Apa Kabar Program Indonesia Spice Up the World?

Spice Up The World (SUTW) merupakan program kolaboratif antar stakeholder untuk mempromosikan kuliner Indonesia guna mencapai nilai ekspor sebesar 2 miliar dolar AS. Selain itu juga mengembangkan sebanyak 4.000 restoran di mancanegara pada 2024.

oleh Henry diperbarui 20 Jan 2024, 21:41 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2024, 08:30 WIB
7 Jenis rempah yang bisa buat lebih langsing, cerdas, dan bahagia
Ilustrasi rempah-rempah. Sumber foto: pexels.com/Edoardo Colombo.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia' Spice Up The World' adalah salah satu program pemerintah yang melibatkan lintas kementerian/lembaga, sebagai salah satu upaya meningkatkan pemasaran produk bumbu atau pangan olahan dan rempah Indonesia, terutama di Afrika, Australia, dan negara potensial lainnya. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Spice Up The World (SUTW) merupakan program kolaboratif antar stakeholder untuk mempromosikan kuliner Indonesia guna mencapai nilai ekspor sebesar dua miliar dolar AS.

Selain itu juga mengembangkan sebanyak 4.000 restoran di mancanegara pada 2024 serta mengangkat produk rempah dan bumbu masakan merek lokal Indonesia. Lalu bagaimana perkembangannya sejak diluncurkan pada 2021 lalu?

Memasuki tahun ketigapelaksanaan program Indonesia Spice Up the World, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai stakeholder.

"Berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan dari Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, terdapat 1.177 restoran Indonesia di luar negeri, dan saat ini Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri masih terus memantau data capaian tersebut pada akhir tahun 2023.,” terang Rizky Handayani Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf lewat keterangan tertulis pada Liputan6,.com, Jumat, 19 Januari 2024,

"Kami yakin bahwa restoran Indonesia saat ini akan semakin berkembang dan kuliner Indonesia semakin dikenal dunia," lanjutnya. Rizky menambahkan, saat ini banyak kreativitas dan inovasi dari pelaku usaha produk bumbu rempah untuk menciptakan produk 'ready to use' sehingga dapat mengakselerasi pencapaian target nilai ekspor bumbu rempah Indonesia.

Namun pemerintah bersama seluruh stakeholder terkait diharapkan terus berkomitmen dalam mendukung dan memastikan kemudahan bagi para pelaku usaha bumbu dan rempah dalam hal distribusi, regulasi dan sertifikasi keamanan pangan di negara-negara yang menjadi tujuan ekspor/ekspansi bisnis kuliner Indonesia di luar negeri.

Secara garis besar, program Indonesia Spice Up the World dilakukan melalui empat pilar utama diantaranya adalah: Ekspor rempah, bumbu dan pangan olahan; Aktivasi restoran Indonesia di luar negeri; Promosi kuliner Indonesia; dan Indonesia sebagai destinasi gastronom.

 

 

Berbagai Program untuk Mempromosikan Spice Up the World

Rizki Handayani
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani (Photo:Him Saifanah)

 

Untuk mendukung keempat pilar tersebut Kemenparekraf/Baparekraf telah menginisiasi berbagai program inovatif. Salah satunya adalah Program Indonesian Restaurant Fundraising (IndoStar), sebuah platform pembiayaan pertama bagi pengembangan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri.

Kemenparekraf terus mendorong berbagai sumber pembiayaan alternatif seperti platform Fintech Securities Crowdfunding (SCF) yang telah berizin dari OJK, dan saat ini juga sedang berupaya untuk melengkapi persyaratan penerbitan Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Pembiayaan Restoran Indonesia di Luar Negeri melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Diharapkan dengan bertambahnya sumber alternatif pembiayaan tersebut, maka semakin mengakselerasi pendirian restoran Indonesia di mancanegara.

Untuk bumbu rempah, ada program Festival La Maison de L’Indonesie (LMDI) pada Mei 2023 Kemenparekraf/Baparekraf telah mempromosikan produk kreatif kuliner Indonesia melalui festival LMDI, Paris, dengan tujuan untuk memperluas akses pasar bagi para pelaku bisnis kuliner Indonesia, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan nilai ekspor bumbu dan rempah Indonesia.

Selain itu, saat ini banyak kreativitas dan inovasi dari pelaku usaha produk bumbu rempah untuk menciptakan produk 'ready to use' sehingga dapat mengakselerasi pencapaian target nilai ekspor bumbu rempah Indonesia. Namun pemerintah bersama seluruh stakeholder terkait diharapkan terus berkomitmen dalam mendukung dan memastikan kemudahan bagi para pelaku usaha bumbu dan rempah dalam hal distribusi, regulasi dan sertifikasi keamanan pangan di negaranegara yang menjadi tujuan ekspor/ekspansi bisnis kuliner Indonesia di luar negeri.

Dalam menjalankan program SUTW, Rizky mengakui ada sejumlah faktor pendukung dan penghambat. "Salah satu faktor pendukungnya adalah tingginya demand bumbu dan rempah Indonesia dari berbagai negara sehingga Pemerintah bersama para Diaspora Indonesia sangat proaktif dalam mempromosikan dan mendorong peningkatan jumlah restoran dan nilai ekspor bumbu dan rempah Indonesia di mancanegara," jelasnya.

 

5 Makanan Indonesia Terbaik di Dunia

Restoran Indonesia di Luar Negeri Masih Sulit Peroleh Bahan Baku Rempah Nusantara
Perbincangan mengenai Kajian Skema Pembiayaan Restoran dan Eksportir Rempah Indonesia Spice Up The World dalam "The Weekly Brief with Sandi Uno" yang digelar secara hybrid, Senin, 13 November 2023. (Tangkapan Layar YouTube/Kemenparekraf)

 

Faktor pendukung lainnya adalah lima national food yaitu: rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado, sebagai lokomotif kuliner nusantara. Lima makaman itu sudah beberapa kai masuk daftar makanan terenak di dunia versi CNN Travel.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah masih minimnya dukungan pembiayaan dan insentif bagi usaha restoran, bumbu dan rempah Indonesia di luar negeri, termasuk pendampingan mulai dalam hal konsultasi administrasi, hingga cara ekspansi bisnis ke market International. Lalu masih minimnya kualitas SDM Indonesia dalam bidang hospitality dan culinary di mancanegara.

Meski begitu, Kemenparekraf terus mengupayakan program SUTW ini bisa berhasil karena berharap kuliner Indonesia semakin mendunia sehingga budaya Indonesia menjadi semakin dikenal dan pada akhirnya semakin banyak wisatawan dari mancanegara yang ingin berwisata ke Indonesia.

"Dampak positif lainnya adalah kunjungan wisatawan mancanegara yang semakin meningkat akan berdampak pada penambahan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja baru dan pada akhirnya mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia," tutup Rizky.

Sementara itu, salah seorang penggerak program Spice Up The World Vita Datau dari Indonesia Gastronomy Network masih terus melakukan berbagai usaha untuk mensukseskan program tersebut di antaranya dengan melakukan Gastronomi Diplomasi 

 

Pendukung dan Penghambat Spice Up the World

Cerita Akhir Pekan: Eksistensi Warung dan Restoran Indonesia di Luar Negeri
Indo Java, toko kelontong sekaligus warung yang menyediakan beragam sajian khas Indonesia yang berlokasi di Queens, New York, Amerika Serikat. (dok. Instagram @indojavagroceries)

"Kita melakukan beragam aktivitas seperti mengikuti trade expo di bidang kuliner, Pop Up Kitchen di beberapa negara, mendorong komoditi rempah dan terus mendorong agar restoran Indonesia di luar negeri terus bertamnbah," terang Vita Datau pada Liputan6.com, Jumat, 19 Januari 2024.

Menurut Vita, ada beberapa faktor pendukung dalam menjalankan program SUTW, seperti kampanye GastroDiplomasi Nasional yang membawa narasi yang sama tentang rempah dan masakan Indonesia. Selain itu, semua Kementerian dan lembaga negara lainnya familiar dengan program SUTW dan mendukung dengan mengkaitkannya dengan program mereka masing-masing.

"Lalu ada narasi tunggal, marketing tool box sebagai acuan promosi sudah tersedia, tinggal perlu didorong implementasinya. Program SUTW ini juga sudah masuk di RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), sehingga semua kementerian dan lembaga yang terkait bisa memasukannya di anggaran mereka," jelas Vita.

Meski begitu ada pula sejumlah faktor penghambat dari program SUTW, seperti beberapa perwakilan yang kurang responsif akan program ini, terutama dalam hal mencari peluang untuk pengembangan resto Indonesia di masing-masing negara.

"Sosialisasi ke pelaku usaha yang terkait dengan program ini juga masih kurang agresif. Lalu, kolaborasi lintas Kementerian Lembaga yang kurang dalam hal komunikasi serta terikat pada agenda masing, memperlambat progres program SUTW ini," ungkapnya.

 

Saran dan Masukan untuk Spice Up the World

Konferensi pers WICS 2019
Arief Yahya, A. Stefanus Ridwan S, Esthy Reko Astuti & Vita Datau/Konferensi pers WICS 2019 (Foto: Fidelity PR/Kementerian Pariwisata Republik Indonesia)

 

Para pelaku dan produsen bumbu juga banyak yang belum siap, seperti banyak yang belum punya ijin ekspor sehingga membuat ragam dan jumlah seller Indonesia kurang banyak. "Satu lagi yang krusial, pergantian pemerintahan akan berpotensi mengganti program yang sudah berjalan, sehingga Indonesia akan tertinggal terus dari Thailand dan negara ASEAN lainnya yang fokus dengan program sampai selesai,” sambiungnya.

Untuk itu, Vita memberikan sejumlah saran dan masukan agar program Spice Up the World ini berjalan dengan baik dan memenuhi targetnya. Yang pertama, program tetap diteruskan dan eksekusi rencananya dikuatkan tentunya setelah dilakukan evaluasi.

Yang kedua, harus ada lembaga resmi pemerintah yang fokus mengurus Gastronomi agar bisa membantu mengawal program Indonesia SUTW (ISUTW). Bisa menjadi kordinator yang konsisten mengawal roadmap ISUTW dan mampu merumuskan program yang berkaitan dengan Ketahanan Pangan.

"Caranya bisa melalui pembangunan ekosistim gastronomi berkelanjutan di setiap desa, kabupaten, kota dan provinsi. Terakhir, komitmen pemerintah baru nantinya yang berpihak pada program ISUTW," pungkasnya.

 

Infografis Jenis-Jenis Bumbu Dasar dalam Masakan Indonesia
Infografis Jenis-Jenis Bumbu Dasar dalam Masakan Indonesia.  (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya