Liputan6.com, Jakarta - Gunung Sawal merupakan kawasan hutan gunung yang berada di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Wilayahnya meliputi Kecamatan Panjalu, Cipaku, Kawali, Sadananya, Cikoneng, Sindangkasih, Cihaurbeuti, dan Panumbangan, Ciamis.
Puncak tertinggi Gunung Sawal berada di daerah Panjalu dengan ketinggian 1.764 meter di atas permukaan laut. Gunung indah ini menjadi ikon Ciamis, terbukti dengan dijadikannya Gunung Sawal sebagai latar dari logo Kabupaten Ciamis.
Baca Juga
Mengutip dari laman Gunung Bagging, pada Minggu, 5 Juli 2024, Gunung Sawal adalah rangkaian pegunungan besar dengan kategori ketinggian sedang cukup populer di kalangan peneliti satwa liar dan peziarah seperti halnya pendaki biasa.
Advertisement
Masih banyak hal mengenai Gunung Sawal selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Sawal yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Kawasan Suaka Marga Satwa
Kawasan gunung sawal ini adalah salah satu Suaka Margasatwa yang ada di Indonesia, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor:420/kpts/UM/1979 tanggal 4 Juli 1979 dengan luas 5.400 hektare.
Beberapa spot di kawasan Gunung Sawal juga kerap dijadikan tempat kemping oleh para penggiat alam dari sekitar Ciamis dan Tasikmalaya, di antaranya spot Tugu di Sadananya, Gunung Golkar di Sindangkasih, Batu Datar di Cipaku, Curug Tujuh di Panjalu, serta masih banyak tempat menarik lainnya.
Keanekaragaman hayati dan ekosistem yang masih sangat terjaga merupakan kelebihan kawasan Gunung Sawal. Banyak flora dan fauna langka yang masih bisa ditemukan di suaka margasatwa ini.
2. Benturan Konservasi dan Eksploitasi di Gunung Sawal
Satu hal yang menjadi permasalahan yang mengancam kelestarian Suaka Margasatwa Gunung Sawal adalah merebaknya pembukaan lahan pertanian warga kaki gunung ini. Hutan dibuka digantikan oleh lahan pertanian garapan warga.
Selain itu, para pemburu hewan juga masih banyak ditemui di hutan-hutan gunung sawal, padahal jelas-jelas seluruh flora dan fauna di kawasan suaka marga satwa ini dilindungi. Permasalahan ini memang satu hal yang wajar ditemui di mana pun.
Usaha konservasi selalu berbenturan dengan eksploitasi, tak bisa dihindari, masyarakat penggarap lahan juga membutuhkan pencaharian untuk hidup dengan terpaksa mengorbankan alam. Di sini diperlukan kebijakan dari pemerintah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk dapat bersikap bijak dalam mengeksploitasi alam.
Sumber daya alam yang ada boleh dimanfaatkan dan dikelola untuk kesejahteraan masyarakat, namun pemanfaatannya harus disertai dengan kebijaksanaan dari masyarakat itu sendiri demi terjaganya kesinambungan ketersediaan sumber daya serta kelestarian alam dan lingkungan.
Advertisement
3. Populasi Macan Tutul Jawa
Kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal ini juga memiliki potensi wisata pendakian dan kegiatan alam lainnya. Sayang, informasi mengenai kawasan gunung Sawal di internet masih sangat minim.
Hutan di Gunung Sawal masih sangat liar dan terawat baik, karena itu dapat menjadi sarana petualangan yang sangat baik dan menantang. Apalagi terdapat populasi macan tutul jawa atau macan tutul di hutan di sini.
Keberadaan macan tutul yang langka disertai situs kuno yang cukup penting untuk warga lokal. Itu sebabnya semua peneliti konservasi dan penggemar sejarah berharap kunjungan ke sini tidak akan pernah seperti pengalaman trekking komersial yang Anda temukan di sini. Bahkan kabarnya ada benteng kuno yang mengelilingi Gunung Sawal.
4. Asal-usul Nama Gunung Sawal
Sawal atau Syawal merupakan bulan kesepuluh dalam penanggalan Arab-Islam. Bulan ini adalah bulan setelah puasa Ramadhan, sehingga dibuka dengan perayaan dan perayaan Idul Fitri yang menandai berakhirnya Puasa.
Ada kemungkinan bahwa Gunung Sawal mempunyai nama yang lebih tua yang mencerminkan budaya Hindu atau pagan, dan nama ini diganti dengan nama Islam yang lebih positif dan bersifat perayaan "Sawal" ketika masyarakat di wilayah sekitarnya masuk Islam.
5. Titik Pendakian Awal
Pegunungan ini dapat didekati dari beberapa arah dan sejauh ini rute terbaik untuk mencapai puncak tertinggi yang dikenal secara lokal sebagai Karantenan. Perjalanan dimulai dari desa kecil Tembong (938 mdpl) yang terletak di utara puncak, beberapa kilometer di selatan Panjalu dan terdapat danau Situ Lengkong.
Pendaki biasa bisa sampai di puncak hanya dalam waktu dua jam, namun hati-hati tersesat saat salah memulai titik pendakiannya. Karena itu sebaiknya memakai jasa tur guide dari penduduk lokal.
6. Pemandangan Gunung Ciremai dan Gunung Tampomas dari Puncaknya
Jalur awalnya mengarah melalui perkebunan kopi dan kemudian campuran hutan pinus dan kopi. Dalam kondisi cuaca cerah terdapat beberapa pemandangan Ciremai yang sangat indah di sebelah utara.
Ada bagian pendek dari semak-semak sebelum Anda melihat pondok kayu di sebelah kanan saat pendakian. Tepat di luar gubuk ini, pemandangan bahkan lebih mengesankan, tidak hanya Ciremai tetapi juga Tampomas yang lebih kecil di barat laut.
Advertisement