Mengulik Budaya Konsumsi Jamu dalam Filosofi Kesehatan Masyarakat Jawa

Bagi masyarakat Jawa, sehat diartikan sebagai keadaan jasmani dan rohani yang bebas dari kelainan maupun penyakit. Secara turun-temurun, mereka percaya pada pengobatan alami, termasuk dengan mengonsumsi jamu.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Sep 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2023, 05:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi bahan pembuat jamu. (dok. unsplash/Merve Sehirli Nasir)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi masyarakat Jawa, sehat diartikan sebagai keadaan jasmani dan rohani yang bebas dari kelainan maupun penyakit. Secara turun-temurun, mereka percaya pada pengobatan alami, termasuk dengan mengonsumsi jamu.

Melansir "The Javanese Health Philosophy" oleh Indonesia Gastronomy Network dalam kolaborasi dengan ACARAKI di Google Arts & Culture, Senin, 4 September 2023, disebutkan bahwa konsumsi jamu secara teratur dipercaya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan keseimbangan. Pemanfaatannya bisa dilakukan dengan cara diminum maupun topikal.

Obat oles berupa pilis, yakni ramuan herbal berbentuk pasta yang ditempelkan pada dahi/ pelipis, atau parem: salep encer yang dioleskan pada bagian tubuh yang sakit digunakan untuk merangsang sel saraf. Ramuan tanaman obat itu bertujuan "mengembalikan keseimbangan dan kondisi kesehatan tubuh."

Mengenai penyakit, naskah kuno Serat Centhini mengklasifikasikannya ke dalam dua kategori berdasarkan penyebab. Ada penyakit yang disebabkan faktor fisik, seperti kekerasan fisik, kecelakaan, kebiasaan makan yang buruk, paparan agen penyebab penyakit, racun, dan lain sebagainya. Sementara, penyakit akibat faktor non-fisik seperti kekuatan gaib negatif.

"Terkadang, kita menemukan kasus perapalan mantra yang menyebabkan seseorang jatuh sakit. Hal ini terkadang dilengkapi ritual perdukunan untuk membebaskan orang yang sakit dari malapetaka yang akan datang (Bratawijaya, 1997), seperti dalam tradisi ruwatan masyarakat Banten di Jawa Barat," catat pihaknya.

Ritual tersebut dilakukan secara keagamaan dan dilengkapi doa dan persembahan. Sering kali, sebut mereka, sesajen tersebut secara seremonial dimasukkan ke dalam sungai atau laut sebagai simbol untuk menyingkirkan dan menghilangkan pengaruh jahat.

Ramuan Jamu Didoakan

Ilustrasi
Ilustrasi bahan-bahan pembuat jamu. (dok. pexels/Glaucio Guerra)

Nenek moyang masyarakat Indonesia telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh secara alami di lingkungan tempat tinggal mereka untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit melalui konsumsi jamu.

"Mereka percaya, Tuhan menciptakan khasiat penyembuhan alami pada tumbuhan," catat ulasan bertajuk "At The Root of It All" oleh Indonesia Gastronomy Network dan ACARAKI, dikutip dari Google Arts and Culture, 1 September 2023.

Karenanya, jamu Indonesia merupakan tradisi turun-temurun, dan dinilai berdasarkan pengalaman yang membuktikannya bermanfaat dalam menjaga kesehatan dan sebagai obat penyembuh (Gardjito, 2019). Namun, keberadaan jamu tidak lepas dari filosofi masyarakat Jawa yang memandang penyakit berdasarkan rasa sakit fisik dan non-fisik, sebagaimana telah disinggung.

Dalam Serat Centhini (1814) dan Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi (1831), pihaknya merangkum, bahwa selain berbagai jenis tanaman yang digunakan untuk pembuatan jamu, para pembuat jamu juga mendoakan ramuan tersebut dengan doa-doa dari ayat suci Al-Qur'an untuk melengkapi penyembuhan non-fisik.

Produk Budaya Jawa

Ilustrasi Jamu
Ilustrasi jamu. (Liputan6.com/Zulfikar)

Doa juga dibaca sebelum jamu dikonsumsi. Hal ini menjelaskan bahwa jamu bukan sekedar jadi cara mengobati dan menjaga kesehatan, namun juga jadi produk budaya Jawa maupun Indonesia secara keseluruhan, kendati praktik tradisinya bisa saja berbeda antara satu wilayah dengan yang lain.

Disebut bahwa jamu tidak bisa dibandingkan dengan pengobatan medis lain yang memerlukan prasyarat, seperti uji klinis untuk mendapatkan legalitas dalam perdagangan. Jamu merupakan hasil sejarah peradaban yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan budaya Jawa (Suprana, 2013).

"Pemahaman akan kedudukan tersebut penting agar jamu memiliki kemandirian sebagai kekayaan intelektual bangsa Indonesia yang telah bermanfaat bagi kesehatan dan telah terbukti (khasiatnya) sepanjang sejarah peradaban Jawa, secara turun-temurun," tandas pihaknya.

Seperti minuman warisan pada umumnya, jamu juga punya catatan cara pembuatan secara tradisional. Lebih dari sekadar itu, praktik pembuatan jamu tradisional bahkan disebut sebagai salah satu seni penyembuhan.

Ahli dalam Seni Penyembuhan

Ilustrasi
Ilustasi bahan pembuat jamu segar. (dok. unsplash/Agnieszka Kowalczyk)

Melansir ulasan oleh Indonesia Gastronomy Network, yang bekerja sama dengan ACARAKI, dikutip dari Google Arts and Culture, 29 Agustus 2023, catatannya termuat dalam Serat Centhini. Itu adalah kumpulan cerita dan ajaran Jawa sebanyak dua belas jilid, ditulis dalam bentuk syair dan diterbitkan pada 1814.

Buku ini jadi rujukan utama berbagai aspek filsafat dalam kebudayaan Jawa. Ulasan jamu dalam Serat Centhini Jilid III kaca 321-330 memuat sekitar 45 jenis tanaman obat untuk meramu 85 jenis jamu untuk mengobati sekitar 30 jenis penyakit (Sukenti, 2002).

Di sana, terdapat 922 resep untuk meramu jamu dan 244 resep berupa jimat, gambar, doa, dan mantra sebagai tambahan kekuatan penyembuhan (Sutarjadi, dkk., 2012). Adapun dalam Serat Kawruh bab Jampi-Jampi Jawi yang ditulis pada masa Sunan Paku Buwono V tahun 1833, terdapat sekitar 1.166 resep jamu.

Banyaknya resep pengobatan tersebut menjelaskan bahwa saat itu, masyarakat Jawa sudah mempunyai ilmu "linuwih" atau ahli dalam seni penyembuhan.

 

Disclaimer: Jamu adalah ramuan tradional berbahan alami yang bisa membantu kesehatan tubuh. Bila ada keluhan kesehatan, sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya