Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Malaysia Datuk Seri Tiong King Sing menyatakan akan menerapkan prosedur kedatangan yang lebih mulus untuk menyambut para turis China. "Ini juga bisa mempersingkat proses kedatangan," kata menteri di unggahan Facebook, pada Minggu (8/1/2023), dikutip dari The Star.
Dia mengatakan langkah itu untuk menunjukkan bahwa Malaysia adalah negara yang ramah, menyambut para pelancong dari China. "Di waktu yang bersamaan, kami juga memperhitungkan tingkat kesehatan dan keselamatan pelancong dari China dan menghilangkan kekhawatiran wisatawan asing tentang langkah Malaysia memperketat SOP di pintu masuk negara ini," ia menambahkan.
Advertisement
Baca Juga
Tiong mengatakan bahwa kementeriannya akan menempatkan petugas berbahasa Mandarin di semua bandara internasional di seluruh negeri. Ia menjelaskan bahwa hal itu untuk membantu kelancaran operasional di titik kedatangan, terutama bagi pelancong dari China yang kurang fasih berbahasa Inggris dan tidak mengerti Bahasa Malaysia.
"Kementerian akan mengoordinasikan upaya ini dengan manajemen bandara internasional di seluruh negeri dan Departemen Bea Cukai Kerajaan Malaysia," kata Tiong.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata, Seni, dan Budaya menyatakan tidak tepat maupun efektif untuk memperketat prosedur operasi standar terkait masuknya pelancong dari negara lain termasuk China. Menteri Tiong mengatakan keselamatan dan kesehatan masyarakat akan tetap menjadi prioritas kementerian, seraya menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kesejahteraan masyarakat dan kepentingan ekonomi negara.
"Sejauh ini, kami tetap mempertahankan status quo dan terus memantau perkembangan dari waktu ke waktu. Jika ada perubahan situasi dan kebutuhan yang mendesak, tentu kami akan memastikan SOP yang lebih ketat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu, 7 Januari 2023.
Â
Alasan yang Dikemukakan
Datuk Tiong menyatakan berdasarkan fakta, Amerika Serikat mencatat 99 juta infeksi dan 1,08 kasus kematian akibat Covid-19. Sementara, China mencatat 31 ribu kematian dengan 10,6 juta kasus positif.
"Inilah mengapa negara-negara tertangga seperti Indonesia, Thailand, dan Kamboja tidak mengetatkan prosedur kedatangan pelancong dari China. Di saat yang sama, muncul pertanyaan tentang kedatangan pelancong dari AS, Jepang, Korea, dan Prancis yang juga mencatat angka infeksi yang tinggi," sambung dia.
Bila populasi China mencapai 1,4 miliar, ia menyebut bahwa tingkat kematian karena pandemi hanya 0,002 persen. "Angka kasus Covid-19 di Malaysia adalah 5,02 juta dengan tingkat kematian tercatat 0,7 persen," ia menambahkan.
Ia mengatakan Malaysia menerima pelancong dari seluruh dunia sebelum ini meski mereka berasal dari negara-negara dengan tingkat kasus infeksi Covid-19 yang tinggi. "Kami bersyukur karena situasi Covid-19 di Malaysia dapat dianggap terkontrol. Faktanya, China juga sudah melewati fase lonjakan infeksi Covid-19, sehingga pengetatan SOP yang ada saat ini kurang tepat dan efektif," ujarnya.
Â
Advertisement
Target Kunjungan
Dia mengatakan angka 30 miliar ringgit yang disebutkan sebelumnya adalah untuk menunjukkan pentingnya pariwisata dan nilai ekonominya khususnya yang melibatkan pelancong dari Tiongkok.
"Ini juga sejalan dengan perkiraan peningkatan wisatawan China ke Malaysia, dari tiga juta pada 2019 menjadi sekitar enam juta tahun ini," ujarnya.
Tiong mengatakan masalah diskriminasi harus ditanggapi dengan serius dengan membuat perbandingan dengan negara lain yang juga berisiko tinggi penyebaran Covid-19 di negara tersebut. Dia mengatakan apa yang telah dimunculkan sebelumnya adalah untuk memastikan Malaysia tidak mendiskriminasi pelancong dari negara mana pun, termasuk China.
"Penting untuk menjaga hubungan diplomatik antara Malaysia dengan negara asing, terutama mitra dagang kita," ujarnya.
Sebelumnya, Beijing mengancam dengan menyiapkan tindakan balasan terhadap beberapa negara yang membatasi kedatangan pelaku perjalanan dari China.
"Menanggapi tindakan yang tidak masuk akal oleh negara lain, China akan mengambil tindakan yang sepadan berdasarkan prinsip timbal balik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Mao Ning di Beijing, Jumat, dikutip dari Antara.
Tes Air Limbah
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Malaysia menyatakan akan mengambil beragam langkah preventif, termasuk akan mengetes limbah cair dari pesawat yang datang dari China. Sampel air limbah dari pesawat akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional untuk tes PCR. Hasilnya kemudian dikirim untuk pengurutan genom jika terdeteksi positif Covid-19.
Semua pelancong yang datang dari luar negeri, termasuk Tiongkok, juga akan dicek suhu di setiap titik masuk internasional. Jika ada dugaan Covid-19, mereka akan langsung dites, dikutip dari The Star, Jumat, 30 Desember 2022.
Dalam keterangan tertulis, Menteri Kesehatan Malaysia Dr Zaliha Mustafa mengatakan, pendatang internasional yang terdeteksi mengalami demam atau gejala melalui pemeriksaan atau pengakuan sendiri akan dirujuk ke pusat karantina atau departemen kesehatan.
"Dalam upaya memperkuat pengawasan Covid-19 di masyararakat, lingkungan, dan laboratorium, pemeriksaan lebih lanjut terhadap sampel positif Covid-19 dilakukan menggunakan teknik Whole Genomic Sequencing (WGS) untuk mendeteksi secara dini masuknya varian baru di Tanah Air," kata dia.
Ia juga menyatakan bahwa pengawasan sampel untuk kasus penyakit mirip influenza (ILI) di 59 klinik dan infeksi saluran pernapasan akut (SARI) di 18 rumah sakit di seluruh negeri masih berlanjut. Sampel akan dikirim ke laboratorium kesehatan nasional dan Institut Penelitian Medis (IMR) untuk pengurutan genom jika ditemukan kasus positif Covid-19.
Advertisement