Usai Penemuan Meteorit Langka, Kini Gunung Es Sebesar Kota London Terlepas dari Antartika

Fenomena runtuhnya gunung es bisa mempercepat hilangnya es laut di Kutub Utara dan sebagian Antartika.

oleh Henry diperbarui 16 Mar 2023, 13:13 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2023, 13:08 WIB
Ilustrasi melelehnya lapisan es di perairan Antartika.
Ilustrasi melelehnya lapisan es di perairan Antartika. (AFP/Vanderlei Almeida)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah gunung es besar hampir seukuran kota London, Inggris, pecah dari lapisan es Antartika dekat stasiun penelitian British Antarctic Survey (BAS). Gunung es berukuran sekitar 1.550 kilometer persegi dan setebal 150 meter lepas dari Antartika pada Minggu 22 Januari 2023 malam.

Sementara itu, riset terbaru di Kutub Utara menunjukkan adanya penipisan lapisan es lebih dari setengahnya dalam 15 tahun terakhir. Ilmuwan Inggris telah memantau pertumbuhan retakan besar gunung es baru yang belum diberi nama di Beting Es Brunt selama dekade terakhir.  Beting Es Brunt atau Brunt Ice Shelf adalah lokasi Stasiun Riset Halley British Antarctic Survey (BAS).

"Para ahli glasiologi dan tim operasi kami telah mengantisipasi peristiwa ini. Pengukuran beting es dilakukan beberapa kali sehari menggunakan jaringan otomatis instrumen GPS presisi tinggi," terang Profesor Dame Jane Francis, Direktur Survei Antartika Inggris (British Antarctic Survey/BAS) dari laman BNO News, Selasa, 14 Maret 2023.

Tanda-tanda pertama perubahan jurang yang disebut Chasm-1, yang terbengkalai selama setidaknya 35 tahun, terdeteksi lewat pemantauan satelit pada 2012 lalu. Perubahan itu mulai berkembang pada tahun 2015, dan Chasm-1 terus tumbuh meluas ke seluruh lapisan es pada Desember 2022.

Menurut keterangan BAS, gunung es baru terbentuk di sepanjang garis Chasm-1 dan sedikit lebih besar dari A74 (Gunung Es yan runtuh tahun 2021). Kemungkinan akan mengikuti jalur A74 di Arus Pesisir Antartika dan ahli gletser BAS akan melacak pergerakannya.

Survei Antartika Inggris mengatakan pembentukan gunung es baru, proses alami yang disebut calving, bukan karena perubahan iklim. Namun, fenomena ini mempercepat hilangnya es laut di Kutub Utara dan sebagian Antartika.

Ahli ekologi BAS Geraint Tarling mengatakan, pecahnya gunung es besar bakal berdampak besar terhadap ekosistem laut yang mendukung kekayaan keanekaragaman satwa laut yang ditemukan di kawasan Antartika. "Saat gunung es mencair, ia akan melepaskan banyak nutrisi yang bisa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman mikroskopis, seperti fitoplankton di dasar jaring makanan laut," ungkap Tarling, melansir Science Alert, Selasa, 14 Marer 2023.

 

 

Penemuan Meteorit Baru

Ilustrasi di Antartika (unsplash)
Ilustrasi di Antartika (unsplash)

Sisi negatifnya, pencairan es dalam skala besar membuang banyak air tawar ke laut yang menurunkan tingkat salinitas dan membuat air tidak cocok untuk banyak fitoplankton dan zooplankton yang memakannya. ”Efek ini bisa saja mengalir ke atas jaring makanan untuk ikan, burung, anjing laut, dan paus,” terangnya.

Sebelumnya, pada Januari lalu, tim peneliti internasional menemukan lima meteorit baru - termasuk salah satu yang terbesar yang pernah ditemukan di benua itu. Menurut laporan CNN, Selasa (24/1/2023), meteorit langka itu seukuran melon tetapi beratnya 17 pon (7,7 kilogram).

Spesimen itu adalah salah satu dari sekitar 100 batu seukuran itu atau lebih besar yang ditemukan di Antartika, lokasi utama perburuan meteorit di mana lebih dari 45.000 batuan ruang angkasa telah dilacak.

Penemuan luar biasa itu dbawa ke Royal Belgian Institute of Natural Sciences di Brussel, tempat ia akan dipelajari. Dan Maria Valdes, seorang ilmuwan peneliti di Field Museum of Natural History Chicago dan University of Chicago yang merupakan bagian dari tim ekspedisi, telah menyimpan beberapa materi untuk analisisnya sendiri.

 

Rahasia Antartika

Gletser Thwaites
Gletser Thwaites di Antartika Barat, jika runtuh, permukaan laut bisa naik. (NASA/James Yungel)

Area fokus Valdes adalah kosmokimia. Itu "secara luas berarti kita menggunakan meteorit untuk mempelajari asal dan evolusi tata surya melalui metode kimia," katanya kepada CNN. Dia akan mengambil sampelnya dan menggunakan asam kuat untuk melarutkannya, sebelum menggunakan proses yang disebut kimia terkalibrasi untuk mengisolasi berbagai elemen penyusun batu.

Selama ini kita mungkin belum banyak tahu tentang Antartika, yang disebut-sebut sebagai salah satu wilayah paling misterius yang ada di Bumi.  Terpencil, dipenuhi es, minim penduduk, sulit dijelajahi, dan menyimpan banyak rahasia, itulah Antartika yang kita ketahui.

Para ilmuwan bahkan cukup sulit mengungkap beberapa rahasia yang tersembunyi di Antartika.  Dilansir dari Bored Panda dan kanal Global Liputan6.com, berikut beberapa rahasia terbaru Antartika yang mungkin belum kita ketahui.

1. Suhu Permukaan Terendah di Bumi Pernah Tercatat di Antartika

Pada 2013, diperkirakan bahwa suhu permukaan terdingin di Bumi tercatat di Antartika yaitu sebesar -135°F (-93°C). Namun, tahun ini para ilmuan mengamati suhu malam di kutub saat musim dingin dan merevisinya lalu mengumumkan bahwa ternyata suhu bumi bisa turun lebih rendah lagi hingga -144°F (-98°C).

 

2. Antartika, Benua Terdingin, Paling Berangin, sekaligus Terkering di Bumi

Dry Valley Satu-satunya Tempat di Antartika yang Tidak Tertutup Salju
Dry Valley terbentuk akibat dari pergerakan angin Katabatic (Sumber foto: coolantartika.com)

Terlepas dari semua es-nya, Benua Antartika sebenarnya merupakan gurun, karena memiliki curah hujan yang cukup rendah. Daerah Antartika di bagian dalam menerima rata-rata 50 mm curah hujan dalam bentuk salju setiap tahunnya.

Sebagai perbandingan, di Gurun Sahara, hujan turun dua kali lebih banyak dibandingkan di Antartika setiap tahunnya. Pantai di Antartika juga sebenarnya sangat lembab, tetapi tidak seperti di gurun lainnya yang kelembabannya meresap ke dalam tanah.

3. Selama 2 Juta Tahun, Antartika Tidak Kedapatan Hujan atau Salju

Sekitar 1 persen daerah dari benua Antartika (4.000 km) secara permanen bebas es—biasa disebut lembah kering atau oasis. Daerah tersebut sering kali dianggap sebagai gurun paling keras di dunia dan diperkirakan hujan atau salju tidak pernah turun selama hampir 2 juta tahun lamanya.

Menurut para ilmuan Australia, karena perubahan iklim, oasis Antartika dapat berkembang hingga 25 persen dan dapat mengubah keanekaragaman hayati yang ada di benua secara drastis.

4. 70 Persen Air 'Fresh' di Bumi, Ada di Antartika

Sekitar 90% es dunia dan 70% air tawar ada di Antartika. Jika nanti semua es yang ada di Antartika mencair, permukaan laut dunia akan naik sekitar 200 kaki atau 61 meter tingginya.

 

infografis Status Gunung Berapi
infografis Status Gunung Berapi
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya