Ramalan Musim Sakura 2023: Waktu dan Tempat Melihatnya di Seluruh Jepang

Ini merupakan ramalan Musim Sakura 2023 kedua dari Badan Meteorologi Jepang.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Feb 2023, 14:31 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2023, 14:31 WIB
Jepang Nikmati Musim Bunga Sakura di tengah Kekhawatiran COVID-19
Wanita mengenakan Kimono naik becak di bawah kanopi bunga sakura yang mekar penuh di Tokyo, 31 Maret 2022. Orang-orang di seluruh Jepang merayakan puncak musim melihat bunga sakura minggu ini tanpa pembatasan COVID-19 untuk pertama kalinya dalam dua tahun. (AP Photo/Shuji Kajiyama)

Liputan6.com, Jakarta - Musim sakura di Jepang akan segera tiba. Dalam minggu-minggu menjelang periode perjalanan populer di negara itu, Badan Meteorologi Jepang (JMC) telah merilis perkiraan waktu pohon sakura akan berbunga dan mekar di sekitar seribu lokasi pengamatan di seantero Jepang tahun ini.

Menurut perkiraan kedua JMC pada 26 Januari 2023, seperti dikutip dari CNA, Jumat (3/2/2023), tanggal berbunga paling awal untuk bunga sakura akan berlangsung di Tokyo pada 21 Maret 2023, dengan mekar penuh pada 29 Maret 2023.

Sementara untuk kota-kota populer lain, seperti Kyoto dan Osaka, tanggal pembungaan diperkirakan masing-masing berlangsung pada 27 dan 28 Maret 2023. Bunga sakura di kedua kota tersebut diperkirakan akan mekar penuh pada 4 April 2023.

Di Sapporo, ibu kota wilayah Hokkaido, bunga sakura diperkirakan mulai berbunga pada 29 April 2023, dengan perkiraan tanggal mekar penuh pada 2 Mei 2023. JMC menulis di situs webnya, "Tanggal berbunga dan mekar penuh bunga sakura bergantung pada pola suhu dari musim gugur tahun sebelumnya."

"Tunas bunga sakura terbentuk selama musim panas tahun sebelumnya," sebutnya, menambahkan bahwa proses mekar bunga hingga memunculkan warna merah muda harus melalui dua proses: dormansi dan pertumbuhan, sebelum berbunga.

Mereka menambahkan bahwa perkiraan tanggal berbunga dan mekar penuh bunga sakura didasarkan pada suhu rendah selama musim gugur dan musim dingin, status pertumbuhan pohon sakura, suhu kumulatif, dan data masa lalu untuk setiap area. Pembaruan prediksi musim sakura 2023 JMC berikutnya akan dirilis pada 9 Februari 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kali Pertama

Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Awal, Dampak Perubahan Iklim?
Ilustrasi bunga sakura mekar di Jepang. (dok Evgeny Tchebotarev/pexels.com)

Sejak pandemi COVID-19, ini merupakan kali pertama pelancong asing bisa berkunjung ke Jepang selama musim sakura. Negeri Sakura baru membuka gerbang perbatasan mereka untuk wisatawan mancanegara mandiri pada Oktober 2022.

Sejak itu, kata Direktur Eksekutif Japan National Tourism Organization (JNTO) Jakarta, Tamaki Hatakenaka, saat jumpa pers di bilangan Jakarta Selatan, 26 Januari 203, jumlah wisatawan mancanegara terus meningkat. Berdasarkan data, jumlahnya mencapai 500 ribu turis pada Oktober 2022, 1 juta pada November 2022, dan 1,4 juta pada Desember 2022.

"Dari Indonesia, jumlahnya meningkat jadi 11 ribu pada Oktober 2022, 17 ribu pada November 2022, dan 34 ribu pada Desember 2022," ia mengatakan.

Sebelumnya, Japan Today, mencatat bahwa tahun 2021 mencatat rekor tercepat mekarnya sakura selama 70 tahun terakhir. Para ahli memperkirakan hal itu terjadi akibat perubahan iklim.

Pada tahun-tahun sebelumnya, puncak musim sakura bersamaan dengan perayaan tahun ajaran baru atau awal kegiatan bisnis. Belakangan, momennya semakin maju dan pada 2021, bunga sakura menghilang sebelum hari pertama sekolah dimulai.

 


Waktu Mekar Lebih Singkat

FOTO: Menikmati Keindahan Bunga Sakura Bermekaran di Kuil Zojoji
Orang-orang yang memakai masker berjalan-jalan di bawah bunga sakura yang mekar penuh di Kuil Zojoji, Tokyo, Jepang, Selasa (29/3/2022). (AP Photo/Koji Sasahara)

Di Kyoto, misalnya, puncak sakura mekar pada 2021 terjadi pada 26 Maret, jadi yang tercepat sejak JMC mengumpulkan data sejak 1953 dan 10 hari lebih awal dari rata-rata 30 tahun terakhir. Catatan yang sama juga ditemukan di lebih dari belasan kota di seluruh Jepang.

Beberapa bahkan mengatakan rekor itu melampaui catatan sejarah Kyoto di masa lampau yang merujuk pada dokumen bersejarah, diari, dan buku puisi. Ahli lingkungan dari Universitas Prefektur Osaka, Yasuyuki Aono, menjelaskan, mekarnya bunga sakura tercepat terjadi pada 27 Maret pada 1612, 1409, dan 1236, berdasarkan catatan-catatan itu.

"Kami bisa bilang ini kemungkinan besar karena dampak pemanasan global," kata Shunji Anbe, seorang petugas di divisi observasi JMC saat itu.

Badan itu juga melacak 58 pohon sakura yang jadi acuan di seluruh negeri. Hasilnya, 40 di antaranya pada 2021 telah mencapai puncak mekarnya, sedangkan 14 batang lain bahkan berlangsung lebih singkat. Bunga sakura umumnya mekar selama dua minggu per tahun yang dihitung mulai dari kuncup pertama hingga semua bunga berguguran.

 


Sensitif terhadap Perubahan Suhu

Jepang Nikmati Musim Bunga Sakura di tengah Kekhawatiran COVID-19
Pengunjung melihat bunga sakura musiman dari jembatan penyeberangan di distrik Roppongi di Tokyo, Kamis, 31 Maret 2022. Banyak orang berjalan di bawah pohon untuk menikmati bunga dan kelopak Sakura yang jatuh daripada minum dan makan sambil duduk. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bunga sakura disebut sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Maka, menurut Anbe, waktu mekarnya memberi data yang sangat berharga untuk studi perubahan iklim.

Berdasarkan data JMC, suhu rata-rata di bulan Maret meningkat 10,6 derajat celcius pada 2020 dari 8,6 derajat celcius pada 1953. Pada 2021, temperatur rata-rata bulan Maret di Jepang adalah 12,4 derajat celcius.

Tahun lalu, perayaan puncak musim sakura dibayangi kekhawatiran lonjakan kasus COVID-19. Di banyak taman saat itu, pengunjung diminta untuk tidak berkumpul di bawah pohon untuk piknik, yang merupakan cara tradisional merayakan musim sakura. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari langkah anti-virus.

Namun sekarang, seperti banyak wilayah lain di dunia, pandemi sudah lebih terkendali. Hatakenaka mengatakan bahwa saat ini, pelancong asing yang hendak masuk ke Jepang wajib sudah vaksin ke-3. "Asuransi perjalanan tidak wajib, tapi disarankan," tuturnya.

Ia menyambung, rute emas mereka, yakni Tokyo, Osaka, dan Kyoto ditambah Gunung Fuji masih jadi andalan. "Kami ingin mengingatkan kembali daya tarik rute populer ini," sebutnya.

Infografis Risiko Bencana di Daerah Wisata
Infografis Risiko Bencana di Daerah Wisata. (Dok: Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya