Lebih dari 500 Turis Keracunan Makanan Setelah Cicipi Mi Mengalir dari Saluran Bambu Jepang

Lebih dari 500 orang keracunan makanan setelah cicipi mi yang berasal dari saluran bambu sebuah restoran di Jepang yang ternyata telah terkontaminasi.

oleh Farel Gerald diperbarui 05 Nov 2023, 14:31 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2023, 14:31 WIB
Makan nagashi-somen--artinya, mi yang mengalir--merupakan tradisi musim panas di Jepang.
Sebuah restoran di Kyoto, Jepang, yakni Hirobun memberikan pengalaman berbeda dimana pengunjung bisa mencoba makan mi yang meluncur di atas bilah bambu. (Sumber mylittlejapan.com)

Liputan6.com, Jakarta - Para wisatawan yang datang ke Prefektur Ishikawa di Jepang baru-baru ini mengalami kejadian tak mengenakkan. Apa yang semula menjadi liburan yang diharapkan penuh kesenangan berubah menjadi mimpi buruk yang mengerikan.

Mereka seharusnya menikmati pesona Prefektur Ishikawa yang indah, tetapi malah berakhir dengan masalah kesehatan yang serius. Semua karena peristiwa tak terduga yang terkait dengan sebuah tren makan yang tidak berjalan sesuai rencana.

Dilansir dari Koreaboo pada Jumat, 3 November 2023, insiden ini terjadi di sebuah restoran bernama Ōtaki Sōmen. Restoran ini memiliki daya tarik unik karena hanya buka selama musim panas dan terletak di tepi sungai.

Namun, tahun ini, kegembiraan para pengunjung berubah menjadi penderitaan setelah sekitar 93 tamu melaporkan mengalami keracunan makanan. Lebih dari 500 orang lainnya mengalami gejala yang sangat mengkhawatirkan.

Salah satu pengunjung, seorang wanita, menceritakan pengalamannya, "Saya harus terus ke kamar mandi setiap 30 menit. Saya merasa demam tinggi, dan mengalami diare. Suhu tubuh saya bahkan mencapai 39,8 derajat Celsius."

Yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa korban berusia antara 2 hingga 50 tahun. Meskipun insiden ini mengejutkan, pihak berwenang berharap bahwa semua orang yang terkena dampak bisa pulih dengan selamat.

Pertanyaannya adalah, bagaimana bisa terjadi keracunan makanan massal di tempat wisata ini? Semua ini berasal dari cara makan "khas" restoran tersebut, yaitu Nagashi Somen, yang merupakan mi tipis yang mengalir melalui saluran bambu yang diisi dengan air dingin.

Terkontaminasi Bakteri dari Babi Hutan

Makan nagashi-somen--artinya, mi yang mengalir--merupakan tradisi musim panas di Jepang.
Makan nagashi-somen atau berarti mi yang mengalir ini merupakan tradisi musim panas di Jepang. Tak heran bila bukan hanya Hirobun yang menyajikan nagashi-somen, melainkan juga restoran-restoran lain di Jepang. (Sumber cuplikan video Instagram/@wander.wonder.wasabi)

Selama 30 tahun terakhir, restoran ini telah mencatat catatan kebersihan yang sangat baik. Tetapi tahun ini, mereka tidak menyadari bahwa air yang mereka gunakan terkontaminasi.

Pusat kesehatan setempat telah memeriksa sampel air yang digunakan di restoran tersebut dan menemukan bahwa air tersebut positif mengandung bakteri Campylobacter, yang merupakan salah satu bakteri yang paling umum menjadi penyebab keracunan makanan di Jepang. Penyebab kontaminasi air ini diduga berkaitan dengan keberadaan kotoran babi hutan di daerah sekitarnya, yang baru-baru ini terlihat di sekitar wilayah tersebut.

Dalam tanggapannya terhadap insiden ini, Ōtaki Sōmen telah mengeluarkan permintaan maaf kepada para korban dan masyarakat. Mereka berjanji akan menjalani serangkaian tes menyeluruh terhadap semua aspek operasional mereka.

Restoran tersebut pun tutup untuk sementara waktu. Mereka berharap untuk kembali beroperasi tahun depan dengan standar kebersihan yang lebih tinggi dan kualitas pelayanan yang lebih baik, sehingga para pengunjung dapat menikmati pengalaman makan yang aman dan menyenangkan.

Keracunan Makanan Usai Hadiri Resepsi Pernikahan

Ilustrasi
Ilustrasi makanan katering pernikahan. (dok. unsplash/Dolores Preciado)

Di kesempatan berbeda, sebanyak 30 orang menderita keracunan makanan setelah mengonsumsi hidangan resepsi pernikahan di St Regis Singapura pada 3 September 2023, lapor Straits Times, dikutip dari Mothership, Jumat, 6 Oktober 2023. Menurut Badan Pangan Singapura (SFA), tidak ada korban yang dirawat di rumah sakit setelah menghadiri jamuan makan di hotel bintang lima tersebut.

Selain tamu undangan, pengantin juga masuk daftar orang yang keracunan makanan. SFA menambahkan, pihaknya sedang menyelidiki kejadian tersebut bersama Kementerian Kesehatan Singapura.

Juru bicara St Regis mengatakan bahwa hotel tersebut diberitahu terkait laporan adanya tamu yang jatuh sakit setelah menghadiri resepsi pernikahan di Caroline's Mansion Ballroom. Pihak hotel mengaku telah menyelidiki insiden tersebut, termasuk pemeriksaan oleh petugas kebersihan hotel terhadap proses penyiapan makanan, ungkapnya.

Juru bicara juga menyampaikan bahwa pihak hotel telah menyediakan sampel makanan dari resepsi pernikahan untuk uji laboratorium yang akan dilakukan pakar keamanan pangan pihak ketiga yang terakreditasi. Hasil pengujian nantinya dicatat sesuai pedoman keamanan pangan negara itu.

Juru bicara juga mengatakan hotel tersebut bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan. Ia menambahkan bahwa St Regis memperhatikan kebersihan dan kebersihan dengan "sangat serius," dan kesejahteraan para tamunya selalu jadi "prioritas utama."

Pihak hotel juga berkomunikasi rutin dengan pasangan pengantin untuk memberi perawatan dan dukungan yang diperlukan, kata juru bicara tersebut.

Kasus Keracunan Lainnya

Ilustrasi
Ilustrasi makanan katering pernikahan. (dok. unsplash/Adele De Bruyn)

Itu bukan kali pertama kasus keracunan makanan muncul di resepsi pernikahan. Sedikitnya 22 warga Desa Bontomarannu, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan mengalami keracunan makanan pada 2 Juli 2023, lapor kanal Regional Liputan6.com per 3 Juli 2023.

Keracunan makanan itu terjadi saat mereka menghadiri resepsi pernikahan yang digelar warga setempat. Kasat Reskrim Polres Takalar, Iptu Asnawi, membenarkan insiden tersebut. Ia menjelaskan, seluruh korban langsung dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapat pertolongan pertama.

"Iya benar telah terjadi keracunan massal di pesta pernikahan," kata Asnawi, 3 Juli 2023. Tidak hanya tamu undangan, mempelai wanita juga turut jadi korban keracunan makanan dalam insiden tersebut. Menurut Asnawi, para korban umumnya menderita pusing, mual, bahkan muntah. 

Asnawi menegaskan bahwa pihaknya menyelidiki ihwal insiden keracunan massal tersebut. Ia mengaku penyidik telah mengambil sampel seluruh makanan dan minuman yang dihidangkan dalam resepsi pernikahan tersebut.

"Kami juga telah berkoordinasi dengan tim kesehatan untuk mengecek sampel dari makanan dan minuman yang kami disita," tandasnya.

Infografis Oleh-oleh Makanan khas Indonesia
Infografis Oleh-oleh Makanan khas Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya