Liputan6.com, Jakarta - Pasukan Israel memborbardir Sekolah al-Fakhura di Gaza utara pada Sabtu, 18 November 2023 (18/11). Serangan udara diluncurkan Israel ke arah sekolah yang dikelola badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) itu.
Sekolah tersebut berada di kamp pengungsi Jabalia, Gaza Utara dan juga dijadikan sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi Palestina. Dilansir dari CNN, Minggu, 19 November 2023, beredar video yang memperlihatkan lusinan mayat bergelimpangan di sekolah tersebut.
Baca Juga
Namun menurut seorang petinggi PBB, setidaknya 50 orang tewas dalam serangan di pagi hari itu. Jabalia, di Jalur Gaza utara, adalah kamp pengungsi terbesar di wilayah Palestina, tempat sekitar 1,6 juta orang mengungsi akibat pertempuran antara Israel dan Hamas selama lebih dari enam minggu.
Advertisement
Seorang juru bicara UNRWA Juliette Touma mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut. Namun total jumlah korban jiwa dalam serangan militer Israel itu masih belum bisa dipastikan. Touma juga memastikan belum tahu pasti pemicu dari insiden tersebut dan siapa yang bertanggung jawab terhadap serangan itu.
Sementara pimpinan UNRWA Philippe Lazzarini menyebut banyak beredar foto-foto mengerikan di X (Twitter) yang memperlihatkan bahwa ratusan orang sedang berada di tempat tersebut untuk berlindung sebelum terjadi serangan brutal. Ia pun meyakini jumlah korban tewas kemungkinan akan semakin bertambah dan bahkan bisa mencapai ratusan jiwa. Pihak militer sempat menyebut peristiwa itu kepada CNN tapi menolak untuk membahasnya lebih lanjut.
Awal bulan ini, Kementerian Kesehatan mengatakan 15 orang tewas akibat serangan Israel di sekolah yang sama. Menurut UNRWA ada empat sekolah di Jalur Gaza yang menampung pengungsi akibat perang telah rusak akibat pemboman tentara Israel.
Sekolah di Gaza Menampung Pengungsi
Awal bulan ini, Kementerian Kesehatan mengatakan 15 orang tewas akibat serangan Israel di sekolah yang sama. Menurut UNRWA ada empat sekolah di Jalur Gaza yang menampung pengungsi akibat perang telah rusak akibat pemboman tentara Israel.
Di tempat lain, juru bicara otoritas kesehatan di Gaza Ashraf al-Qudra mengonfirmasi 12 orang tewas dalam serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara pada Senin (20/11/2023).
"Kami khawatir pasukan Israel akan mengulangi apa yang mereka lakukan di RS Al-Shifa," kata al-Qudra, seperti dilansir Al Jazeera., mengutip kanal Health Liputan6.com. Tim tersebut terdiri dari pakar kesehatan masyarakat, petugas logistik, dan staf keamanan dari OCHA, UNDSS, UNMAS/UNOPS, UNRWA dan WHO.
Misi ini dilakukan di bawah kesepakatan dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk memastikan jalur tetap aman sepanjang rute yang disepakati. Namun, operasi ini tetap berisiko tinggi di zona konflik aktif, dengan pertempuran sengit yang terjadi di dekat rumah sakit.
Advertisement
Puluhan Orang Dimakamkan di Rumah Sakit
Pada Sabtu, 18 November 2023, IDF telah mengeluarkan perintah evakuasi kepada 2.500 pengungsi internal yang mencari perlindungan di halaman rumah sakit. Mereka, bersama sejumlah pasien dan staf rumah sakit, telah meninggalkan fasilitas tersebut pada saat tim tiba di hari yang sama.Karena keterbatasan waktu terkait dengan situasi keamanan, tim hanya dapat menghabiskan satu jam di dalam rumah sakit, yang mereka gambarkan sebagai “zona kematian”, dan situasinya “mendesak”.
Tanda-tanda serangan dan tembakan terlihat jelas. Tim melihat kuburan massal di pintu masuk Rumah Sakit Al-Shifa dan diberitahu bahwa lebih dari 80 orang dimakamkan di sana.
Kurangnya air bersih, bahan bakar, obat-obatan, makanan dan bantuan penting lainnya selama enam minggu terakhir telah menyebabkan Rumah Sakit Al-Shifa berhenti berfungsi sebagai fasilitas medis.
"Padahal, dulunya RS ini adalah rumah sakit rujukan terbesar, tercanggih, dan terlengkap di Gaza," mengutip keterangan WHO, Senin (20/11/2023). Tim mengamati bahwa karena situasi keamanan, staf tidak mungkin melakukan pengelolaan limbah secara efektif di rumah sakit. Koridor dan halaman rumah sakit dipenuhi dengan limbah medis, sehingga meningkatkan risiko infeksi.
Pasien Rumah Sakit Trauma
Para pasien dan staf kesehatan yang mereka ajak bicara merasa ketakutan akan keselamatan dan kesehatan mereka, dan meminta untuk dievakuasi.Rumah Sakit Al-Shifa tidak dapat lagi menerima pasien dan korban luka dan sakit kini dirujuk ke Rumah Sakit Indonesia yang kewalahan.
Terdapat 25 petugas kesehatan dan 291 pasien yang tersisa di Al-Shifa, dengan beberapa kematian pasien terjadi selama 2 hingga 3 hari sebelumnya karena penutupan layanan medis. Para pasien tersebut termasuk 32 bayi dalam kondisi sangat kritis, dua orang dalam perawatan intensif tanpa ventilasi, dan 22 pasien dialisis yang aksesnya terhadap pengobatan yang menyelamatkan nyawa sangat terancam.
Sebagian besar pasien adalah korban trauma perang, termasuk banyak pasien yang mengalami patah tulang dan amputasi kompleks, cedera kepala, luka bakar, trauma dada dan perut. Ada pula 29 pasien dengan cedera tulang belakang serius yang tidak dapat bergerak tanpa bantuan medis.
Melihat kondisi rumah sakit saat ini, yang sudah tidak beroperasi lagi atau menerima pasien baru, tim diminta mengevakuasi petugas kesehatan dan pasien ke fasilitas lain
Advertisement