Liputan6.com, Jakarta - Selalu saja ada hal menarik saat mendengar cerita dari orang Indonesia yang menetap di luar negeri, baik sebagai mahasiswa yang sedang kuliah maupun bekerja. Tak jarang ada begitu banyak hal berbeda ditemui, bukan hanya dari segi bahasa tapi juga budaya.
Pengalaman tersebut diungkap oleh Matthew, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Jerman. Ia mengalami culture shock aliasgegar budaya saat menghabiskan hari libur nasional di negeri orang.Â
Baca Juga
Dalam konten berseri bagian ke-5 itu, Matthew mengungkap bahwa di Indonesia saat Hari Libur Nasional, semua mal dan kebanyakan toko-toko masih beroperasi secara normal. Menurutnya, tak jarang ada diskon maupun promo khusus.Â
Advertisement
"Jadi enak tuh, bisa jalan-jalan sambil shopping," ungkapnya di awal video yang diunggah di TikTok pribadinya @alexandrmatthew, pada 2 November 2023.
Sedangkan di Jerman, kalau Hari Libur Nasional, semua orang berhenti bekerja. Ia mencontohkan pada 1 November 2023, semua toko seperti supermarket, mal, toko-toko tutup. "Bener-bener nggak ada yang buka sama sekali, paling yang buka itu cuma beberapa restoran. Jadi nggak bisa tuh jalan-jalan atau shopping," ungkapnya lagi.
Menurutnya, orang Jerman menghabiskan waktu liburnya di rumah, sehingga membuat pusat kota jadi sangat sepi. Matthew pun memperlihatkan kondisi kota yang hampir kosong.
"Makanya kalau di Jerman, kalian nggak boleh lupa tuh. Maksimal sehari sebelum libur, kalian belanja apapun yang kalian butuhin. Karena kalau udah libur, wah nyari apapun susah banget," tuturnya.Â
Warga Jerman Tetap di Rumah Saat Hari Libur Nasional
Seperti disinggung di atas, hari libur nasional menjadi momen penting bagi banyak pemilik usaha di Indonesia untuk meraup pendapatan lebih banyak, termasuk pusat perbelanjaan. Momen ini tak jarang dimanfaatkan untuk menggelar program diskon besar-besaran, terutama di akhir tahun. Orang Indonesia juga biasa memanfaatkan Hari Libur Nasional untuk pergi bersama keluarga.
"Beda banget ya libur di Indonesia dengan di Jerman, di sini tuh bener-bener istirahat," sambung Matthew. Di akhir video perantau itu pun bertanya ke warganet dan para pengikutnya yang berjumlah 98,9 ribu di TikTok bagaimana pendapatnya.
"Asli kemarin sepi banget di Leipzig wkwkwk," komentar warganet.
"Mana bisa di Indonesia hari libur tutup, untuk pengusaha yang jualan hari libur adalah cuan paling gede," pendapat warganet.
"Ikut komen ah siapa tahu bisa ke sana," timpal warganet lainnya.Â
Sebelumnya, Matthew sempat berbagi pengalaman tentang membeli makanan "sisa" melalui sebuah aplikasi. "Beli makanan sisa di Jerman? Di Jerman ada aplikasi namanya TooGoodToGo, di mana kalian bisa beli makanan "sisaan"," ungkap Matthew di awal video yang ia unggah di akun TikTok @alexandrmatthew_ pada Senin, 20 November 2023.
Â
Advertisement
Beli Makanan Sisa di Jerman
Â
Ia mengatakan, hal itu bisa dilakukan untuk mendapatkan harga makanan yang jauh lebih murah. Namun, makanan sisa yang dimaksud bukan makanan sisa bekas orang lain, melainkan makanan yang tidak habis terjual di sebuah restoran maupun hotel sehingga harganya jadi lebih murah.
Di aplikasi tersebut, menurut Matthew, terdapat banyak pilihan gerai makanan misalnya toko roti, restoran, bahkan ada Starbucks. Kali itu, ia membeli "makanan sisa" dari Hotel Mercure.Â
"Proses pengambilannya juga gampang banget, jadi aku tinggal nunjukin konfirmasi dari aplikasinya," kata Matthew membagikan pengalamannya.Â
Begitu tiba di Hotel Mercure, Matthew pun langsung bertanya ke petugas di tempat pengambilan. "Selamat siang, apakah itu tas surprise TooGoodToGo?" sebutnya dalam bahasa Jerman.
Matthew mengungkapkan bahwa tiap membeli makanan sisa di TooGoodToGo, ia selalu mendapat kejutan apa saja isi di dalamnya. Disebut sebagai tas surprise karena orang tidak tahu akan mendapat makanan apa.Â
Bisa Mengurangi Sampah Makanan
Di video berikutnya, laki-laki berkaus hijau itu langsung membuka kotak makanan yang tadi diperolehnya. Di dalamnya ada sayur dengan roti croissant, daging ham dan perkedel daging dan juga sosis.
"Biasanya breakfast buffet di hotel (all you can eat) kan harganya mahal banget ya. Tapi ini aku beli cuma seharga Rp50.000," ungkapnya.Â
Untuk porsi sebanyak itu, menurutnya harga tersebut termasuk murah di Jerman. Sayangnya memang saat membeli melalui aplikasi tersebut juga ada kuota dan berebut dengan orang lain sehingga perlu cepat.
"Kalau menurutku sistem ini bagus banget sih untuk diterapin di Indonesia. Soalnya bisa ngurangin sampah makanan, kalau menurut kalian gimana?" tanyanya sebagai penutup video. Â
Video yang mendapat 75,6 ribu tanda suka itu pun menuai banyak respons dari warganet. Ternyata aplikasi serupa sudah ada di Indonesia.Â
"Di Indonesia ada juga kok nama aplikasinya Surplus. Cuma pilihan tempat makanannya dikit banget,"Â ungkap seorang warganet.
Advertisement