Cara Pandawara Bikin Konten tentang Sampah Jadi Viral di Media Sosial

Pandawara Group merupakan salah satu kreator konten yang menghadiri sesi "Wawancara Bersama Kreator dan Merchant TikTok dari Asia Tenggara" di TikTok Southeast Asia Impact Forum 2023.

oleh Asnida Riani diperbarui 16 Jun 2023, 19:02 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2023, 19:02 WIB
Sebuah pantai di Banten penuh dengan sampah
Pandawara Group bikin konten tentang sampah yang viral di media sosial. (dok. Instagram @pandawaragroup)

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang Pandawara Group pasti tidak lepas dari gaya khas mereka dalam membuat konten tentang sampah jadi viral di media sosial, seperti TikTok. Dari sungai sampai pantai, Pandawara bebersih sampah dengan melibatkan banyak pihak, tidak terkecuali warga setempat.

Jadi, apakah lima sekawan ini punya formulasi tersendiri sehingga konten mereka acap kali jadi sensasi online? Muhammad Agung Permana dari Pandawara Group menyebut bahwa video mereka memang dikonsep sejak awal.

"Kami juga mengamati apa yang digemari," katanya dalam sesi "Wawancara Bersama Kreator dan Merchant TikTok dari Asia Tenggara" di TikTok Southeast Asia Impact Forum 2023 di bilangan Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juni 2023.

"Sebelum ada kami," ia menyambung. "Mungkin orang sudah tergerak membersihkan sampah di sungai, tapi gengsi. Jadi, (dalam konten media sosial mereka) kami menggabungkan tren yang ada dengan kegiatan tersebut (mengumpulkan sampah dari sungai maupun pantai)."

Ia menyebut, "Kami ingin membuat kegiatan memungut sampah dari lingkungan sekitar jadi habit baru, terutama anak muda. Karena itu, dari pemilihan lagu, pengambilan gambar saaat pengambilan sampah, semua dibuat menarik. Kami ubah mindset-nya (bahwa) memungut sampah di sungai itu keren."

Personel Pandawara Group lainnya, Muchamad Ikhsan Destian, menyebut bahwa saat ini, pihaknya telah menginisiasi program rutin turun ke sungai untuk bebersih sampah setiap 6--8 kali sebulan. "Lalu, turun ke pantai sebulan sekali," ucapnya di kesempatan yang sama.

Sempat Menghadapi Penolakan

TikTok
Wawancara Sesi 2 The TikTok Movement - Para Kreator Pembawa Misi Positif, seperti Pandawara Group. (dok. TikTok Indonesia)

Ikhsan mengatakan bahwa sungai yang mereka bersihkan dari sampah saat ini masih berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Sementara, pantai lokasi bebersih sampah disasar dari seluruh wilayah Indonesia.

"Sekarang lagi running di Bali, NTB, Lampung, dan Banten," katanya terkait proyek pembersihan sampah di pantai, menambahkan bahwa tidak ada kurasi khusus yang dilakukan untuk proses tersebut. "Survei (lokasi pantai yang sampahnya akan dibersihkan) masih terus berjalan."

Awalnya, Ikhsan bercerita bahwa aksi mereka bebersih sampah di sungai sempat ditolak warga. "Mungkin karena tidak tahu kami dari mana," katanya. "Kami juga enggak pakai kostum petugas kebersihan, jadi mereka sempat tersinggung."

Masalah ini diselesaikan dengan pendekatan dan menjelaskan tujuan mereka membersihkan sampai dari sungai. Sayangnya, sampah-sampah yang berhasil mereka kumpulkan masih langsung dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA), alih-alih dipilah untuk didaur ulang.

TikTok, menurut mereka, merupakan platform yang bisa membuat siapa saja menyuarakan pendapat dan gerakan positif tanpa melihat latar belakang individu maupun grup tersebut. Selain Pandawara, cerita kreator TikTok lain yang tidak kalah menarik adalah Ayuan.

Buat Konten tentang Musik Tradisional

TikTok
Ayuan, TikToker yang membuat konten tentang alat musik tradisional Kalimantan, sape, menghadiri TikTok Southeast Asia Impact Forum 2023 di bilangan Jakarta Selatan, 15 Juni 2023. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Ayuan merupakan TikToker yang aktif melestarikan alat musik tradisional, yaitu sape dari Kalimantan, melalui sesi LIVE di platform sosial itu. Di kesempatan yang sama, perempuan berusia 27 tahun itu bercerita bahwa dirinya mulai membuat konten tentang sape pada 2020.

"Sebenarnya dari sebelum pandemi, dan awalnya iseng. Akhirnya (pandemi) COVID-19, enggak bisa ke mana-mana, akhirnya bikin konten, bikin konten, bikin konten, sampai akhirnya live," katanya di kesempatan yang sama.

Dijelaskan Ayuan bahwa sape merupakan alat musik tradisional dayak yang semakin berkembang. Sayangnya, alat musik ini, menurut pengakuannya, tidak dimainkan banyak perempuan. "Bisa dihitung jari," katanya. "Makanya saya buat konten ini buat bilang, 'Perempuan juga bisa (bermain sape).'"

Ayuan bercerita, dirinya mulai belajar main sape pada 2016. "Dari kecil memang suka alat musik string," sebutnya. Membuat alat musik tradisional itu relevan dengan zaman sekarang dan audiens media sosial, ia memanfaatkan sape sebagai instrumen untuk meng-cover lagu.

Cover Lagu sampai Kolaborasi

TikTok
 The TikTok Opportunity - Membangun Basis Penggemar di Asia Tenggara secara Real-Time bersama TikTok LIVE. (dok. TikTok Indonesia)

"Dengan cover lagu, orang jadi tahu bahwa sape bisa dikolaborasikan dengan (alat) musik lain," ujar Ayuan. "Tapi, aku sendiri seringnya cover lagu daerah, karena itu yang banyak peminatnya. Cover pertamaku yang view-nya sekarang sudah lebih dua juta (penayangan) itu Ampar-Ampar Pisang."

Selain membawakan lagu daerah, ia juga memperbanyak audiens dengan melakukan banyak kolaborasi dengan kreator konten lain. Tidak hanya di dalam negeri, kolaborasi bahkan sudah pernah dilakukannya dengan kreator asing, dari Malaysia sampai Amerika Latin.

Memperluas akses pendidikan dan pengembangan diri telah disebut sebagai salah satu komitmen TikTok di Asia Tenggara. Merujuk laporan internal mereka, tercatat bahwa 90 persen responden pengguna TikTok untuk belajar mengatakan, mereka memperoleh keterampilan baru yang tidak mereka miliki sebelumnya.

Lalu, tiga dari lima responden yang disurvei percaya bahwa TikTok membuat pembelajaran digital lebih mudah diakses. Demi mendukung hal ini lebih lanjut, platform sosial itu mengklaim pihaknya akan berkolaborasi dengan usaha sosial Kid Kid, Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Thailand, dan Bangkok Metropolitan Administration untuk meningkatkan kesadaran dan aksi lingkungan di kalangan generasi muda di Negeri Gajah Putih.

Ini termasuk lokakarya edukasi dan tantangan terkait pilihan gaya hidup berkelanjutan sehari-hari, seperti pemilahan sampah dan konsumsi energi. Program ini sejalan dengan tujuan perusahaan meningkatkan konten edukasi tentang iklim dan mencapai netralitas karbon operasional pada 2030.

Bahaya Sampah Plastik di Laut
Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya