Relawan Hadapi Cuaca Dingin demi Selamatkan Korban di bawah Puing dan Reruntuhan Gempa Turki Suriah

Tim relawan dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia diterjunkan untuk membantu korban gempa Turki dan Suriah.

oleh Henry diperbarui 13 Feb 2023, 13:46 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2023, 13:46 WIB
Penuh Perjuangan, Begini Potret Evakuasi Korban Gempa Turki dan Suriah
Tim penyelamat Suriah mencari korban dan penyintas di reruntuhan bangunan menyusul gempa bumi yang mematikan di Hama pada 6 Februari 2023. Pemerintah Suriah mendesak komunitas internasional untuk membantunya setelah lebih dari 1.400 tewas di negara itu menyusul gempa berkekuatan 7,8 di negara tetangga Turki. (AFP/Louai Beshara)

Liputan6.com, Jakarta - Usaha untuk menyelamatkan korban yang masih selamat di bawah reruntuhan dan ouing bangunan akibat gempa Turki magnitudo 7,8 pada Senin, 6 Februari 2023 masih terus dilakukan. Sejumlah tim relawan dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia diterjunkan ke Turki dan Suriah.

Salah satu tim relawan adalah dari Dompet Dhuafa. Mereka diberi kepercayaan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) untuk menugaskan tim medis profesional dan relawan kemanusiaan lainnya untuk membantu penanganan gempa Turki dan Suriah.

Melansir laman resmi Dompet Dhuafa, dua relawan tersebut di antaranya adalah dr. Zainab Aqila dan dr. Rosmalia dari Emergency Medical Team (EMT) yang tergabung dalam tim Respon Darurat Kesehatan (RDK) Dompet Dhuafa. Mereka sudah lama berkiprah dalam dunia kemanusiaan bersama Disaster Management Center (DMC).

Kondisi terkini, cuaca dingin hingga minus 15 derajat membuat tim relawan maupun tim penyelamat harus berjibaku menyelamatkan korban di bawah reruntuhan dan membantu korban selamat melawan udara dingin dengan perlengkapan yang sangat minim. Sayup-sayup rintihan meminta tolong beberapa kali terdengan di bawah reruntuhan, namun tumpukan puing yang menggunung mempersulit proses penyelamatan.

Dr. Richard Edward Moon dari Duke University menyampaikan korban hidup yang masih tertimpa reruntuhan bisa dengan cepat mengalami penurunan kadar oksigen dan air.  Ditambah cuaca yang sangat dingin, kondisi mereka akan semakin kritis seiring menurunnya kemampuan mempertahankan suhu tubuh.

Untuk itu, kebutuhan darurat seperti tambahan tim penyelamat, tenaga medis, tenda tahan dingin, serta makanan sangat dibutuhkan di Turki dan Suriah.  Hingga Minggu 12 Februari 2023, jumlah korban tewas mencapai 35.000 orang di kedua negara, dengan sedikitnya 4.500 orang tewas akibat gempa Suriah. Baik pihak berwenang Turki dan Suriah memprediksi korban jiwa masih dapat bertambah karena proses pencarian orang hilang di bawah reruntuhan gedung dan puing bangunan masih terus dilakukan.

 

Buku Harry Potter

Pencarian Korban dan Penyintas Gempa Turki dan Suriah
Warga mencari korban yang selamat di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, sehari setelah gempa berkekuatan 7,8 skala richter menghantam bagian Tenggara Turki, Selasa (7/2/2023). Beberapa kerusakan terberat terjadi di dekat pusat gempa antara Kahramanmaras dan Gaziantep, sebuah kota berpenduduk dua juta orang di mana seluruh blok kini menjadi reruntuhan di bawah timbunan salju. (Adem ALTAN/AFP)

Sementara itu, seorang remaja yang diselamatkan setelah hampir lima hari di bawah reruntuhan setelah gempa Turki, mengatakan kepada penyelamatnya: "Tolong bawakan buku Harry Potter saya."  Ikbal Cil yang berusia 15 tahun diselamatkan dari bawah blok menara sepuluh lantai yang runtuh di kota Kahramanmaras, selatan Turki — kota yang paling dekat dengan episentrum gempa.

Pemimpin tim amal penyelamat Inggris SARAID, Rob Davies, mengatakan the Sun pada hari Minggu, 12 Februari 2023:  "Dari semua hal yang dia tanyakan setelah diselamatkan, terberkatilah dia, adalah buku-buku Harry Potter-nya. Kami harus memindahkannya dari jalan untuk mendapatkannya, tetapi dia bilang melalui penerjemah, 'Bisakah Anda membawa buku-buku saya juga'."

Ikbal secara ajaib selamat setelah terkubur hidup-hidup selama hampir lima hari tanpa makanan atau air, padahal suhu di Turki saat itu turun hingga -10 derajat celcius yang mengancam jiwa. "Kami menyerukan keheningan total, memasang sensor ke berbagai bagian puing dan mulai mengetuk. Orang-orang tahu pengetukan adalah tindakan manusia dari atas, jadi mereka yang terperangkap di bawah akan mengetuk kembali," terang Rob.

"Ikbal mungkin juga berteriak, tapi dia terkubur cukup dalam sehingga tak ada yang mendengarnya. Peralatan lokasi suara terkadang tidak menangkap teriakan karena frekuensinya. Dan dia berada di bawah beton bertulang setinggi empat kaki, dengan puing-puing di atasnya juga," lanjutnya.

 

119 Jam Terkubur

Pencarian Korban dan Penyintas Gempa Turki dan Suriah
Petugas penyelamat dan sukarelawan mencari korban selamat di reruntuhan bangunan yang runtuh, di Sanliurfa, Turki, Senin 6 Februari 2023, setelah gempa bumi berkekuatan 7,8 skala Richter menghantam bagian tenggara negara tersebut. Jumlah korban tewas gabungan telah meningkat menjadi lebih dari 2.300 orang di Turki dan Suriah setelah gempa terkuat di wilayah tersebut dalam hampir satu abad terakhir. (REMI BANET/AFP)

Alex, seorang insinyur sipil dari Stansted, Essex, yang juga terlibat dalam penyelamatan, mengatakan bahwa remaja perempuan itu terjebak di bawah lempengan beton, telungkup dengan kedua kakinya terjepit. Pria asal Inggris itu mengatakan dia merangkak ke dalam reruntuhan di mana Ikbal meraih tangannya dan menolak untuk melepaskannya. Dia terus berusaha menghiburnya sementara tim di luar memindahkan puing-puing.

Di provinsi Hatay Turki, juga ada korban selamat dari reruntuhan gempa. Ozlem Yilmaz yang berusia 35 tahun dan putrinya yang berusia enam tahun, Hatice, ditemukan hidup di reruntuhan setelah 117 jam. Dan setelah 119 jam terkubur di Kahramanmaras, seorang pria digambarkan tersenyum kemarin saat dia dipertemukan kembali dengan kucingnya.

Di sisi lain, tim relawan dan Tim Kemanusiaan Indonesia tiba di Adana, Turki, pada Minggu (12/2/2023). Setiba di Bandar Udara Adana Sarkipasa, para personel mendapatkan arahan dari Duta Besar (Dubes) Indonesia dan melanjutkan perjalanan menuju Antakya, Hatay, yang berjarak sekitar 199 km.

Tim Kemanusiaan Indonesia

Dubes Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal
Dubes Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal saat memberikan pengarahan kepada para personel Tim Kemanusiaan Indonesia. (Dok. NPB)

Menurut laporan dari Dubes Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal korban selamat masih terus ditemukan di balik reruntuhan puing bangunan. "Faktanya sampai kemarin malam masih ditemukan yang masih hidup," ujar Iqbal di Adana, dilansir dari kanal News Liputan6.com.

Menurut Iqbal, Tim Kemanusiaan Indonesia yang terdiri dari Urban Search and Rescue (USAR) Basarnas dan BNPB, masih punya peluang untuk menyelamatkan lebih banyak lagi korban selamat dari bencana gempa Turki. Selain itu, Iqbal menginformasikan masyarakat setempat terkadang tidak bisa membedakan antara personel SAR dan bantuan kemanusiaan. Ini dapat memicu tekanan kepada responder SAR di lapangan.

Menyikapi kondisi seperti itu, pihak Kedubes telah menyiapkan bantuan logistik untuk mengantisipasi situasi yang diharapkan masyarakat. Dubes juga mengatakan, masyarakat terkadang menuntut tim SAR untuk mencari anggota keluarga yang masih di dalam reruntuhan bangunan tanpa melihat kemampuan yang dimiliki oleh tim SAR yang ada di lokasi.

"Jadi masyarakat melihat ada bangunan dan berharap keluarganya yang ada di situ dapat segera dievakuasi, sementara tim rescue tidak berani karena mereka menilai ini tidak aman untuk bekerja. Atau ini hanya dapat dilakukan oleh heavy USAR," lanjutnya.

Infografis Gempa Dahsyat dan Mematikan di Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Gempa Dahsyat dan Mematikan di Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya