Liputan6.com, Jakarta - Perempuan mendominasi skena wirausaha di Indonesia. Mayoritas usaha mereka masih berada di level mikro, kecil, dan menengah dengan persentase perempuan pengusaha mencapai 57 persen dari total 64,2 juta UMKM. Meski begitu, kontribusinya tak bisa dipandang remeh mengingat UMKM merupakan penopang ekonomi Indonesia, terutama di masa pandemi.
Di sisi lain, laju perempuan sebagai pengusaha masih menghadapi banyak tantangan. Kendala yang dihadapi mulai dari keterampilan memimpin dan mengambil keputusan, hingga dukungan dari sekitar yang kerap terlewat. Padahal, bila usahanya maju, kesejahteraan keluarga juga turut meningkat dan tingkat kekerasan terhadap anak dan perempuan bisa menurun.
"Banyak sekali challenge yang dihadapi perempuan. Begitu maju, ternyata tidak didukung pasangannya. Begitu maju, dibebani caring system di keluarganya. Care economy adalah upaya kita bersama bagaimana memberdayakan perempuan sehingga memiliki nilai tambah bagi diri dan keluarga," kata Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Lenny N. Rosalin, dalam jumpa pers ANJANI, di Jakarta, pekan lalu.
Advertisement
Ia mengingatkan bahwa ekonomi menjadi salah satu entry point untuk menyelesaikan banyak hal. Kesetaraan jadi kunci agar perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan dirinya. Pemberdayaan pihak yang lemah, dalam hal ini perempuan, merupakan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas.
"Belum tentu kesempatan datang dua kali. Jadi manfaatkan betul coaching selama empat hari. Mentoring, coaching, harus mulai dari diri kita sendiri," ia menambahkan.
ANJANI merupakan program yang diinisiasi P&G Indonesia untuk memberdayakan perempuan pengusaha di Indonesia. Tahun ini, program digelar pada 8--11 Mei 2023 dan memasuki tahun ke-3 penyelenggaraan. Dari 2020 hingga 2023, total 91 usaha yang dimiliki perempuan (women-ownes business/WOB) dan usaha yang dipimpin oleh perempuan (women-led business/WLB) yang tergabung dalam jejaring ANJANI.
Perluasan Akses Pemasaran untuk Para Perempuan Pengusaha
Senada dengan KemenPPPA, P&G menilai bahwa bias dan terbatasnya kemampuan serta akses pasar yang dimiliki para perempuan pengusaha harus segera diatasi bila tidak ingin terus menghambat kemajuan mereka. Salah satu cara untuk melawan itu adalah dengan mendorong Keragaman Pemasok.
Hal itu diartikan sebagai perusahaan sebagai pihak pembeli dapat secara aktif melibatkan lebih banyak usaha milik perempuan masuk ke dalam rantai pasokan mereka. Keragaman Pemasok mengacu pada penggunaan secara proaktif bisnis milik kelompok yang masih belum terwakili secara ekonomi seperti perempuan, sebagai pemasok ke dalam rantai pasokan organisasi.
Bagi P&G, Keragaman Pemasok telah menjadi strategi bisnis selama lebih dari 40 tahun. P&G Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan basis Keragaman Pemasok dengan bekerja secara langsung dengan bisnis bersertifikat yang dimiliki oleh pelaku usaha perempuan Indonesia. "Ini tidak hanya bermanfaat bagi komunitas, tapi juga bagian strategi untuk mendapat solusi atau inovasi bisnis yang lebih beragam," kata Saranathan Ramaswamy selaku Presiden Direktur P&G Indonesia.
Director Purchase P&G Indonesia Annisa Darojati mengakui bahwa tidak semua anggota komunitas yang tergabung di ANJANI menjadi partner P&G. Sejauh ini, sudah ada beberapa dari anggota yang bermitra dengan perusahaan FMCG itu, tanpa disebutkan detail jumlahnya.
"Sektor logistik traditionally banyaknya pria. Dari ANJANI ada women-own business dan jadi partner juga," ia menambahkan.
Advertisement
Jenis Pelatihan yang Diberikan
Sementara itu, Mrinalini Venkatachalam, Regional Director Southeast Asia and Oceania WEConnect International menyebut salah satu tantangan yang harus diatasi perempuan saat berbisnis adalah menjawab stereotipe bahwa mereka cenderung konservatif dalam berbisnis. Padahal, tidak selalu demikian.
Untuk itu, modul pelatihan yang diberikan dirancang untuk membantu menghilangkan batasan-batasan wirausaha perempuan dan mengisi gap kapasitas/kemampuan yang mereka butuhkan, seperti strategi pertumbuhan bisnis, pengembangan merek, kepemimpinan, sumber daya manusia, dan kemampuan lainnya. ANJANI yang juga dikenal dengan Women Entrepreneurs Academy itu saat ini berjalan di 15 negara dan telah memberdayakan lebih dari 500 perempuan pengusaha.
P&G bekerja sama dengan WEConnect International serta membuka peluang kolaborasi bersama organisasi lainnya dengan visi dan nilai yang selaras, untuk mengakselerasi usaha milik perempuan lewat program pemberdayaan dan Keragaman Pemasok di Indonesia.
"Kami optimis dan senang dapat kembali menghadirkan ANJANI bersama P&G untuk membekali wirausaha perempuan Indonesia dengan modul dan topik bisnis yang relevan untuk mereka, memberikan mereka kesempatan memperluas network dengan ANJANI CEO, serta mendapatkan wawasan baru dalam berbisnis, terutama seputar rantai pasokan dan sistem pengadaan dari perusahaan besar seperti P&G Indonesia," kata perempuan yang akrab disapa Mini itu.
3 UMKM Jadi Sorotan di KTT ASEAN 2023
UMKM Indonesia eksis di sela agenda KTT ASEAN 2023 yang baru saja berakhir. Sebagai bagian dari side event KTT ASEAN Summit 2023, sebanyak 50 UMKM mengikuti Pameran UMKM yang mayoritas di antaranya adalah binaan Rumah BUMN dan sejumlah UMKM lokal.
Dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com, di antara sederet UMKM, ada tiga di antaranya yang jadi sorotan. Pertama, UMKM “Padu Padan Tenun & Tenun Ina Sabu” yakni kerajinan tenun dengan pewarna alami. Kerajinan berbahan dasar tenun Sumba NTT ini dibuat model berbagai pakaian kekinian seperti jaket bomber, kimono, dress, dan lain-lain.
UMKM kedua adalah ”D'Etnick Istana Mutiara Lombok”, yakni kerajinan aksesoris berbahan dasar mutiara. Produk ini berhasil mencuri perhatian pengunjung, terutama perempuan, karena unik dan dibuat langsung oleh tangan-tangan bertalenta pengrajin asli Lombok. Keindahan Mutiara Mandalika, Ameera, dan Trawangan terbuat dari perak membuat D’Etnik menembus pasar global.
“Cita Rasa Indonesia” adalah UMKM ketiga yang diminati pengunjung karena menyajikan makanan unik khas tradisional Indonesia. UMKM ini menjual produk andalan rendang daging sapi khas indonesia, dendeng balado dengan daging khas minang, bawang goreng khas Palu dan juga makanan-makanan khas Indonesia lainnya.
"Saya berharap melalui keikutsertaan pada acara ini, kami bisa memperkenalkan produk kami ke pasar yang lebih luas, yaitu pasar Internasional. Delegasi dari ASEAN sempat membeli produk-produk kain tenun kami seharga Rp2 juta per pcs-nya," kata Ina, pemilik UMKM Padu Padan Tenun & Tenun Ina Sabu, Jumat, 12 Mei 2023.
Advertisement