Liputan6.com, Jakarta - jelang libur Nataru (Natal dan Tahun Baru), pemerintah Australia meminta warganya yang akan bepergian ke Bali untuk menjaga perilaku sesuai adat istiadat setempat. Terlebih, Indonesia sudah mengeluarkan panduan do and dont's beberapa waktu lalu menyusul meningkatnya kasus turis asing yang melanggar norma dan aturan hukum yang berlaku.
Asisten Menteri Luar Negeri Australia Tim Watts mengatakan bahwa pesan dari otoritas di Bali 'sangat jelas' meminta turis Australia untuk menghormati tempat-tempat ibadah. "Bila kalian pergi ke situs religi di Bali, pura atau sesuatu seperti itu, hormati aturan berpakaian," katanya kepada news.co.au, dikutip Jumat (1/12/2023).
Baca Juga
"Jangan pergi hanya untuk berfoto dengan bikini di Instagram di tempat seperti itu karena secara budaya tidak akan dihargai oleh warga lokal," sambungnya.
Advertisement
Watts juga memperingatkan warga Australia yang akan bepergian ke Bali untuk membaca rincian asuransi perjalanan mereka. "Hal lain yang kami perhatikan dari Bali adalah pentingnya memiliki asuransi perjalanan yang sesuai dengan aktivitas yang Anda lakukan di luar negeri," ia menjelaskan.
"Jika Anda melihat detail dari banyak produk asuransi perjalanan, mungkin ada pengecualian untuk hal seperti mengendarai sepeda motor atau terkadang ada pengecualian untuk konsumsi alkohol."
Peringatan Watts mengacu pada sejumlah insiden yang menimpa warga Australia ketika berlibur di luar negeri. Salah satunya dialami Ella Cutler yang terjatuh 10 meter dari tebing saat berlibur di Kroasia. Perempuan yang berprofesi sebagai polisi itu tak bisa mendapatkan perlindungan meski telah memiliki asuransi perjalanan.
Tidak Punya Asuransi Perjalanan, Tidak Layak Bepergian
Polisi Dubrovnik menyimpulkan dia sedang minum ketika terjatuh dari tebing. Warga Australia berusaha membantunya dengan mengumpulkan 500 ribu dolar Australia untuk membawa pulang Ella ke Perth pada September 2023.
Kasus serupa juga menimpa Kylee Enwright yang jatuh di hotel tempatnya menginap di Thailand pada Juni 2023. Dia juga tidak dilindungi asuransi perjalanan karena mabuk. Lebih dari 220 ribu dolar Australia terkumpul untuk membawanya pulang ke New South Wales, tetapi akhirnya ia meninggal pada Agustus 2023.
Karena itu, Watts meminta warganya memerhatikan hal itu dengan benar. Mengenai warga Australia yang berhemat pada asuransi perjalanan di tengah meningkatnya biaya hidup, Watts berkata, "Sangat jelas dari sudut pandang kami jika Anda tidak mampu membeli asuransi perjalanan, Anda tidak mampu melakukan perjalanan."
"Pejabat konsulat Australia akan melakukan yang terbaik untuk membantu warga Australia jika Anda mendapat masalah di luar negeri, namun dukungan yang dapat kami berikan terbatas. Kami tidak dapat membayar tagihan pengobatan Anda misalnya, kami tidak dapat membayar untuk memulangkan Anda ke Australia jika Anda mengalami insiden yang menyulitkan Anda untuk melakukan perjalanan," ia menambahkan.
Advertisement
Kasus Turis Australia Bermasalah Terbanyak
Data terbaru yang dirilis pada Kamis, 30 November 2023, mengenai bantuan konsuler dan dukungan krisis yang diberikan oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) kepada warga Australia di luar negeri menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah penyakit dan rawat inap terbanyak. DFAT membantu 132 kasus di sana pada tahun anggaran 2022-23.
DFAT juga membantu 148 kasus kematian warga Australia di Indonesia (negara tertinggi ketiga), 14 kasus penahanan imigrasi (negara tertinggi ketiga), 11 kasus penangkapan terkait narkoba (negara teratas), 17 kasus penahanan warga Australia (negara tertinggi kelima), dan 18 kasus penyerangan (negara tertinggi kedua).
Namun, Thailand lah negara tempat warga Australia yang paling membutuhkan bantuan konsuler, diikuti Filipina dan Indonesia. DFAT membantu warga Australia dalam 195 kasus kesejahteraan di Thailand (negara tertinggi kedua), 25 kasus orang Australia hilang (negara teratas), 116 kasus sakit atau rawat inap (negara tertinggi kedua), 301 kematian (negara teratas), 58 penangkapan (negara tertinggi kedua) ), 34 kasus penahanan imigrasi (negara tertinggi kedua), delapan kasus penangkapan terkait narkoba (negara tertinggi ketiga), 20 kasus pemenjaraan warga negara Australia (negara tertinggi keempat), dan 20 kasus penyerangan (negara teratas).
Watts menilai wajar jika melihat lebih banyak kasus konsuler di negara tujuan yang paling banyak dikunjungi warga Australia. Namun, ia mendesak para pelancong untuk memeriksa situs web pemerintah Smartraveller untuk mendapatkan saran sebelum berangkat ke luar negeri.
Jumlah Paspor Baru yang Diterbitkan Pecahkan Rekor
Jumlah warga Australia yang membutuhkan bantuan di luar negeri meningkat seiring dengan jumlah warga Australia yang bepergian setelah Covid. Jumlah paspor yang diterbitkan pada tahun anggaran 2022/2023 memecahkan rekor dengan 3.129.957 paspor, meningkat 110 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Ada lebih banyak paspor darurat yang diterbitkan, yakni 10,801 paspor, dibandingkan sebelumnya. "Ketika Anda melihat semakin banyak warga Australia yang bepergian, dapat dimengerti bahwa semakin banyak warga Australia yang akan kehilangan paspor mereka," kata Watts.
Pusat Darurat Konsuler menanggapi lebih dari 48.000 panggilan pada tahun ini, artinya sekitar satu panggilan setiap 11 menit. DFAT menanggapi 8.471 kasus bantuan konsuler (tidak termasuk kasus krisis), meningkat sebesar 17 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pihaknya memberikan bantuan konsuler dalam 808 kasus krisis di Sudan, Türkiye, Suriah dan Ukraina.
"Data ini mencakup warga Australia yang terjebak dalam perang saudara di Sudan, dalam perang di Ukraina, dan gempa bumi yang mengerikan di Türkiye, namun tidak termasuk banyak sekali warga Australia yang saat ini kami dukung, yang berupaya membantu mereka kembali ke negaranya demi keamanan, dalam konflik antara Hamas dan Israel,” kata Watts.
"Jadi, kami memperkirakan angka krisis tahun depan akan jauh lebih besar dibandingkan tahun ini."
Advertisement