Liputan6.com, Jakarta - Badan Kepolisian Nasional Korea Selatan (NPA) mengumumkan rencana mengontrol penjualan dan pemakaian seragam polisi sebagai kostum selama perayaan Halloween. Dilansir dari Korea Times, Jumat (27/10/2023), rencana tersebut muncul setelah operasi penyelamatan terhalangi oleh peserta festival yang mengenakan seragam polisi saat peristiwa tragis terjadi di Itaewon tahun lalu.
Tindakan keras terhadap penggunaan kostum polisi dimulai pada Selasa, 24 Oktober 2023 dan akan berlanjut hingga 5 November 2023. Baik penjualan maupun pemakaian kostum polisi akan tunduk pada tindakan pengendalian tersebut.
Baca Juga
Mengenakan kostum polisi dapat menimbulkan kebingungan, terutama dalam situasi darurat, menurut NPA. Kesalahan identifikasi pengunjung pesta yang berpakaian seperti polisi dan juga petugas polisi asli yang tidak berseragam dapat menghambat manajemen keselamatan.
Advertisement
Terkait dengan peristiwa tragis yang merenggut sedikitnya 158 nyawa di Itaewon pada 29 Oktober tahun lalu, tercatat bahwa petugas polisi yang dikirim secara keliru dianggap sebagai warga sipil yang mengenakan kostum. Kebingungan ini mengakibatkan terlambatnya tanggap bencana.
Undang-undang yang berlaku saat ini melarang individu yang bukan polisi untuk mengenakan seragam atau pakaian serupa yang menyerupai seragam resmi polisi, atau memiliki peralatan yang digunakan oleh polisi. Mereka yang melanggar hukum akan menghadapi hukuman hingga enam bulan penjara atau denda hingga 3 juta won atau sekitar Rp35,3 juta. Penjual dapat menghadapi hukuman satu tahun penjara atau denda hingga 10 juta won atau sekitar Rp117,8 juta.
Kostum Polisi Masih Beredar
Namun demikian, setelah satu tahun tragedi tersebut, iklan kostum Halloween yang berhubungan dengan polisi dapat dengan mudah ditemukan secara online dan pasar barang bekas.
Kostum dijual dengan harga mulai dari 10.000 won, sekitar Rp117 ribu hingga 30.000 won, sekitar Rp335 ribu, sementara perlengkapan seperti pentungan, walkie-talkie, dan borgol yang menyerupai barang-barang yang digunakan oleh petugas polisi sungguhan tersedia dengan harga 50.000 won, sekitar Rp589 ribu hingga 60.000 won, sekitar Rp707 ribu.
Saat ini, NPA telah menindak total 42 kasus pelanggaran hukum, termasuk penghapusan postingan online, melalui pemeriksaan berkelanjutan terhadap 51 situs dan pasar barang bekas sejak Halloween tahun lalu. Selain itu, 19 orang telah ditangkap karena melanggar undang-undang terkait, dan tiga kasus sedang diselidiki.
"Kami melakukan inspeksi menyeluruh di setiap situs portal dan pasar online sebelum Halloween, dan kami juga berencana untuk memperkenalkan pedoman tentang kostum dewasa yang dapat membingungkan masyarakat," kata seorang pejabat NPA.
Advertisement
Halloween Masih Menjadi Topik Sensitif di Korea
Halloween masih menjadi topik sensitif di Korea Selatan semenjak tragedi mematikan yang terjadi di Itaewon. Penggunaan barang ataupun benda yang diasosiasikan dengan Halloween sangat dihindari, kritik juga akan diberikan bagi orang-orang yang tetap merayakan.
Sebuah toko roti di wilayah Gyeonggi, Seoul, Korea Selatan, dikritik setelah menjual kue berbentuk labu dan hantu, simbol yang diasosiasikan dengan Halloween. Dilansir dari Koreaboo, Senin, 23 Oktober 2023, tangkapan layar obrolan tentang kritik negatif untuk toko roti tersebut beredar secara online.
Banyak warganet yang menyayangkan toko kue tersebut mengangkat tema Halloween. Mereka menuding pihak toko tidak bersimpati pada korban tragedi Itaewon yang bertepatan pada hari Halloween tahun lalu.
Pemilik toko roti, yang merupakan seorang pria berusia 33 tahun, mengungkapkan kesedihannya atas situasi yang terjadi kepadanya. Ia mengaku sangat terluka oleh kritik tersebut. Reaksi negatif yang diterimanya itu membuatnya secara terus-menerus mencari di berbagai forum online dan ruang obrolan untuk melihat apakah ada penyebutan lebih lanjut tentang tokonya.
Kritik yang dihadapi oleh toko roti tersebut mencerminkan situasi masyarakat yang lebih luas di Korea Selatan. Banyak pemilik bisnis, baik itu besar maupun kecil, berhati-hati menjelang perayaan Halloween tahun ini.Â
Halloween Tidak Dirayakan untuk Bersimpati Kepada Korban
Perusahaan-perusahaan besar dan taman hiburan mulai tidak memperdulikan perayaan tersebut. Alasannya jelas, yaitu untuk menghargai sentimen masyarakat yang sangat sensitif, dan perusahaan berhati-hati agar terlihat peduli dengan sentimen masyarakat, atau memanfaatkan peristiwa yang menjadi tragedi nasional tersebut.
Toko-toko dan bisnis yang biasanya mengandalkan Halloween untuk meningkatkan penjualan kini juga berada di bawah tekanan. Misalnya, toko-toko besar seperti Daiso dan Artbox, yang memamerkan produk bertemakan Halloween, juga mendapatkan kritik publik serupa.
Situasi terhadap Halloween yang tenang tahun ini tidak terbatas pada toko dan bisnis saja. Institusi pendidikan, termasuk taman kanak-kanak dan sekolah bahasa di Seoul, telah membatalkan pesta Halloween atau mengganti namanya untuk menghindari kaitan langsung dengan festival tersebut.
Dalam menghadapi kesedihan nasional yang mendalam, sentimen masyarakat terhadap Halloween yang tenang dapat dimengerti. Meskipun tradisi dan perayaan merupakan aspek penting dari budaya masyarakat, ada momen-momen dalam sejarah yang memerlukan refleksi dan rasa hormat.Â
Tahun ini, ketika Seoul mengenang para korban Itaewon, penting untuk memprioritaskan empati dan pengertian. Tragedi Itaewon yang merenggut 159 nyawa pada tahun lalu, memberikan bayangan suram pada perayaan Halloween tahun ini.Â
Advertisement