Liputan6.com, Jakarta - Gunung Tapak merupakan gunung berapi nonaktif yang berlokasi di Bali. Gunung yang memiliki ketinggian 1.909 mdpl ini memang kurang populer di antara kalangan pendaki tapi terbilang menarik untuk dijelajahi.
Meski tidak lagi meletus, Gunung Tapak masih memiliki jalur magma aktif. Itu sebabnya, gunung ini masih menghasilkan panas bumi dan sumber mata air panas yang bertebaran di wilayah dinding kaldera bagian selatan terutama di wilayah Angseri.
Baca Juga
Sebagai puncak tertinggi ke-7 di Bali, Gunung Tapak relatif lebih mudah didaki. Tanah di sekitar Gunung Tapak di sebelah barat bergunung-gunung, namun di sebelah timur berupa perbukitan.
Advertisement
Tempat tertinggi di sekitar Gunung Tapak adalah Gunung Pohen, yang memiliki tinggi 2.063 mdpl, sekitar 3 km sebelah selatan Gunung Tapak. Sementara Kota besar terdekat yaitu Singaraja, sekitar 18 km di sebelah utara Gunung Tapak.
Di sana sekitar 530 orang per kilometer persegi di sekitar Gunung Tapak yang berpenduduk padat. Masih banyak hal mengenai Gunung Tapak selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Tapak yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com pada Kamis, 29 Februari 2024.
1. Asal-usul Nama Gunung Tapak
Kata 'tapak' sendiri yang merupakan nama gunung tersebut berarti datar, karena puncak gunung ini relatif datar. Proyek geotermal yang akhirnya dihentikan beberapa dasawarsa lalu berada tak jauh dari Gunung Tapak dan mengambil panas bumi dari dapur magma gunung tersebut.
2. Disebutkan di Naskah Kuno Bali
Gunung Tapak disebutkan dalam naskah-naskah kuno di Bali, terutama Teks Purana Bangsul yang menyebutkan bahwa salah satu tempat suci penting di daerah Beratan pada masa lampau adalah Terate Bang (Teratai Merah) yang ada di Gunung Tapak.
Hingga kini pun, pura Teratai Bang masih berdiri di kaki gunung ini, sekaligus menjadi batas utara Kebun Raya Bali. Hal itu lantaran tercampur dengan belerang, rasa air suci dari mata air di pura ini agak asam dan menjadikannya khas.
3. Gunung Paling Muda di Bali
Gunung Tapak adalah salah satu gunung paling muda yang terbentuk di Kaldera Beratan. Pegunungan muda adalah gunung-gunung yang masih aktif, artinya di gunung tersebut terdapat aktifitas magma di dalam perut bumi yang terhubung ke dalam kerak bumi. Sementara Gunung api tertua di kaldera itu adalah Gunung Sanghyang dan Gunung Pohen yang telah ribuan tahun padam.
Advertisement
4. Terdapat Makam Wali Pitu
Mengutip laman Balinesia, Kamis (29/2/2024), gunung ini menyimpan keunikan karena terdapat makam Wali Pitu yang bersebelahan dengan sebuah pura di puncak gunung tersebut. Bagi masyarakat Desa Candikuning, Tabanan dan sekitarnya keberadaan dua situs itu adalah simbol toleransi beragama antara umat Hindu dan Islam di kawasan tersebut.
Menurut ketua kelompok masyarakat adat setempat, di sebelah Makam Wali Pitu juga ada Padmasana, yaitu tempat sembahyang umat Hindu. Keberadaannya pun jadi bukti begitu kuatnya toleransi di Bali.
Keberadaan situs yang menunjukan sisi toleransi itu pun menurun hingga ke kehidupan masyarakat. Sebagai cermin toleransi, masyarakat Desa Candikuning mereka hidup membantu, misalnya saat hari-hari suci masing-masing pemeluk agama.
Penduduk setempat maupun warga Bali dari daerah lain banyak yang sengaja mendaki untuk tujuan berziarah maupun bersembahyang. Saat mendaki Gunung Tapak, pengunjung akhirnya bisa sekalian mendapat pengalaman wisata religi.
5. Jalur Pendakian
Untuk mencapai puncak Gunung Tapak, pendaki dapat menempuh jalur pendakian dengan berjalan kaki dari kaki gunung sampai puncak. Ada beberapa jalur yang bisa ditempuh untuk mencapai puncak gunung tersebut.
Namun, biasanya jalur yang umum digunakan yaitu jalur dari Kebun Raya Eka Karya Bedugul dan dari kawasan bekas Geotermal Bedugul yang kini sudah dikelola oleh masyarakat KPH Wanasari.
6. Waktu Pendakian
Untuk sampai di puncak Gunung Tapak, waktu ideal yang harus ditempuh adalah sekitar 2--3 jam. Kondisi jalan yang masih berupa tanah dan dikelilingi dengan rimbunnya hutan akan membuat perjalanan menjadi semakin menyenangkan.
Perjalanan dari Kebun Raya Eka Karya Bedugul bakal lebih mudah, sebab kondisi jalan yang sudah ada tangga dari kayu, sehingga jalur ini lebih gampang dilalui saat hujan. Sementara, jalur dari KPH Wanasari kondisi jalannya masih setapak. Pemilihan jalur ini akan membuat pendaki lebih merasa tertantang untuk melakukan perjalanan.
Advertisement