6 Fakta Menarik Gunung Pulosari di Banten yang Disebut Tempat Keramat Kerajaan Sunda

Gunung Pulosari adalah gunung berapi di Kabupaten Pandeglang, Banten, Indonesia. Meski tidak ada data letusan yang pernah terjadi, tetapi ditemukan aktivitas vulkanis di dinding kaldera dengan kedalaman 300 meter.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 29 Des 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 29 Des 2023, 08:30 WIB
Gunung Pulosari di Banten dengan pemandangan kabut dan sawah
Gunung Pulosari di Banten dengan pemandangan kabut dan sawah. (Dok: Instagram @fadhillala)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Pulosari adalah gunung berapi di Kabupaten Pandeglang, Banten, Indonesia. Meski tidak ada data letusan yang pernah terjadi di Gunung Pulosari, tetapi terdapat aktivitas vulkanis yang terjadi di dinding kaldera dengan kedalaman 300 meter.

Menurut Sajarah Banten, sekumpulan karya sastra sejarah tradisional berbentuk babad yang menceritakan sejarah Kesultanan Banten, yaitu sejak kedatangan Syarif Hidayatullah dan Maulana Hasanuddin ke Banten. Diceritakan sesampai di Banten Girang, Sunan Gunung Jati dan putranya, Hasanuddin, pergi ke Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat keramat bagi kerajaan.

Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat setempat, yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan Banten Girang secara militer.

Kemudian dia menjadi raja dengan restu raja Demak. Dengan kata lain, Gunung Jati bukan mendirikan kerajaan baru, tetapi merebut takhta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten Girang.

Masih banyak hal mengenai Gunung Pulosari selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Pulosari yang dirangkum Liputan6.com pada Rabu, 27 Desember 2023. 

1. Tempat Keramat Kerajaan Sunda

Mengutip dari Tourism Information Centre, Rabu, 27 Desember 2023, bagi masyarakat Banten, gunung Pulosari merupakan gunung penuh dengan cerita mistis dan sangat keramat. Di sini juga banyak ditemui situs-situs kuno dalam bentuk batuan yang berasal dari Kerajaan Sunda yang pernah ada antara 932 sampai 1579.

Disebutkan bahwa Museum Nasional Indonesia di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut "arca Caringin" karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-resisten Belanda di tempat tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah Gunung Pulosari dan terdiri dari satu dasar patung dan lima arca berupa Shiwa Mahadewa, Durga, Batara Guru, Ganesha dan Brahma. Coraknya pun mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-10.

2. Salah Satu Pendakian Populer

Gunung Pulosari di Banten menyuguhkan pemandangan yang indah @rahmatullah.hm
Gunung Pulosari di Banten menyuguhkan pemandangan yang indah. (Dok: Instagram @rahmatullah.hm)

Gunung Pulosari merupakan salah satu pendakian paling populer di Banten. Namun memang kurang menonjol dan tingginya kurang tinggi dari Gunung Karang di dekatnya tetapi lebih menarik.

Gunung ini juga merupakan pendakian yang cukup mudah, jika sudah mulai sejak pagi hari agar bisa kembali tepat waktu. Tempat ini sempurna sebagai liburan singkat di akhir pekan yang tak terlalu jauh dari Jakarta.

Setidaknya pendaki membutuhkan waktu lebih dari dua jam untuk mencapai kondisi lalu lintas yang baik. Namun, pendaki perlu mencari tahu jalur terbarunya karena dulu di Cilentung.

3. Ada Curug di Gunung Pulosari

Sebelum memulai pendakian Anda bisa istirahat dulu di warung-warung di bawah kaki gunung. Di sini, Anda bisa cek persiapan pendakian. Untuk masuk gunung ini Anda akan dikenakan biaya retribusi sebesar Rp5.000.

Di Pos 1, pendaki akan berhenti di Curug Puteri dengan jarak tempuk 1 jam perjalanan. Curug Putri merupakan curug satu-satunya di Gunung Pulosari. Di sini, Anda bisa istirahat sejenak sambil menikmati segarnya mata air pegunungan.

4. Tidak Terlalu Tinggi, tapi Jalur Pendakian Menantang

Pemandangan Gunung Karang dan Gunung Pulosari dari puncak Gunung Aseupan
Pemandangan Gunung Karang dan Gunung Pulosari dari puncak Gunung Aseupan. (Dok: Instagram @ajat_supriyadi)

Gunung ini memang tidak terlalu tinggi, namun jangan menyepelekan. Jalur yang dilalui akan sangat menantang bagi para pendaki, menurut pengakuan orang yang pernah ke sana medan pendakiannya seperti jalur gunung Cikuray dan Gunung Gede melalui Curug Puteri.

Untuk menuju ke gunung Pulosari ada beberapa pilihan, menggunaan kendaraan pribadi dengan motor atau mobil, maupun naik angkutan umum yang jalurnya pun cukup mudah untuk dilalui. Bagi yang menggunakan kendaraan sendiri, jika dari arah Pandeglang dari pertigaan Mengger, setelah sampai Mengger lurus ke arah Mandalawangi lurus terus sampai ke Pari.

Tak jauh dari pasar Pari sekitar 2--3 km, terdapat papan penunjuk arah wisata Pulosari. Jika berkendara pribadi Anda akan menempuh sekitar 3--4 jam dari arah Jakarta atau Tangerang, sementara dari Serang sekitar 2 jam.

5. Butuh Sekitar 3 Jam Mencapai Puncaknya

Meskipun mencapai puncak masih dimungkinkan, tapi pengunjung Gunung Pulosari yang sedikit kemungkinan jalannya hanya akan ditumbuhi tanaman liar sehingga membutuhkan waktu melewatinya. Agar perjalanan aman, berikan waktu tiga jam sampai ke kawah dan 2 jam untuk perjalanan kembali.

Perjalanan dimulai di utara gunung di Cilentung, 20 km di luar Pandeglang di jalan sempit yang menuju ke pantai barat Jawa di Labuan. Di jalan utama, ada tanda besar dan modern (pada 481 mdpl) untuk kawah Pulosari (kawah) dan air terjun (curug) mengarahkan jalan ke jalur yang sangat bergelombang. 

6. Tempat Mendirikan Tenda di Pos 2

Gunung Pulosari disebut mistis sejak Kerajaan Banten
Gunung Pulosari disebut tempat mistis sejak Kerajaan Banten. (Dok: Instagram @grimisku)

Dari Curug Putri, pendaki harus melanjutkan perjalanan menuju menuju pos 2, yakni kawah dengan jarak tempuh 1,5 jam. Di area kawah ini, biasanya pendaki mendirikan tenda untuk bermalam. Di sekitaran kawah tersebut terdapat warung-warung pedagang yang menjual minum, makanan instan, hingga gorengan.

Dari sini, Anda masih harus melakukan perjalanan menuju puncak. Perjalanan menuju puncak terdapat dua jalur, ada yang lurus melewati kawah dengan jalur yang cukup sulit, tetapi hanya memakan waktu 30 menit. Namun pendaki juga bisa memotong jalan lewat punggungan kanan gunung dengan memakan waktu satu jam lebih.

Sepanjang perjalanan menuju puncak, semilir angin pegunungan dan suitan serangga hutan akan menemani Anda. Sesekali mungkin Anda akan menemukan segerombolan monyet yang tengah bergelantungan dari satu dahan ke dahan lainnya.

Dari atas puncak, para pendaki akan disuguhi pemandangan alam yang luar biasa. Persawahan dan rumah tinggal warga di desa setempat pun akan terlihat sangat indah.  

infografis Status Gunung Berapi
infografis Status Gunung Berapi
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya