Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak cerita jemaah haji Indonesia saat menjalani ibadah di Tanah Suci. Seorang pria bercerita tentang pengalaman yang ia sebut seram dan traumatik tentang hajar aswad. Ia mengungkapkan hatinya justru sama sekali tidak bahagia setelah berhasil mencium hajar aswad di Kakbah, Mekkah, Arab Saudi.
Padahal, mencium hajar aswad jadi impian bagi banyak umat muslim di seluruh dunia termasuk di Indonesia. "Tapi perasaan yang gue dapat setelah mencium hajar aswad malah takut, stres, trauma," terang pria bernama Zahid Samosir dalam video di akun TikTok @zahidsamosir pada Jumat, 14 Juli 2023.
Di tahun 2019, Zahid sedang melakukan ibadah thawaf sunnah. Ia mengatakan saat itu tak terlalu mengejar untuk mencium hajar aswad karena biasanya situasi di sekitar Kakbah dan Masjidil Haram sangat ramai dan sulit untuk bisa mencapai ke sana.
Advertisement
Saat di putaran ketiga, tiba-tiba ada orang yang berteriak kencang menunjuk dirinya. Pria itu mengatakan akan membantunya mencium hajar aswad.
Zahid langsung paham kalau pria itu adalah joki hajar aswad yang sudah beberapa kali didengarnya. Ia langsung menolaknya karena sedang mencari multazam, tempat yang terletak antara Hajar Aswad dan Pintu Kakbah
Namun, pria itu menarik bahu Zahid dengan kencang dan membujuknya agar ia mau mencium hajar aswad. Zahid kembali menolak dan mengatakan ia tidak punya uang. "Udah, kalau masalah uang nanti serahkan pada Allah," kata pria tersebut seperti yang ditirukan oleh Zahid.
Ulah Kasar Joki
Akhirnya Zahid mengiyakan permintaan tersebut. Tiba-tiba, dua orang pria lain bertubuh besar datang dan menyergap tangan Zahid.
"Dikunci tangan gue, sambil ngarah ke hajar aswad udah kayak orang ngawal presiden pas ada kerusuhan. Itu sumpah gue sampai deg-degan panik banget," terang Zahid. Sedangkan satu orang lainnya ternyata menyapu jemaah lainnya dengan cara yang sangat kasar.
"Semua orang yang antre, laki-laki maupun cewek, mau udah nenek-nenek, diapain coba? Disikut, dijatuhin, itu sampai ada nenek-nenek kerudung lepas, ibu-ibu keinjek-injek, udah kayak smackdown di depan mata gue," ungkap Zahid yang mengakui hal tersebut meremukkan hatinya.
Melihat ulah sadis dan kasar joki tersebut, Zahid merasa sedih hingga hilang mood untuk mencium hajar aswad. Sesampainya di sana, Zahid disuruh cepat mencium hajar aswad hingga kepalanya terus didorong.
Setelah selesai dan mereka keluar dari kerumunan, joki itu ternyata meminta upah 100 riyal per orang atau sekitar Rp400 ribu. Itu karena di awal joki mengatakan ikhlas karena Allah, Zahid pun tak mau membayar.
Advertisement
Langsung Lari Usai Dipaksa Cium Hajar Aswad
Ia langsung kabur dengan berlari sekuat tenaga. "Nggak sedikit joki ilegal yang berbahaya kayak gini masih berseliweran di sana. Ini bahaya banget buat teman-teman yang pertama kali umroh atau haji terus pengen nekat lepas dari bimbingan travelnya. Gue saranin teman-teman ikut travel yang terpercaya," pungkas Zahid.
Sayangnya Zahid tidak mengungkapkan para joki itu berasal dari negara mana. Pasalnya, orang Indonesia juga ada yang menjadi joki untuk mencium hajar aswad.
Beberapa tahun lalu, gara-gara ingin menolong rekannya untuk mencium hajar aswad dua jemaah haji Indonesia harus berurusan dengan Kepolisian Arab Saudi. Keduanya ditangkap karena diduga menjadi joki bagi jemaah yang hendak mencium hajar aswad.
Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia, Ahmad Dumyati Basari, mengatakan kejadian tersebut berlangsung pada Senin, 19 September 2016. Saat itu, kedua jemaah berinisial MR dan AR tengah melakukan kegiatan mencium hajar aswad bersama rombongan jemaah wanita sebanyak 10 orang.
Joki Dibawa ke Polisi
Pada putaran pertama, kata dia, MR berhasil memandu beberapa wanita untuk mencium hajar aswad. Setelah sukses, pemandu lantas berganti kepada AR untuk mengajak jemaah lainnya melaksanakan ritual serupa.
“Saat baru putaran kedua dimulai, kedua joki itu tiba-tiba ditangkap polisi dan dibawa ke markasnya," lanjut Dumyati di Jeddah, 23 September 2016, dikutip dari kanal News Liputan6.com.
Atas kejadian tersebut, keluarga dan kepala kloter melaporkannya kepada Sektor 5 pada 20 September 2016 pukul 08.45 waktu Saudi. Setelah itu, pihaknya langsung menindaklanjuti dengan menyambangi kantor polisi setempat untuk mencari kedua jemaah tersebut.
"Tapi pihak kepolisian bilang keduanya sudah dibawa ke penjara Shumaisy," ucap Dumyati. Pihaknya kemudian berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti KJRI, muassasah, hingga Kementerian Haji Arab Saudi bahkan pejabat di penjara tersebut. Namun saat itu keduanya belum dapat dibebaskan.
"Menurut informasi KJRI, kasusnya agak terlambat dilaporkan setelah jemaah dievakuasi ke Syumaisy, karantina sebelum deportasi. Namun begitu, semoga masih ada harapan bisa diadvokasi," kata Dumyati menandaskan.
Advertisement