Liputan6.com, Jakarta - Ibu negara Prancis Brigitte Macron menyatakan akan menghadiri persidangan di Pengadilan Paris dalam kasus teori konspirasi yang menyebutnya sebagai transgender. Di pengadilan yang akan berlangsung Juni 2024, ia akan berhadapan dengan jurnalis lepas Natacha Rey yang menyembunyikan identitasnya di balik avatar.
Mengutip NY Post, Minggu (14/4/2024), teori konspirasi itu dicetuskan pertama kali oleh Rey dan rekannya, Amandine Roy, pada Desember 2021. Rey dan Roy yang menyebut diri mereka sebagai peramal membuat video Youtube yang kini telah dihapus sebagai bagian dari program online Roy, Mediumsation.
Dalam video tersebut, mereka menyebut Brigitte adalah Jean-Michel Trogneux yang lahir pada 1953. Trogneux adalah nama gadis Brigitte, dan Jean-Michael adalah kakak laki-lakinya. Ia disebut menjadi transpuan pada 1980an.
Advertisement
Rey kemudian menuliskan artikel terkait teori konspirasi transgender Brigitte di majalah sayap kanan Prancis “Faits et Documents” setelah Macron pertama kali terpilih sebagai presiden Prancis pada 2017. Mereka juga menuduh bahwa suami pertama Brigitte Macron, André-Louis Auzière, sebenarnya tidak pernah ada.
Auzière meninggal pada 2019 di usia 68 tahun. Keduanya yang menikah dari 1974 hingga 2006 memiliki tiga anak bersama, yakni seorang putri bernama Tiphaine (40), dan dua putra, Laurence (47) dan Sebastien (49). Rey mengklaim bahwa paman André-Louis, Jean-Louis Auzière, memalsukan dokumen administratif untuk menyembunyikan bahwa istrinya telah melahirkan ketiga anak Brigitte.
Isu tersebut dengan segera menggemparkan Prancis dan warga setempat menuduhnya sebagai bagian dari “complosphère” atau dunia teori konspirasi yang sedang berkembang. Presiden Prancis Emmanuel Macron tak terima dengan rumor tersebut. Ia langsung menyatakan informasi itu 'salah dan dibuat-buat' di acara Hari Perempuan Internasional di Paris pada Februari 2024 setelah ia menjamin hak aborsi dalam Konstitusi Perancis.
Sidang Kasus Pencemaran Nama Baik Dimajukan
Sementara, Brigitte dan saudara laki-lakinya mengajukan tuntutan hukum atas pencemaran nama baik terhadap kedua perempuan itu. Pada musim panas 2023, hakim di Normandia memutuskan Rey dan Roy bersalah atas kasus pencemaran nama baik. Setelah mengajukan banding, Roy didenda setara dengan USD1.000 dan Rey harus membayar sekitar USD500.
Vonis pengadilan itu nyatanya tak menghentikan teori konspirasi yang liar. Seorang komentator asal Amerika Serikat Candace Owens kembali mengulasnya. Ia bahkan membuat taruhan.
"Setelah menyelidiki hal ini, saya akan mempertaruhkan seluruh reputasi profesional saya pada fakta bahwa Brigitte Macron sebenarnya adalah seorang laki-laki," tulis Owens dalam unggahan Selasa, 12 Maret 2024, di X, sebelumnya Twitter. "Setiap jurnalis atau publikasi yang mencoba mengabaikan hal yang masuk akal ini dapat langsung diidentifikasi sebagai sesuatu yang dibuat-buat. Saya belum pernah melihat yang seperti ini dalam hidup saya. Implikasinya di sini sangat mengerikan."
Setelah cuitan Owens, pengacara Brigitte di Paris, Jean Ennochi, lalu meminta tanggal persidangan kasus pencemaran nama baik terhadap Rey dimajukan ke Juni 2024 dari semula dijadwalkan pada Maret 2025. "Dalam beberapa minggu terakhir, khususnya secara internasional melalui influencer Trumpist Candace Owens, saya merasa bahwa kerugian yang dialami klien saya semakin meningkat dari hari ke hari," kata Ennochi.
Advertisement
Dibela Warga Prancis
"Ini tidak masuk akal, menurut saya ini gila dan begitu pula sebagian besar warga Prancis," Marie, seorang eksekutif fesyen berusia 70-an di Paris yang tidak mau menyebutkan nama belakangnya karena takut mendapat reaksi negatif dari dunia maya, mengatakan kepada The Post.
"Saya pikir itu semua hanyalah kecemburuan dan propaganda. Lihat saja mereka. Macron selalu meraih tangan atau bahunya. Dia memiliki senyum lebar ketika dia menatapnya. Dia selalu terlihat seperti sedang jatuh cinta. Orang yang sudah menikah biasanya tidak terlihat seperti itu."
Meski sebagian orang di Prancis mempertanyakan alasan Macron memberi perhatian pada teori konspirasi, sejumlah orang mendukungnya. "Keseluruhan cerita ini benar-benar membuat saya marah. Mirip dengan cerita yang sama yang masih beredar tentang Michelle Obama yang masih dipanggil oleh para troll tertentu sebagai Michael," kata Allison Coe, seorang warga Prancis berusia 25 tahun dan blogger veteran, kepada The Post.
"Gugatan tersebut jelas memberikan lebih banyak oksigen pada cerita tersebut, namun di sisi lain dibutuhkan keberanian yang sangat besar untuk berani menghadapinya secara langsung karena mengetahui reaksi tabloid yang dapat diprediksi," tambah Coe. "Saya merasa ngeri pada [Brigitte] tetapi sangat mengaguminya karena memiliki (keberanian) untuk menolak gemetar ketakutan."
Pembuat Konspirasi Tetap Keukeuh
Meski sudah dinyatakan bersalah, ditambah banyak jurnalis menunjukkan bukti foto dan dokumentasi lain yang menunjukkan Brigitte benar-benar seorang perempuan, Roy tetap pada pendiriannya. Ia berdalih karena dia berasal dari Brittany yang orang-orangnya dikenal keras kepala.
"Banyak orang bilang aku gila. Mereka menatapku dengan jijik. Tapi saya mengikuti faktanya. Jadi jika ini memang tidak benar, maka Brigitte Macron bisa membuktikannya dengan melakukan tes DNA sederhana," katanya.
Banyak media Prancis juga mengangkat 'sisi rahasia' Brigitte sebagai berita utama. Mingguan satir kontroversial Charlie Hebdo memuat gambar kartun Macron yang menunjuk ke selangkangan istrinya, dengan mengatakan, "Dia bukan transgender, dia selalu menjadi laki-laki!"
Putri Brigitte, Tiphaine Auzaine, seorang pengacara yang jarang memberikan wawancara, pertama kali membahas rumor menyakitkan tersebut dalam sebuah wawancara pada Februari di Paris Match.
"Saya mempunyai kekhawatiran mengenai tingkat masyarakat ketika saya mendengar apa yang beredar di jejaring sosial tentang ibu saya yang seorang laki-laki," kata Auzaine kepada media tersebut.
"Keyakinan atas apa yang ditegaskan dan penghargaan yang diberikan atas apa yang diproklamirkan. Siapa pun dapat mengatakan apa pun tentang siapa pun, dan perlu waktu untuk menghapusnya."
Advertisement