Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pemilik usaha di Maui, Hawaii, terpaksa memecat sejumlah pegawainya dan mengurangi jam operasional menyusul bencana kebakaran hutan yang mematikan di pulau itu. Sejalan dengan upaya pemulihan, pemerintah terus memperbarui panduan perjalanan bagi wisatawan.
Hal itu berbanding terbalik saat pernyataan darurat disampaikan beberapa hari setelah kebakaran melanda. Pada 8 Agustus 2023, Kantor Gubernur Hawaii Josh Green meminta wisatawan meninggalkan area terdampak secepatnya setelah bisa melakukannya dengan aman. Pemerintah juga 'tak menyarankan' perjalanan non-esensial ke Maui dilakukan.
Baca Juga
Wisatawan memperhatikan pesan tersebut dengan lebih dari 46.000 orang meninggalkan Maui pada 13 Agustus 2023, menurut laporan media lokal. "(Pelanggan) setidaknya turun 50 persen," Penny Putnam, manajer umum Moose McGillycuddy's, mengatakan kepada Kyodo News tentang kunjungan ke bar dan restoran yang berlokasi di Kihei, Maui Barat, dikutip Kamis, 24 Agustus 2023.
Advertisement
Putnam (64) mengatakan sepinya pengunjung memaksanya memangkas jam kerja staf yang berjumlah sekitar 100 karyawan dari tiga cabang restoran. "Kami tak ingin semua orang kembali jadi pengangguran. Kami baru saja keluar dari itu. Kami baru saja membangun kembali dari Covid," katanya.
Sekitar 2.002 penumpang terbang ke Maui pada Minggu, 20 Agustus 2023, turun sekitar 70 persen dari hari yang sama di tahun lalu yang tercatat 6.852 orang menurut data pariwisata resmi Hawaii. Pariwisata sejauh ini merupakan tulang punggung ekonomi Maui. Data Dewan Pembangunan Ekonomi Maui menyebut sekitar 70 persen dari uang yang dihasilkan berasal dari wisatawan yang datang.
Â
Pemerintah Hawaii Berubah Sikap pada Wisatawan
Gubernur Hawaii mengubah sikapnya terhadap pariwisata selama jumpa pers berlangsung pada minggu lalu. Ia mengatakan para wisatawan disambut di Maui tetapi tidak disarankan mengunjungi sisi barat pulau itu.
"Apa yang kami katakan saat ini adalah perjalanan tidak disarankan ke Barat Maui, tetapi bagian lain Maui aman dan secara umum daerah lain jelas aman," kata Green.
"Kami ingin orang bepergian ke wilayah negara ini sejauh hal tersebut tidak berdampak pada kerja keras yang dilakukan orang-orang luar biasa ini," tambahnya, mengacu pada respons pertamanya.
Hingga Senin, 21 Agustus 2023, 115 korban jiwa telah dikonfirmasi. Menurut Green, lebih dari 1.000 orang masih belum ditemukan.
Darren Byler (37), manajer umum Cafe O'lei Kihei, sebuah restoran lokal yang dibuka pertama kali pada tahun 1997, harus memberhentikan sekitar 25 persen dari 200 stafnya. "Saya tidak tahu apakah ini sudah terlambat...tapi kerusakan pasti sudah terjadi," kata Byler.
Advertisement
Dampak Parah pada Sektor Wisata
Byler memperkirakan jumlah pengunjung telah menurun sebesar 50 persen. Kondisi lebih buruk terjadi di lokasi Perkebunan Tropis Maui miliknya di Waikapu di pusat Maui, yang terutama melayani wisatawan.
"Saya pikir ini adalah kesempatan untuk menampilkan sisi indah lain dari pulau ini," kata Byler. "Kami memiliki banyak keindahan untuk dibagikan dan cara terbaik untuk membantu pemulihan kami adalah dengan datang dan menikmati pulau yang indah ini."
Don Russel, 60, seorang turis asal Phoenix, Arizona, menikmati berjemur di pantai yang sepi akhir pekan lalu. Dia telah merencanakan perjalanan antar-pulau dari Kauai ke Maui sebelum kebakaran hutan menghancurkan komunitas Lahaina.
"Kami tetap datang ke sini dan kami diam di tempat saja, tidak ke sisi barat pulau," kata Russel. "Anda tidak dapat menghancurkan seluruh pulau, semua orang masih berharap untuk bertahan hidup."
Sebelumnya, Moody’s RMS memperkirakan kebakaran hutan di Maui, Hawaii, telah menyebabkan kerugian ekonomi antara USD 4 miliar (Rp61,1 triliun) dan USD 6 miliar (Rp91,7 triliun). Perkiraan tersebut mengamati kerusakan properti dan gangguan bisnis di seluruh aset perumahan, komersial, industri dan infrastruktur.
Perhitungan Kerugian
Melansir CNBC, Rabu, 23 Agustus 2023, Moody’s mengukur kerugian dari kebakaran Hawaii melalui penilaian risiko dari perubahan iklim dan bencana alam. Moody's mengakui, besaran kerugian sebenarnya dari kebakaran hutan paling mematikan di Amerika Serikat itu hampir pasti lebih tinggi daripada perkiraan kerusakan properti.
Perusahaan pemeringkat itu menjelaskan, perkiraan kerugian yang mencapai miliaran dolar belum termasuk dampak kebakaran terhadap produk domestik bruto Hawaii, pengeluaran pemerintah untuk tanggap bencana, atau dampak sosial dari kebakaran tersebut.
Pembangunan kembali bahkan akan memakan biaya karena inflasi menaikkan harga selama proses pemulihan yang panjang. Selain itu, harga barang-barang di Maui juga lebih mahal karena lokasi pulau yang terpencil dan biaya tenaga kerja di industri konstruksi yang tinggi.
Sebagian besar kerugian kemungkinan terkonsentrasi di kota bersejarah Lahaina, di mana kobaran api menghanguskan lebih dari 2.100 hektar properti dan menghancurkan hampir 2.200 bangunan, menurut Moody’s. Nilai properti yang diasuransikan pada bekas kebakaran di Lahaina dan Kula diperkirakan antara USD 2,5 miliar dan USD 4 miliar.
Advertisement