Liputan6.com, Jakarta - Wanita berusia 68 tahun dengan lima cucu ini mendapati namanya menjadi pusat perhatian. Adalah Barbara "Barbie" Oppenheimer, yang dijuluki "Barbenheimer", ia mengalami musim panas yang tak terlupakan di tengah popularitas film "Barbie" oleh Greta Gerwig dan "Oppenheimer" oleh Christopher Nolan karena namanya yang unik itu.
Kemunculan film Barbie dan Oppenheimer beberapa waktu lalu telah menjadi fenomena besar di dunia maya. Kebetulan waktu rilis yang berdekatan dan popularitas kedua film yang tinggi membuat kreativitas netizen terpicu. Mereka mulai membuat meme, parodi, dan berbagai konten lainnya yang menggabungkan elemen dari kedua film. Dari situ, nama "Barbenheimer" lahir dan dengan cepat menjadi tren.
Baca Juga
"Gejolak Barbenheimer telah memberikan tambahan kesenangan pada kehidupanku yang sudah hebat. Sungguh suatu pengalaman yang menyenangkan," ungkap "Oppenheimer" kepada New York Post pada 31 Agustus 2023. "Saya menikmati seluruh hingar bingarnya. Bukankah selalu menyenangkan untuk merangkul kebetulan?"
Advertisement
Meski teman-temannya merasa fenomena kedua film itu adalah sesuatu yang luar biasa, Oppenheimer mengatakan banyak orang yang tidak dikenalnya terkejut saat mengetahui namanya. "Sebagian besar orang tak percaya saat saya menyebutkan nama saya. Mereka pikir saya sedang bercanda," tuturnya kepada The Post.
Oppenheimer, yang berasal dari Newton, Mass., mengungkapkan bahwa kedua anak laki-lakinya juga senang bergurau tentang hal itu. "Saat kami berkumpul untuk merayakan ulang tahun ke-70 suami saya, wawancara dari Slate terputus, dan tanpa ragu, mereka mengejek jawaban saya," ujarnya, menyinggung sebuah wawancara terbaru di situs tersebut.
Memotivasi Orang untuk Menonton ke Bioskop
Nenek itu pun bercerita bahwa putra tertuanya memberinya baju bertuliskan Barbenheimer untuk hari ulang tahunnya yang jatuh pada Oktober, walaupun dirinya ternyata sudah punya satu.
"Kebanyakan dari cucu saya masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini, tapi cucu saya yang paling tua, yang berusia 7 tahun dan dulu sangat menyukai Barbie, merasa tertarik," katanya.
Dalam wawancara tersebut, Oppenheimer berpendapat bahwa momen ketenarannya mungkin akan cepat berlalu, namun dia menemukan seluruh situasi ini amat menghibur.
"Saya memiliki teman kuliah dari berbagai belahan dunia yang menghubungi saya saat mereka sedang keluar, dengan segala macam lelucon, seperti 'ledakan dan bahan peledaknya'," ungkapnya kepada Slate. "Sungguh ide cemerlang untuk merilis keduanya secara bersamaan. Hal itu benar-benar memotivasi orang untuk kembali menonton di bioskop."
Meski sekarang lebih dikenal dengan nama Barbara, ada masa di mana dia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Barbie asli dan memiliki nama panggilan khusus.
"Awalnya saya disebut Barbie, ditulis seperti Barbie. Karena saat itu, setiap orang ingin menjadi seperti Barbie. Lalu, saat berusia 12 tahun, saya menggantinya menjadi Barby, dengan 'Y', dan kemudian menjadi Barb," ceritanya kepada media tersebut. "Saya dibesarkan di Milwaukee, di kawasan Midwest—tentu saja, saya dikenal sebagai Barb. Namun, setelah lulus dan mendapat kesempatan di Mass General, saya dikenal sebagai Barbara. Saya terasa lebih profesional dan dewasa."
Advertisement
Ada Hubungan dengan Oppenheimer Asli
Ketika banyak penggemar film dilanda keraguan tentang film mana yang harus ditonton lebih dulu, Oppenheimer memilih menonton "Oppenheimer" pada akhir pekan perilisannya. Itu karena suaminya memiliki hubungan keluarga dengan J. Robert Oppenheimer, yang dikenal sebagai "ayah dari bom atom" dan menjadi tokoh utama dalam film tersebut.
"Ayah dari suami saya merupakan sepupu ketiga dari J. Robert, sehingga kami penasaran bagaimana ceritanya disajikan dalam film," ungkapnya.
Walaupun memiliki hubungan yang tidak begitu dekat dengan fisikawan terkenal tersebut, dia merasa karakter tersebut digambarkan dengan cermat dalam film.
"Yang pertama saya dengar sebelum menontonnya adalah film ini berdurasi tiga jam. Tapi buat saya, itu bukan halangan," ujar Oppenheimer. "Menurut saya, film ini menggambarkan dengan baik dilema moral yang dihadapi oleh Oppenheimer. Apakah dia benar-benar menghadapinya saat itu? Itu menjadi pertanyaan yang menarik."
Dia melanjutkan, "Latar belakang saya adalah ilmu kesehatan dan saya pernah menjadi profesor di bidang itu. Melihat bagaimana Oppenheimer menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan bagaimana isu tersebut dipolitisasi, sangat menarik, terutama melihat patriotisme di Los Alamos, seperti yang dirasakan para kru saat itu."
Menyukai Kedua Film
Oppenheimer merupakan pensiunan profesor patologi bicara dan bahasa di Universitas Boston. Pekerjaan itu dia anggap "lebih serius dibandingkan dengan apa yang dilakukan Ken di pantai."
Dia menambahkan, "Saya menyukai film ini karena memicu pemikiran tentang peran J. Robert Oppenheimer dalam sejarah. Bagi beberapa orang, dia dianggap sebagai pahlawan, tetapi bagi yang lain, dia menjadi subjek kemarahan. Dalam keluarga suami saya, apakah Anda mengakui dia sebagai kerabat atau tidak sangat bergantung pada pandangan Anda terhadap isu-isu tertentu."
Kira-kira dua minggu setelah menyaksikan film karya Christopher Nolan, Oppenheimer bersama suaminya menikmati tayangan "Barbie". Kedua film tersebut sukses memikat hati keduanya.
"Kami menikmati kedua film tersebut dengan cara masing-masing. Saya sempat ragu apakah suami saya akan menikmati 'Barbie', namun dia tertawa terpingkal-pingkal sepanjang film," ucap Oppenheimer.
Walaupun dia terkesan dengan kedua film tersebut, dia mengaku kesulitan memilih yang mana yang lebih disukainya. "Kedua film itu memiliki karakteristik berbeda. Saya mengidentifikasi diri sebagai feminis, meski mungkin pendekatan saya agak klasik karena latar belakang generasi saya. Saya merasa terhibur dengan bagaimana mereka menggambarkan Barbie dalam dunia fiksi dan realitanya. Saya benar-benar terhibur sepanjang waktu," kata dia.
Advertisement