Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Belanda resmi mengakui 'sepenuhnya tanpa syarat' bahwa kemerdekaan Indonesia jatuh pada 17 Agustus 1945. Hal itu diumumkan melalui pernyataan resmi pertama Pemerintah Belanda setelah 78 tahun.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan hal tersebut di parlemen, pada Rabu, 4 Juni 2023 saat menjawab pertanyaan anggota parlemen dari Partai GroenLinks terkait pengakuan terhadap kemerdekaan RI. Rutte berjanji akan berkonsultasi dengan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) untuk mencapai interpretasi bersama tentang hari kemerdekaan itu.Â
Baca Juga
Gugatan mengenai pengakuan terhadap Proklamasi RI kepada Belanda terus menjadi topik panas karena Belanda sebelumnya hanya mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949. Lalu apa yang membuat Belanda lebih memilih mengakui tanggal tersebut dibandingkan 17 Agustus 1945?Â
Advertisement
Melansir merdeka.com dan berbagai sumber lainnya, Belanda yang dikatakan telah menguasai wilayah Indonesia sejak abad ke-16, tidak mau mengakui kemerdekaan yang didapat bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pihak Belanda seperti tidak rela jika wilayah koloninya lepas begitu saja.
Alih-alih memberi selamat, Belanda justru mengirimkan 120 ribu pasukan menuju Tanah Air untuk melancarkan agresi militernya, perang saat itu akhirnya kembali pecah. Perang revolusi ini pun dimulai sejak setelah Soekarno membacakan teks Proklamasi, hingga Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949.
Tercatat lebih dari 300 ribu orang Indonesia dan 6.000 orang di pihak Belanda gugur dalam perang ini. Agresi militer yang dilakukan oleh Belanda terjadi sebanyak dua kali, yang sampai saat ini kita kenal sebagai peristiwa Agresi Militer I dan Agresi Militer II.
Tujuannya sudah jelas, ingin kembali menjadikan Indonesia sebagai sapi perah bangsa Belanda. Pertempuran kala itu tidak hanya melibatkan bedil dan bambu runcing, tapi juga perang urat saraf di atas meja perundingan. Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan kedaulatan dari Belanda, mulai dari Perjanjian Linggarjati, Renville, hingga Roem-van Roijen.Â
Penyerahan Kedaulatan dari Belanda ke Indonesia
Perundingan pun akhirnya berujung pada penyerahan kedaulatan dari Negeri Belanda ke Republik Indonesia, tepat pada 27 Desember 1949. Belanda pun akhirnya menutup lembaran terakhir dari kisah penjajahannya di tanah Nusantara yang telah berlangsung selama lebih dari 300 tahun.
Penyerahan kedaulatan dari pihak Belanda ke Indonesia digelar tiga kali. Pertama, di gelar di Amsterdam, tepatnya di Istana Op de Dam. Wakil Presiden sekaligus perdana menteri, Mohamad Hatta memimpin sebagai delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB).
"Kedua negara (Belanda dan Indonesia) tak lagi saling berlawanan, kini kita berdiri berdampingan," kata Ratu Belanda Juliana kala itu, sesaat setelah naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani.
Bung Hatta, yang berbicara dengan Bahasa Indonesia dalam sebuah pertemuan KMB, menekankan pentingnya penyelesaian damai dari konflik dua negara. "Empat tahun lamanya rakyat kita timbal balik hidup dalam persengketaan, karena merasa dendam di dalam hati ... Bangsa Indonesia dan Bangsa Belanda, kedua-duanya akan mendapat bahagianya. Anak cucu kita, angkatan kemudian akan berterima kasih pada kita," ucapnya.
Penyerahan kedaulatan juga dilakukan di Istana Negara, Jakarta. Penyerahan ini dilakukan antara wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia, Tony Lovink, dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang bertindak sebagai perwakilan perdana menteri.
Â
Advertisement
Upacara Kemerdekaan 2005
Setelah selesai penandatanganan, Sri Sultan dan Tony Lovink keluar, dan berdiri di depan Istana. Di sana tampak bendera merah putih biru milik Belanda diturunkan.
Lalu, bendera merah putih pun dikibarkan dalam suasana dramatis. Setelah berhasil mengibarkan sang saka merah putih, sorak sorai ribuan orang pecah.Â
Upacara lain juga dilaksanakan pada hari itu, namun tidak disiarkan melalui radio. Upacara tersebut dilaksanakan di Gedung Negara Yogyakarta, ketika berada di tengah rapat Komite Nasional Indonesia Pusat (KNPI). Penyerahan kedaulatan tersebut bukan berarti Belanda mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia jatuh pada 17 Agustus 1945.
Pihak Belanda justru mengakui kemerdekaan Indonesia adalah pada tanggal 27 Desember 1949, di mana hari ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani. Cukup lama bagi Belanda untuk bisa mengakui 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Meski baru mengakui kemerdekaan Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945 di tahun ini, secara de facto Belanda sebenarnya sudah mengakui tanggal kemerdekaan itu pada 2005 lalu. Pengakuan kemerdekaan ini disampaikan oleh menteri dari Kerajaan Belanda bernama Bernard Rudolf Bot.
Jokowi Akan Minta Masukan
Bot datang ke Jakarta pada 16 Agustus 2005 untuk menghadiri peringatan 60 tahun kemerdekaan Indonesia di Istana Negara. Ini juga pertama kalinya dalam sejarah, utusan resmi dari Kerajaan Belanda hadir dalam perayaan proklamasi dan hari kemerdekaan Indonesia.
Ditemani Menlu Indonesia saat itu, Hassan Wirajuda, Bot menyampaikan pidato resminya di Gedung Departemen Luar Negeri (Kementerian Luar Negeri), sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keesokan harinya, 17 Agustus 2005, Bot juga kembali menyampaikan pidatonya pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara, Jakarta.
Sementara itu, Presiden Jokowi (Joko Widodo) akan meminta masukan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi soal pengakuan Belanda bahwa tanggal 17 Agustus 1945 merupakan kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, kata dia, banyak dampak dari pengakuan Belanda tersebut.
"Ya bagus tapi nanti kita lihat saya minta masukan dulu dari Menlu karena impact-nya kemana-mana," ujar Jokowi di Pasar Menteng Pulo Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023), mengutip kanal News Liputan6.com.
Â
Advertisement