Jadi Saksi Peristiwa Isra Miraj, Apa Kabar Masjid Al-Aqsa di Tengah Serangan Israel?

Selain jadi kiblat pertama umat Muslim, Masjid Al-Aqsa juga merupakan saksi bisu perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

oleh Asnida Riani diperbarui 08 Feb 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2024, 11:00 WIB
Masjid Al-Aqsa
Seorang tentara Israel berjaga di sepanjang jalan Ras al-Amud di Yerusalem timur pada 26 Januari 2024, karena pembatasan usia diberlakukan untuk mengakses kompleks Masjid Al-Aqsa, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas. (MARCO LONGARI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Selain jadi kiblat pertama umat Muslim, Masjid Al-Aqsa juga merupakan saksi bisu perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Syeikh An Nawawi Al Bantani dalam kitab Marah Labid menjelaskan, Masjidil Aqsa dipilih sebagai persinggahan Rasulullah setelah Masjidil Haram salah satunya agar buraq dapat terbang ke langit secara lurus, menurut situs web Kementerian Agama, dikutip Kamis (8/2/2024).

Syeikh An Nawawi menyebut satu riwayat yang menyatakan Masjidil Aqsa berada di posisi tegak lurus dengan pintu langit. Selain itu, situs suci ini juga jadi tempat para Nabi Bani Israil, seperti Nabi Musa dan Nabi Isa, berdakwah. Sejarah telah mencatat masjid ini dalam peristiwa penting, tapi bagimana nasibnya di tengah serangan Israel?

Melansir Middle East Monitor, Masjid Al-Aqsa dilaporkan hampir kosong di hari Jumat ke-17 secara berturut-turut karena pembatasan Israel. Pembatasan yang dilakukan Israel telah mencegah puluhan ribu Muslim Palestina melaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Aqsa, lapor Anadolu Agency.

Hanya 13 ribu orang yang dapat memasuki masjid untuk melaksanakan salat, dibandingkan dengan lebih dari 50 ribu orang jemaah yang biasanya melaksanan salat Jumat di masjid bersejarah itu, kata seorang pejabat di Departemen Wakaf Islam di Yerusalem.

Saksi mata mengatakan pada Anadolu bahwa masjid tersebut tampak hampir kosong dari umat Muslim karena pembatasan yang dilakukan Israel. Polisi telah memberlakukan pembatasan memasuki Masjid Al-Aqsa sejak awal perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, namun pembatasan tersebut sangat ketat terutama di hari Jumat.

Polisi Israel memasang penghalang di pintu masuk Kota Tua dan di gerbang luar Masjid Al-Aqsa, hanya mengizinkan orang lanjut usia untuk lewat. Pembatasan yang dilakukan Israel memaksa ratusan jamaah melaksanakan salat di jalan-jalan dekat Kota Tua.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tindak Kekerasan di Masjid Al-Aqsa

Potret Suasana Salat Jumat di Yerusalem Timur
Masjid Kubah Batu di kompleks Masjid Al-Aqsa terlihat saat umat Islam Palestina berkumpul untuk salat Jumat di Yerusalem Timur pada 29 Desember 2023. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Polisi Israel dikerahkan secara signifikan di sekitar tempat salat, kata saksi mata. Israel telah memberlakukan pembatasan ketat terhadap jamaah sejak melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza, menyusul serangan lintas batas oleh Hamas yang menurut Israel menewaskan 1.200 warga mereka.

Sebelum konflik berdarah pecah, polisi Israel dilaporkan menyerang puluhan jemaah di kompleks Masjid Al-Aqsa sebelum fajar pada 5 April 2023, kata saksi mata. Penyerangan semacam ini bukan kali pertama terjadi, dan sering berlangsung saat warga Palestina sedang beribadah di bulan Ramadan.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, tujuh warga Palestina menderita luka akibat peluru dan pemukulan dalam bentrokan dengan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa. Pihaknya menambahkan, pasukan Israel mencegah petugas medis mencapai masjid.

"Saya sedang duduk di kursi membaca (Al-Qur'an)," kata seorang wanita tua di luar masjid yang berjuang mengatur napas setelah mendapati tindak kekerasan itu, dikutip dari laman Al Arabiya oleh Tim Global Liputan6.com.


Tidak Akan Akhiri Perang, Kecuali ...

Militer Israel Terus Bombardir Wilayah Gaza
Militer Israel mengatakan serangan menargetkan militan di bagian utara dan selatan Jalur Gaza. (JACK GUEZ/AFP)

Sementara itu, risiko kelaparan di Gaza kini "meningkat dari hari ke hari," terutama bagi sekitar 300 ribu orang di Gaza utara yang sebagian besar tidak mendapat bantuan, kata badan kemanusiaan PBB, OCHA, dalam laporan hariannya, dikutip dari Al Jazeera.

OCHA melaporkan, Program Pangan Dunia telah memperingatkan bahwa jumlah bantuan kemanusiaan yang mencapai Kota Gaza "tidak cukup untuk mencegah kelaparan." Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) terakhir kali mampu mendistribusi makanan di utara Gaza pada 23 Januari 2024.

PBB juga melaporkan, mengutip Kementerian Kesehatan Gaza, bahwa 123 warga Palestina tewas dan 169 terluka antara sore hari 6 dan 7 Februari 2024.

Di sisi lain, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mengakhiri perang dan melanjutkan serangan militer sampai "kemenangan total" atas Hamas.

Pernyataan Netanyahu menimbulkan keraguan mengenai potensi kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, satu hari setelah kelompok tersebut mengirimkan kembali proposal kemungkinan gencatan senjata.


Truk Bantuan Disetop Masuk Gaza

Militer Israel Terus Bombardir Wilayah Gaza
Kementerian kesehatan Gaza juga mengatakan hingga kini, serangan udara dan darat oleh militer Israel telah menghancurkan sebagian wilayah dan menewaskan lebih dari 24.400 orang. (JACK GUEZ/AFP)

Middle East Eye melaporkan, pengunjuk rasa Israel sekali lagi menghentikan truk bantuan memasuki Jalur Gaza, tempat ratusan ribu warga Palestina menghadapi risiko kelaparan yang akut, menurut PBB.

Dalam beberapa pekan terakhir, warga Israel dari berbagai spektrum politik berkumpul di penyeberangan Karem Abu Salem atau Kerem Shalom untuk menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Pada Rabu, 7 Februari 2024, puluhan aktivis, banyak di antaranya berusia muda, memblokir truk bantuan dengan berbaring di jalanan. Beberapa diantaranya mendirikan tenda di daerah tersebut sehingga mereka dapat menghentikan pengiriman bantuan dalam jangka panjang.

Penyeberangan Karem Abu Salem yang terletak di perbatasan dengan Mesir digunakan pasukan Israel untuk memeriksa truk bantuan sebelum memasuki wilayah Palestina yang terkepung. Pada Selasa, 6 Februari 2024, pengunjuk rasa memblokir sekitar 130 truk bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.

Di X, sebelumnya Twitter, seorang aktivis menulis bahwa orang-orang yang berada di persimpangan tersebut antara lain, "Warga negara dari seluruh negeri, dari utara dan selatan, dari kota dan pedesaan, agama dan sekuler, dari semua spektrum politik."

Meski Israel memberlakukan pembatasan ketat terhadap warga Palestina di Gaza, termasuk penghentian pasokan air, makanan, dan listrik, banyak pengunjuk rasa percaya bahwa pemerintah Israel "terlalu murah hati."

Infografis Militer Israel Perluas Serangan ke Gaza Selatan
Infografis Militer Israel Perluas Serangan ke Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya