Liputan6.com, Jakarta - Makin banyak burung endemik Indonesia yang terancam punah di habitatnya. Salah satu penyebabnya adalah hilangnya habitat alami dan berbagai ancaman lainnya. Konservasi terus diupayakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melepasliarkan spesies endemik ke alam bebas.
Pada Jumat, 15 Maret 2024, 64 ekor burung yang terancam punah akhirnya dilepaskan di Hutan Kota Munjul, Jakarta Timur. Ke-64 ekor burung itu terdiri dari 36 ekor kerak kerbau, 10 ekor tekukur, 10 ekor kutilang, dan delapan ekor perkutut, seluruhnya termasuk satwa endemik Indonesia.
Pelepasliaran dilakukan bersama oleh Jagwat Satwa Nusantara, Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.
Advertisement
"Pelepasan burung-burung tersebut merupakan langkah penting dalam upaya kami untuk melindungi satwa endemik yang terancam punah di Jakarta. Inisiatif ini menunjukkan komitmen kami dalam menjaga keragaman hayati dan memperkuat ekosistem lokal," kata drh. Piter Kombo selaku General Manager Jagat Satwa Nusantara, dalam rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com.
Sementara itu, Kepala BKSDA DKI Jakarta Agus Arianto menyatakan sebelum pelepasliaran, pihaknya sudah mengkaji kondisi burung perkotaan dan merehabilitasi burung-burung untuk memulihkan sifat liarnya setelah berada lama di penangkaran.
"Kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam menangani Triple Planetary Crisis, yaitu perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Harapannya, dukungan pemerintah akan mencegah risiko dari krisis tersebut," ucap Agus.Â
Â
Â
Burung Pelanduk Kalimantan
Indonesia kaya akan keragaman fauna, termasuk lusinan spesies burung yang di antaranya tergolong hewan endemik. Salah satunya burung pelanduk Kalimantan yang bernama latin Malacocincla perspicillata.
Burung yang diduga mengalami kepunahan pada 1848 atau 172 tahun lalu ini kembali ditemukan secara tak sengaja oleh dua warga lokal di Kalimantan Selatan pada 2021. Melansir situs web Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), setelah berdiskusi dan ditelaah tim admin grup, mereka kemudian menghubungi ahli burung dari Birdpacker untuk mencari informasi lebih lanjut terkait temuan tersebut. Akhirnya, burung endemik itu berhasil diidentifikasi.
Burung pelanduk kalimantan tersebar di daerah hutan tropis dataran rendah di wilayah Kalimantan. Burung penyanyi yang tergolong dalam keluarga Pellorneidae ini sebelumnya diklasifikasikan "rentan" oleh Uni Internasional untuk Pelestarian Alam (IUCN). Pada 2008, status burung ini berubah jadi "kurang data" berdasarkan penelitian yang menunjukkan kurangnya informasi kredibel tentang hewan tersebut.
Advertisement
Burung Kacamata Makassar
Burung Kacamata Makassar adalah salah satu burung endemik yang hanya bisa dijumpai di Sulawesi Selatan. Mengutip situs web Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Sulawesi secara keseluruhan diyakini memiliki setidaknya 9–-10 jenis burung kacamata atau Zosterops spp.
Burung kacamata makassar ditemukan hidup berkelompok di semak-semak daerah perbukitan, hutan sekunder, dan tepi hutan sampai ketinggian 1.370 meter di atas permukaan laut, seperti di Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung. "Burung kacamata makassar ini sering saya jumpai di Hutan Karaenta," tutur Hendra, pemandu lokal yang sering mendampingi tamu birder dari agen perjalanan.
Ia menyambung, "Biasanya pagi-pagi burung cui-cui (sebutan lain burung kacamata makassar) ini keluar dari sarangnya untuk mencari makan." Waktu terbaik untuk mengamati burung secara umum antara pukul 06.00 sampai 10.00 Wita.
Myzomela Irianawidodoae
Pada 2018, KLHK mencatat spesies burung endemik baru di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jenis baru yang ditemukan Pusat Penelitian Biologi LIPI ini diberi nama Myzomela irianawidodoae, diambil dari nama Ibu Negara, Iriana Widodo. Burung itu adalah satwa endemik Pulau Rote dari famili Meliphagidae dengan status dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.
Merbah Cerukcuk
Merbah cerukcuk merupakan burung endemik Indonesia yang bisa di temukan di sejumlah wilayah di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Ciri fisik burung ini, melansir situs web Kehati Pemprov Yogyakarta, yakni berwarna coklat dan putih, mahkota berwarna cokat gelap, dan alis putih.
Tubuh bagian atasnya berwarna cokelat. Sementara tenggorokan, dada, dan perutnya berwarna putih dengan coretan cokelat pucat pada sisi lambung. Iris coklat, paruh hitam, dan kaki abu-abu merah jambu juga jadi ciri fisik lainnya.
Julang Sumba
Ini merupakan salah satu jenis burung endemik yang hidup di Pulau Sumba, NTT. Di kawasan Taman Nasional Matalawa, jumlahnya tercatat kurang lebih sebanyak 103 ekor, berdasarkan data monitoring populasi yang dilakukan pada 2020, melansir laman KLHK.
Mei 2021 dilaporkan bahwa seekor burung bernama latin Rhyticeros everitti ini diserahkan ke Kantor Balai Taman Nasional Matalawa oleh Kepala Resort Wudipandak. Tim burung itu sebelumnya diserahkan warga Desa Watubokul bernama Agus Katauhi Melip ke kantor Resort Wudipandak setelah didapati burung itu terjatuh di tanah dan tidak mampu terbang.Â
Advertisement