Tak Waras, Tentara Israel Gunakan Rumah Sakit Kanker Satu-satunya di Gaza Sebagai Pangkalan Militer

Turki berjanji menyeret Israel ke pengadilan internasional karena tindakannya menggunakan rumah sakit kanker satu-satunya di Gaza sebagai pangkalan militer selama berbulan-bulan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 16 Jul 2024, 12:01 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2024, 12:01 WIB
Tak Waras, Israel Gunakan Rumah Sakit Kanker Satu-satunya di Gaza Sebagai Markas Militer
Anak-anak Palestina mengantre untuk mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Gaza. (dok. Bashar TALEB / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Satu lagi bukti kejahatan perang Israel terhadap warga Palestina. Al Jazeera dan TRT World melaporkan bahwa tentara zionis menggunakan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina yang merupakan rumah sakit kanker satu-satunya di Gaza untuk basis militer mereka selama berbulan-bulan. 

Atas kejahatan tersebut, Turki naik pitam. Kementerian Luar Negeri Turkiye pun mengecam serangan tentara Israel yang menargetkan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza yang terkepung.

"Foto di pers Palestina yang menunjukkan sekelompok tentara Israel di depan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza adalah bukti lebih lanjut pelanggaran Israel terhadap hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional," kata Kemenlu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari TRT World, Selasa (16/7/2024).

"Kerusakan yang terjadi pada rumah sakit tersebut oleh pasukan Israel dan penggunaannya sebagai pangkalan militer adalah bagian dari kebijakan sistematis Israel yang bertujuan untuk memusnahkan rakyat Palestina," sambung pihak Turki.

Kemenlu Turkiya memastikan bahwa pihaknya akan menyeret pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan-serangan itu diadili di pengadilan internasional. Pihak berwenang setempat di Gaza mengatakan bahwa selama dua hari terakhir, lebih dari 320 warga Palestina dirawat di rumah sakit di seluruh wilayah kantong tersebut dengan luka bakar parah akibat senjata yang dilarang secara internasional yang digunakan oleh tentara Israel.

Dalam sebuah pernyataan, Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan berdasarkan penilaian dokter, sejumlah pasien mengalami luka bakar tingkat tiga. Banyak di antaranya meninggal dunia. 

Luka tersebut disebabkan oleh senjata yang digunakan oleh tentara Israel. Senjata-senjata tersebut sebagian besar merupakan buatan AS, yang dikenal sebagai senjata kimia atau termal, dan 'secara internasional dilarang digunakan terhadap manusia', tambah pernyataan itu.

Israel Bombardir Kamp Pengungsi Al-Mawasi Gaza

Kondisi Kota Khan Younis Pasca Serangan Israel
Warga Palestina berjalan di tengah kehancuran setelah pasukan Israel meninggalkan Khan Younis, Jalur Gaza, Rabu, 6 Maret 2024. (AP Photo/Mohammed Dahman)

Sebelumnya, Israel terang-terangan menyerang kamp pengungsi di daerah Al-Mawasi, Gaza Selatan, pada Sabtu, 13 Juli 2024. Sedikitnya 90 orang tewas dan 300 lainnya terluka akibat serangan tersebut. Mengutip Antara, otoritas media Gaza menyebut serangan tersebut merupakan 'pembantaian parah' yang dilakukan Israel. Padahal, Israel menyatakan Al-Mawasi sebagai salah satu “zona aman”.

Otoritas Palestina (PA) menuding Amerika Serikat turut bertanggung jawab atas terjadinya serangan tersebut. PA mendesak komunitas internasional bertindak selekas mungkin dalam menghentikan kekejaman Israel.

"Amerika Serikat terus melanggar resolusi internasional dengan terus memberikan dukungan keuangan dan militer atas penjajahan (Israel), yang terus melakukan pembantaian berdarah terhadap rakyat kami setiap harinya," kata juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh.

Serangan Israel ke Jalur Gaza, yang terus berlangsung sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan lebih dari 38.300 warga Palestina, yang sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak, meninggal serta lebih dari 88 ribu lainnya terluka. Meski dihadapkan dengan kecaman internasional bertubi-tubi dan Resolusi DK PBB yang menginstruksikan gencatan senjata segera, Israel tak kunjung berhenti menggempur Jalur Gaza.

5 Tokoh Muda NU Foto Bersama Presiden Israel Sambil Tersenyum

Lima Tokoh Muda NU Berkunjung ke Israel Tuai Kecaman Publik
Potret lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) saat bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. (Istimewa via NU Online)

Dari dalam negeri, lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) menuai kecaman setelah foto mereka tersenyum bersama Presiden Israel Isaac Herzog tersebar di dunia maya. Kelima tokoh muda tersebut diketahui adalah Zainul Maarif, Syukron Makmun, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. 

Mengutip kanal Regional Liputan6.com, Zainul Maarif dikenal sebagai dosen program studi Sejarah Peradaban Islam di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia. Dia menempuh pendidikan S-1 di Universitas Al Azhar dan melanjutkan pendidikan S-2 Ilmu Filsafat di Universitas Indonesia dengan meraih gelar Magister Humaniora pada 2006.

Usai meraih gelar Magister Humaniora, Zainul selanjutnya menempuh pendidikan S-3 di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara pada 2019. Ia pun resmi meraih gelar doktor pada 2022.

Sementara, Munawir Aziz merupakan Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama United Kingdom. Selain aktif di organisasi tersebut, Munawar juga aktif dalam dunia penulisan Dua buku dirilis pada 2020 yakni Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas dan Strategi Kebudayaan" dan "Melawan Antisemitisme". Munawir saat ini juga dipercaya sebagai staf khusus Pj Bupati Kudus dalam bidang Strategi dan Komunikasi. Namun, profil Syukron Makmum, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania tidak ditemukan.

Memperburuk Citra NU

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali (Tim Dokumentasi PBNU)

Ketua PBNU Savic Ali menilai kunjungan para pemuda NU ke Israel tidak memahami geopolitik, tak mengerti kebijakan NU secara organisasi, dan perasaan seluruh Nahdliyin. Ia menegaskan kunjungan mereka tidak mengatasnamakan organisasi NU.

“Kemungkinan kunjungan mereka atas nama pribadi. Kita tidak tahu tujuannya apa dan siapa yang mensponsorinya. Ini tindakan yang disesalkan,” katanya, Ahad malam, 14 Juli 2024, dikutip dari NU Online.

Meskipun kunjungan mereka mengatasnamakan pribadi, kelimanya dikenal sebagai warga NU, terlebih saat menyampaikan sambutan juga membawa nama NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dan Gus Dur. Menurut Savic, hal tersebut telah memperburuk citra NU di mata publik. Padahal, sikap NU saat ini sudah jelas berada di barisan pendukung Palestina dan mengutuk agresi militer Israel.

“Israel sampai saat ini tak mengakui Palestina dan terus melakukan agresi militer yang memakan ribuan korban jiwa. Israel masih menjatuhkan bom dan peluru kepada warga Palestina. Korbannya banyak sekali, warga sipil,” katanya.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya