Langkah Membumi Festival 2023 Wadahi Inovasi Iklim yang Sering Tak Terekspos

Langkah Membumi Festival menjadi melting pot yang mempertemukan ecopreneur, pihak swasta/pelaku industri, dan penggiat sustainability dalam mewujudkan visi bersama menciptakan Indonesia yang lebih berkelanjutan.

oleh Farel Gerald diperbarui 23 Nov 2023, 12:01 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2023, 12:01 WIB
Langkah Membumi Festival
Langkah Membumi Festival menjadi langkah nyata dari komitmen Blibli Tiket Action dalam mengintegrasikan keberlanjutan dalam semua aspek bisnis dengan melibatkan karyawan, pelanggan, mitra dan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan bumi, sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. (dok. Liputan6.com/Farel Gerald)

 

Liputan6.com, Jakarta - Dalam semangat kolaborasi untuk mewujudkan bumi yang lebih lestari, Blibli Tiket ACTION, program keberlanjutan dari Blibli Tiket Group, bekerja sama dengan venture builder Ecoxyztem menghadirkan "Langkah Membumi Festival" (LMF) 2023. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada 25--26 November mendatang di SCBD Park, Jakarta Selatan.

Andreas Pandu Wirawan, Chief Commercial Officer Ecoxyztem, mengungkapkan bahwa penyelenggaraan festival ini dilatarbelakangi oleh dorongan global untuk menekan perubahan iklim menuju keberlanjutan. Ambisi ini khususnya terkait inovasi terkini yang berkaitan dengan perubahan iklim, yang meningkat signifikan sebelum dan sesudah masa pandemi.

"Nilai investasi di global untuk climate tech itu meningkat. Jadi, dari sebelum pandemi sampai setelah pandemi itu hampir 100 persen. Di sisi lain, dengan adanya potensi seperti ini, kami sebagai venture builder melihat kok inovasinya banyak tapi tidak banyak yang kedengeran. Ditemukan tiga aspek besar yang mereka jadikan hambatan," ujarnya saat jumpa pers di kawasan SCBD Park pada Rabu, 22 November 2023.

Pandu, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa banyak inovasi di sektor iklim berpotensi bisnis tinggi, namun seringkali kurang mendapatkan paparan yang memadai. Contohnya, transformasi sampah plastik menjadi tempat duduk atau puntung rokok yang dapat dimanfaatkan menjadi jam tangan senilai Rp2 juta. Pandu mengidentifikasi tiga hambatan utama yang dihadapi terkait inovasi iklim:

1. Assistant on startup methodology, yakni menyelesaikan masalah mungkin menjadi langkah awal, tetapi menjadikannya sebagai bisnis merupakan tantangan tersendiri.

Hambatan Inovasi Iklim

Langkah Membumi Festival
LMF 2023 merupakan bentuk nyata bahwa pihak pemerintah dan industri telah mulai percaya dengan tumbuhnya inovasi permasalahan lingkungan yang muncul dari para ecopreneur. (dok. Liputan6.com/Farel Gerald)

"Oh masalah sampah nih, oke dibikin bangku gitu. Habis bikin bangku, jualnya gimana? Ini yang kadang-kadang jadi permasalahan bagi teman-teman, gimana menyelesaikan masalah lingkungan atau inovasi lingkungan itu satu hal, but making business, startup, it's another thing gitu. Different game, sangat sulit," ujarnya.

2. Access to risk capital, mencari dukungan sponsor seringkali menjadi hal yang sulit, meskipun ide dan solusi yang diusung berdampak positif. "Kalau misalnya tidak ada space-nya, tidak ada yang bisa ketemu cocok value-nya, itu akan tidak menjadi kolaborasi," tutur Pandu.

3. Market barriers dan navigative regulation, tantangan lainnya adalah kurangnya pasar yang kuat dan daya beli yang solid. Selain itu, kekurangan kepercayaan antara publik dan pasar juga menjadi faktor utama, meskipun target sudah ditetapkan, tetapi mencapainya menjadi suatu hal yang sulit.

Di sisi lain, pertumbuhan startup climate-tech dan ekopreneur menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi sebagai poros ekonomi hijau. Proyeksi nilai ekonomi hijau ini diperkirakan mencapai Rp6,2 triliun pada 2030.

Inisiatif Atasi Hambatan Inovasi Iklim

Vinda Damayanti, Direktur Pengurangan Sampah KLHK di Langkah Membumi Festival
Vinda Damayanti, M.Sc., Direktur Pengurangan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, menambahkan bahwa dirinya optimis Langkah Membumi Festival 2023 dapat menjadi wadah aksi iklim yang nyata dan partisipatif. (dok. Liputan6.com/Farel Gerald)

Untuk mengatasi tiga hambatan inovasi iklim yang telah disebutkan, beberapa inisiatif telah diajukan oleh Ecoxyztem:

1. Pembentukan platform pembelajaran LMS (Learning Management System) sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan di bidang inovasi iklim.

2. Pendatangan super mentor dengan tujuan memberikan nasihat dan paparan kepada para pemula di dunia startup. Super mentor ini akan memberikan arahan dan eksposur kepada startup-startup kecil, sehingga mereka dapat mulai mempercayai dan mencoba untuk mengekspor produk mereka.

3. "One Action One Earth Langkah Membumi Festival" sebagai ajang untuk memfasilitasi pertemuan bisnis, pameran produk, serta berbagai kegiatan seperti pidato dari lebih dari 40 ekopreneur yang hadir, sesi matchmaking bisnis, serta 38 pembicara inspiratif, 8 talkshow, dan 7 lokakarya. Festival ini diharapkan dapat memberikan peluang bagi ekopreneur untuk melakukan pitching dan membuka booth sebagai bagian dari upaya memperluas dampak positif di sektor ekonomi hijau.

Sementara itu, upaya untuk mewujudkan keberlanjutan terus diperjuangkan di tengah realitas bahwa 35 persen sampah nasional masih belum dikelola secara efisien, dan potensi kerugian akibat perubahan iklim diperkirakan mencapai Rp544 triliun. 

Roadmap 10 Tahun Produsen

Langkah Membumi Festival
Langkah Membumi Festival 2023 gratis untuk umum; pengunjung cukup menukarkan sampah plastik dan kardus yang sudah terpilah sebagai akses masuk. (dok. Liputan6.com/Farel Gerald)

Bicara mengenai iklim, Vinda Damayanti, Direktur Pengurangan Sampah KLHK, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan beberapa poin krusial terkait dampak sektor limbah terhadap perubahan iklim. Ia menekankan pentingnya menjaga agar kenaikan suhu tidak melebihi 1,5 derajat Celcius, dengan mempertimbangkan bahwa sektor limbah berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.

"Pada tahun 2010, sektor ini menyumbang sebanyak 82 juta ton CO2 setara, dan perkiraan untuk tahun 2030 mencapai 296 juta ton emisi CO2 setara. Dengan melibatkan upaya berkelanjutan, potensi pengurangan emisi sebesar 253 juta ton atau 1,4 sampai 1,5 persen dapat dicapai," tutur Vinda.

Pada 2022, jumlah timbunan sampah di Indonesia mencapai 69,2 juta ton, dengan komposisi 41 persen berasal dari sampah makanan, 18,6 persen dari sampah plastik, dan 10,7 persen dari sampah kertas. Ini menggambarkan urgensi dalam penanganan sampah, terutama dalam hal pengelolaan limbah makanan dan plastik.

Produsen (perusahaan) sebenarnya diwajibkan menyusun roadmap 2020--2030 untuk mengurangi sampah, terutama plastik. Lebih dari 115 perusahaan telah mengajukan roadmap, dan dari jumlah tersebut, 16 perusahaan, sebagian besar merupakan perusahaan multinasional, telah berhasil menerapkannya. Namun, angka itu masih jauh dari jumlah perusahaan atau bisnis yang beroperasi di Indonesia.

"Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mendorong produsen dan pemerintah, terutama dari teman-teman di sini yang merupakan generasi Z. Gen Z juga perlu memberikan dorongan dari luar kepada produsen melalui gaya hidup berorientasi pada pengurangan sampah," pungkasnya.

 

INFOGRAFIS JOURNAL_ Berbagai Polusi Berdampak pada Perubahan Iklim
INFOGRAFIS JOURNAL_ Berbagai Polusi Berdampak pada Perubahan Iklim (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya