Dawai Nusantara Mengalun di Benua Eropa Saat Gelaran Indonesian Cultural Night: The Sound of Indonesian String

Musik tradisional Indonesia kembali mendapat kesempatan untuk bergaung di Jerman. Berlokasi di tempat bersejarah, pertunjukan musik tradisional Indonesia dibuka oleh Walikota Ilmenau, Jerman, Dr. Daniel Schultheiß dan Wakil Duta Besar Republik Indonesia di Jerman, Fajar Wirawan Harijo.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 17 Nov 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2023, 20:00 WIB
Penampilan di Goethe Gymnasium University Ilmenau
Penampilan di Goethe Gymnasium University Ilmenau. (Dok: Kuko)

Liputan6.com, Jakarta - Musik tradisional Indonesia kembali mendapat kesempatan untuk bergaung di Jerman. Berlokasi di tempat bersejarah, pertunjukan musik tradisional Indonesia dibuka oleh Walikota Ilmenau, Jerman, Dr. Daniel Schultheiß dan Wakil Duta Besar Republik Indonesia di Jerman, Fajar Wirawan Harijo.

Empat orang musisi tradisional Indonesia, Dadan Budiana (Kacapi), Endang Sukandar(Suling), Djitron Pah (Sasando), dan Jeagril Pah (Sasando) tampil memukau penonton di acara Indonesian Cultural Night: The Sound of Indonesian String pada 14 November2023.

"Bisa menghadirkan musik tradisional Indonesia dan lagu-lagu Indonesia di hadapan penduduk Jerman tentu suatu kebanggaan untuk kami. Terlebih lagi saat kami melihat mereka sangat antusias dan apresiatif," ungkap Jeagril yang diamini oleh Dadan, Endang, dan Djitron dalam keterangan rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat (17/11/2023). 

Dalam acara yang digelar di GoetheStadtMuseum, Ilmenau, Jerman tersebut, keempat musisi tradisional yang sudah malang melintang dalam mempromosikan budaya Indonesia ini bukan hanya menunjukan kepiawaiannya dalam bermain musik tapi juga mempertontonkan perpaduan budaya barat dan timur Indonesia dalam alunan dawai yang memanjakan telinga.

Hadir lagu-lagu Indonesia seperti Bolelebo, Jipang LontangKering, Catrik, Kunang-kunang, dan Bengawan Solo. Sementara lagu barat di antaranya Yesterday dan What a Wonderful World membuat suasana malam musim gugur yang dingin menjadi hangat. 

Acara yang bertajuk Alunan Dawai Nusantara atau The Sound of Indonesian String merupakan kolaborasi antara dua organisasi kebudayaan. Yaitu KuKo e.V. (Jerman) dan Nain E Visual production (Indonesia) serta didukung oleh program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Interaksi Budaya (FBK IB) dari Direktorat Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RepublikIndonesia.

Ajang Ekspresi Para Seniman Tradisional Indonesia

Penampilan di klub mahasiswa Universitas Teknis Ilmenau
Penampilan di klub mahasiswa Universitas Teknis Ilmenau. (Kuko)

"Salah satu fokus dari organisasi kami adalah menjadi jembatan antara komunitas pendatang dengan penduduk Jerman sehingga bisa terjadi proses adaptasi dan asimilasi yang baik. Kami melihat jalur pendidikan dan budaya bisa membantu kami mencapai hal tersebut. Kami harap pertunjukan seni seperti ini bisa semakin mendekatkan orang-orang dari kedua negara ini," ungkap Ketua KuKo e.V., ChristophThron dalam keterangan rilis yang sama.

Sementara Naine E Visual berharap kegiatan ini dapat menjadi ajang ekspresi para seniman tradisional Indonesia sekaligus memperkenalkan kebudayaan Indonesia. "Dengan memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada dunia, kami berharap lebih banyak orang tahu betapa kaya dan beragamnya Indonesia," ungkap AgungSumarwan, Project Manager Nain E Visual. 

Acara yang juga dihadiri oleh Wakil Rektor Technische Universität Ilmenau, Prof. Dr.Jens Müller, serta dosen, staff dan mahasiswa menjadi semakin istimewa karena bertempat di salah satu gedung bersejarah Ilmenau.

Apresiasi dari Walikota Ilmenau

Acara yang bertajuk Alunan Dawai Nusantara atau The Sound of Indonesian String merupakan kolaborasi antara dua organisasi kebudayaan. Yaitu KuKo e.V. (Jerman) dan Nain E Visual production (Indonesia)
Acara yang bertajuk Alunan Dawai Nusantara atau The Sound of Indonesian String merupakan kolaborasi antara dua organisasi kebudayaan. Yaitu KuKo e.V. (Jerman) dan Nain E Visual production (Indonesia). (Dok: Naine E Visual)

GoetheStadtMuseum sendiri adalah tempat di mana sastrawan, penyair, dan novelis ternama dunia yang berasal dariJerman, Johann Wolfgang von Goethe bekerja selama dia menetap di Ilmenau.

"Kegiatan perkenalan budaya seperti ini merupakan hal yang sangat penting karena inimerupakan fondasi untuk kita bisa saling memahami satu sama lain dan hidupberdampingan dengan harmonis," apresiasi Walikota Ilmenau, Dr. Daniel Schultheiß.

Ia pun sangat berterima kasih kepada para musisi iniyang mau mempertunjukkan budaya Indonesia kepada penduduk Ilmenau. "Saya belum pernah menonton Kacapi Suling dan Sasando sebelumnya dan setelah menyaksikannya saya bisa bilang bahwa permainan mereka sangat impresif," ungkapnya. 

Senada dengan walikota Ilmenau, Wakil Duta Besar RI di Jerman, Fajar Wirawan Harijojuga menilai bahwa pengenalan budaya Indonesia ini merupakan hal yang positif. "Banyak yang mengenal Indonesia akan pantai-pantai indahnya dan makanan enaknyatapi jarang yang mengetahui tentang alat musik tradisionalnya, terlebih lagi alat musikdari Nusa Tenggara Timur, seperti Sasando ini.

Hal ini menurut Fajar sejalan dengan program pemerintah yang ingin mempromosikan Indonesia di luar Bali. "Tur The Sound of Indonesian String berlangsung pada 12 - 22 November 2023 dibeberapa kota di Jerman, termasuk Ilmenau, Frankfurt, Weimar, Gera, dan Jena. Selaindi museum, pertunjukan juga akan digelar di pusat kebudayaan, sekolah, danuniversitas.

 

Seni Musik Indonesia Harus Dilestarikan

Ilustrasi alat musik tradisional angklung
Ilustrasi alat musik tradisional angklung. (Gambar oleh Tri Yugo Wicaksono dari Pixabay)

Hari Musik Nasional yang jatuh setiap 9 Maret selalu akan mengingatkan bahwa Indonesia kaya dari sisi seni budaya, termasuk musik tradisional. Sudah sepatutnya dukungan tiada henti menggema supaya musik yang diwariskan secara turun-temurun ini tetap lestari.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid menuturkan bahwa salah satu yang utama dan mendasar yaitu pelestarian musik tradisional. Pihaknya turut ambil bagian dalam memastikan tetap adanya ekspresi-ekspresi musik, baik itu berupa notasi juga rekaman.

"Kita cukup aktif melakukan perekaman-perekaman untuk memastikan arsip musiknya tersedia, yang paling basic dari sisi kita adalah pelindungannya," sebut Hilmar saat dihubungi Liputan6.com.

Hilmar mengatakan, pihaknya telah menyuarakan dukungan dengan memberi panggung lebih luas lagi pada musik tradisional melalui ragam acara. Salah satunya adalah Festival Musik Indonesia yang digelar di beberapa tempat di Indonesia.

"Intinya memberi musisi tradisional untuk tampil. Tampil, bukan hanya soal panggung tetapi memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan musisi yang lain. Jadi kita melihatnya lebih ke sebuah platform untuk bertukar informasi, pengalaman," terangnya.

Acara lain yang dihadirkan yaitu Indonesian Music Expo (IMEX). "Itu lebih ke world music, intinya sebuah musik di luar dunia pop di mana seniman-seniman tradisional banyak sekali berperan dan itu mudah-mudahan di bulan Mei Indonesian Music Expo akan berlangsung," kata Hilmar.

Ia menyambung, acara tersebut pun banyak membuka akses bagi musik tradisional ke pasar dunia. "Karena world music ini lumayan ya, satu genre musik yang walaupun tidak sebesar pop, tapi di dunia cukup besar sirkulasinya. Biasanya mereka main di radio-radio yang khusus, produksi-produksi yang spesifik," kata dia.

Tak hanya mendukung melalui acara, pihaknya pun fokus pada perlindungan hak cipta. Hilmar menambahkan, banyak sekali karya-karya musisi tradisi ini dipakai untuk berbagai keperluan, namun mereka tidak mendapatkan economic rights (hak ekonomi).

Infografis Macam-Macam Alat Musik Tradisional
Infografis Macam-Macam Alat Musik Tradisional. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya