrastruktur. Sebagai masyarakat, harus turut serta berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengolah sampah. Minimal hari ini sudah mulai memilah sampah," imbuh dia.

Pola lama pengelolaan sampah yang menganut cara kumpul-angkut-buang sudah tidak lagi relevan. Dengan memilah, sampah bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna. Misal, sampah organik yang terkumpul bisa dijadikan kompos untuk menyuburkan tanaman. Tanaman itu dikonsumsi anak-anak, gizi mereka pun bertambah.

Selain memilah, warga juga diajak mengurangi jumlah sampah dengan cara-cara sederhana, seperti menghabiskan makanan. Mengambil makanan secukupnya lebih baik daripada terbuang percuma. "Makanan itu berkah bagi kehidupan, harus dihabiskan," sambung dia.

1.114 Kilogram Sampah

Secuplik Usaha Membangkitkan Kesadaran Pilah Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Liar
Edukasi soal memilah sampah pada anak-anak kampung Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. (dok. The Antheia Project)

Agnez juga mengingatkan warga untuk mengganti kantong kresek dengan kantong belanja guna ulang demi menekan jumlah sampah sekali pakai. Begitu pula dengan kebiasaan memakai sedotan plastik sekali pakai yang meski ukurannya kecil, tapi tak bisa terurai alami di alam.

Material lainnya yang jadi perhatian adalah stirofoam. Meski sejumlah daerah sudah melarang penggunaannya, masih ada saja pedagang yang menggunakan kemasan itu dengan alasan praktis dan murah. Padahal, stirofoam bekas akan menjadi sampah abadi di alam.

"Stirofoam juga kurang baik untuk makanan yang panas. Solusinya, kita bisa terapkan kebiasaan nenek kita zaman dulu, yaitu bawa wadah sendiri untuk bekal," ia menyarankan.

Setelah sesi edukasi, warga mulai dibagi tugas untuk mengambil sampah sesuai jenisnya. Ada yang bertugas memulung sampah stirofoam saja, sampah karet ban saja, sampah plastik dan kemasan saset, sampah beling, serta sampah jaring nelayan.

Aksi pengumpulan dimulai sejak pukul 9 pagi dan berakhir pada pukul 11 siang. Masing-masing warga dibekali sarung tangan dan karung untuk menampung sampah. Setelah dua jam berpanas-panas, sampah ditimbang pengepul yang bekerja sama dengan The Antheia Project.

Hasilnya, warga berhasil mengumpulkan 58 kilogram sampah stirofoam, 118 kilogram sampah plastik, 205 kilogram sampah organik, delapan kilogram sampah karet, 227 kilogram sampah jaring nelayan, 258 kilogram sampah beling, dan 48 kilogram sampah kabel. "Totalnya 1.114 kilogram," ujar Ruhani Nitiyudo, salah satu pendiri The Antheia Project. Terdengar besar, nyatanya itu tak seberapa dibandingkan tumpukan sampah yang masih belum terangkut.

Harus Berkelanjutan

Secuplik Usaha Membangkitkan Kesadaran Pilah Sampah di Tempat Pembuangan Sampah Liar
Ruhani Nitiyudo, salah satu pendiri The Antheia Project, berfoto dengan sampah yang berhasil dikumpulkan warga dan relawan. (dok. The Antheia Project)

Ruhani menjelaskan, aksi bersih-bersih yang berlangsung sehari itu hanya sebagai titik awal dari upaya yang harusnya berkelanjutan. Lewat kampanye pembersihan pantai bersama-sama, tidak hanya bertujuan memperbaiki kondisi pantai, sungai, maupu pemukiman masyarakat, tetapi juga menjadi wadah pelibatan masyarakat dalam masalah pengelolaan sampah.

"Selama kampanye Beach Clean Up berjalan, sampah masih menjadi masalah utama utama bagi lingkungan," katanya.

Ia menjelaskan, pemilihan Muara Baru sebagai lokasi pembersihan karena melihat warga sekitar masih perlu diedukasi tentang sampah. Yang diajak tidak hanya satu segmen tertentu, tapi seluruh lapisan masyarakat dari berbagai usia karena sampah adalah tanggung jawab bersama.

The Antheia Project secara khusus memfokuskan pada kampanye 'Say No to Styrofoam.' Menurut dia, sampah stirofoam merupakan masalah yang harus segera diatasi dan membutuhkan komitmen dari semua pihak. 

"Kami harap aksi ini tidak berhenti sampai di sini. Kami juga akan terus mengedukasi seluruh lapisan masyarakat mengenai bahaya sampah stirofoam dan perlunya pengelolaan sampah yang lebih baik. Kami juga perlu dukungan dari pihak-pihak pemegang kebijakan untuk segera mengeluarkan peraturan terkait sampah stirofoam," ujar Ruhani.

"Mari kita tumbuhkan semangat bersih-bersih tidak hanya untuk hari ini tetapi untuk jangka panjang yang setiap harinya bisa kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sampah tidak hanya stirofoam, kebersihan tidak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk banyak orang dan lingkungan bersih menjadi kunci utama hidup sehat," imbuhnya.

Infografis  Siklus Hidup Sampah Botol Plastik
Infografis  Siklus Hidup Sampah Botol Plastik    
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya