Liputan6.com, Jakarta - Mendekati Lebaran, sebagian masyarakat sudah bersiap untuk mudik. Bahkan sejak sebulan lalu sudah ada yang berburu tiket pulang kampung agar bisa dapat harga lebih murah.
Namun bagi Anda yang kehabisan tiket murah, bisa mencari moda transportasi alternatif seperti bus. Khususnya jika mudik ke wilayah pulau Sumatera, seperti Medan, Anda bisa menyontek cara hemat yang diungkap seorang pejalan dengan akun TikTok @muhammadezrap berikut.
Baca Juga
"Karena banyak banget yang ngeluh mudik ke Medan mahal banget. Nih, aku ada solusi mudik ke Medan via darat dan murce pokoknya," tulisnya di keterangan video yang diunggah pada Jumat, 30 Maret 2024.
Advertisement
Pertama-tama Anda bisa naik KRL Commuterline dari Tanah Abang, menuju Rangkas hingga Merak dengan tarif Rp11.000. Perjalanan dilanjutkan dengan menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni dengan Ferry ASDP Merak - Bakauheni bertarif Rp27.500 untuk kelas reguler.
Setelah sampai Bakauheni, perjalanan dilanjutkan dengan menyambung bus AKDP Bakauheni tujuan Stasiun Tanjung Karang bertarif Rp55.000. Dari sini Anda akan naik Kereta Api Rajabasa dengan tujuan Tanjung Karang ke Kertapati di Palembang, bertarif Rp32.000. Untuk pemesanan tiket tersebut, sebaiknya cek melalui KAI Access.
Dari kota Palembang, Anda harus naik bus antar kota dan provinsi menuju kota Padang dengan tarif Rp300.000. Sesampainya di kota Padang, dari Terminal Padang transit dengan Bus AKAP menuju Kisaran di Asahan dengan membeli tiket seharga Rp265.000.Â
Tanggapan Warganet
Nah sesampainya di Kisaran, naik Kereta Api Putri Deli menuju Stasiun Medan dengan tarif Rp27.000. Akhirnya sampai di kota Medan, waktu tempuh dengan rute tersebut adalah sekitar tiga hari.
Konten yang disukai oleh lebih dari 2.854 pengguna TikTok ini pun mendapati beragam komentar. Ada yang menyebut bisa langsung naik bus menuju Medan dengan tarif Rp500 ribu, tapi ada pula yang menanyakan tentang akses kereta api langsung menuju Medan yang saat ini memang belum ada.
"600 ribu, naik ALS (bus lintas Sumatera) aja kak, tinggal duduk tidak perlu transit," saran seorang warganet.
"Naik pesawat 1 jutaan dan lebih cepat," kata yang lain.
"Semoga kereta dari Aceh ke Lampung bisa dibangun," harap warganet.
"Maaf banget, aku lebih baik naik kapal pelni 600 ribu dah bisa tidur enak + makan 3 kali walaupun nggak ada jaringan di kapal," yang lain memberi alternatif.
"Gw sampai Medan pingsan," balas warganet.
"Naik Putra Pelangi aja, Jakarta Medan 750 ribu," beber yang lain.
Advertisement
Mudik Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit
Dari Tim Regional Liputan6.com, 30 Maret 2024, mudik menjadi salah satu kegiatan menjelang Lebaran yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Kebiasaan ini berkembang menjadi tradisi yang terus dilakukan setiap tahunnya.
Mengutip dari ugm.ac.id, mudik jadi istilah umum untuk menggambarkan kegiatan seseorang pulang ke kampung halaman. Secara spesifik, tradisi ini dilakukan oleh umat muslim yang merayakan momen Lebaran atau Idulfitri di tanah kelahirannya.
Sementara kata mudik berasal dari kata udik. Dalam bahasa Melayu, udik berarti hulu atau ujung. Di masa lampau, masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah urusannya selesai, mereka kembali pulang ke hulu sore harinya.
Selanjutnya, istilah mudik mulai dikenal luas di era 1970-an atau masa orde baru. Ketika itu, banyak pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.
Hal itu menyebabkan banyak orang melakukan urbanisasi pindah ke kota menetap dan mencari pekerjaan. Mereka yang bekerja dan hidup di kota ingin melepas rindu bersama keluarga di kota kelahirannya, akhirnya berkembanglah tradisi ini.
Tradisi Mudik Saat Lebaran
Beberapa sumber mengungkap tradisi mudik bahkan sudah ditemukan sejak 1390. Kata ini ditemukan dalam naskah kuno berbahasa Melayu.
Serupa yang dijelaskan di KBBI, kata mudik dalam naskah ini juga mengandung arti pergi ke hulu sungai. Konon, tradisi mudik sudah dilakukan sejak sebelum zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Islam.
Di era itu, wilayah kekuasaan Majapahit membentang luas hingga ke Semenanjung Malaya dan Sri Lanka. Oleh karena itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya.
Suatu ketika, pejabat bakal kembali ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja serta mengunjungi kampung halamannya. Kegiatan yang dilakukan para pejabat kerajaan inilah yang kemudian dikaitkan dengan fenomena mudik. Selain itu, fenomena mudik juga dilakukan para petani Jawa kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram Islam.
Sekarang, mudik menjadi tradisi yang dilakukan banyak masyarakat menjelang Lebaran. Mereka memanfaatkan hari libur Idulfitri agar bisa berkumpul bersama keluarga besar di kampung halaman.
Advertisement