Liputan6.com, Ubud - Fungsi perempuan sebagai pendidik, menurut Dian Sastrowardoyo, membuatnya punya peran penting dalam memajukan warisan seni dan budaya. Dalam konteks ini, aktris berusia 42 tahun tersebut menggarisbawahi, praktik tersebut tidak terbatas pada perempuan yang bekerja sebagai pengajar profesional.
"Tidak hanya secara formal, tapi di ranah informal, di keluarga, perempuan biasanya selalu punya fungsi parenting, yang mana ibu merupakan guru," sebut dia saat ditemui di sela agenda "Visaraloka" Indonesia Bertutur (INTUR) 2024 di Museum Puri Lukisan, Ubud, Bali, Kamis, 8 Agutus 2024.
Baca Juga
Bintang film Aruna dan Lidahnya itu menyambung, "Sebenarnya kita (perempuan) mengajarkan banyak hal tentang kehidupan ke anak kita, ke cucu kita kalau sudah jadi nenek. Seberapa akrab anak dengan budaya, dengan seni, biasanya akan (terefleksi dari) sejauh mana si ibu atau sosok perempuan dalam keluarga dekat dengan seni dan budaya."
Advertisement
Dian mengatakan bahwa perempuan merupakan kunci pengarah generasi berikutnya. "Anak mau kita dekatkan dengan alam, mulainya dari perempuan. Mau kita dekatkan ke pendidikan, mulainya juga dari perempuan," ujar dia.
Pembiasaan-pembiasaan demi mengakrabkan anak pada warisan seni dan budaya bisa dilakukan dengan berbagai upaya, termasuk datang ke festival-festival, seperti INTUR, Dian berbagi. "Yang menarik, tema (INTUR) tahun ini itu Subak (sistem irigasi tradisional Bali) yang notabene sangat dekat dengan alam," katanya.
"Setiap melihat karya seni di sini, kita diajak introspeksi. Kita tuh manusia modern, masih kenal enggak sih sama alam sebagai akar kita? Jadi enggak cuma akar budaya saja, tapi juga akar alam. Di sini, ibu bisa mengenalkan (pada anak) tanah itu bagian dari alam, bagian dari hidup kita, tapi lewat karya-karya seni terkurasi."
Film Pendek Karya Dian Sastrowardoyo
Dian, yang didapuk sebagai ikon INTUR 2024, akan menampilkan film pendek produksinya di festival dua tahunan garapan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan tersebut. "Waktu diajak jadi ikon (INTUR 2024), saya bilang saya mau dan saya pasti dukung," katanya saat jumpa pers di kantor Kemendikbudristek Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.
Ia menyambung, "Tapi saya enggak mau jadi pajangan saja. Saya mau jadi salah satu pegiat. Saya seorang filmmaker, saya tanya, 'Boleh saya membuat film?' dan untungnya dapat persetujuan. Saya memang eksplorasinya film pendek, film tari."
"Ini merupakan kolaborasi pertama saya dengan seorang koreografer terkenal dan sudah mendapat perhatian internasional," jelasnya. Dian mengatakan, ia tidak hanya melibatkan penari profesional, namun juga aktor dan aktris yang tidak bisa menari, di film ini. Dua aktris yang dipinang Dian untuk film pendeknya adalah Asmara Abigail dan Lutesha.
"Kami ajak akting dalam bentuk akting gerak. Kami bersyukur sekali karena kami berhasil menggandeng Asmara Abigail sebagai salah satu tokoh dalam film ini, dan Lutesha, kami akan mengajak dia mengeksplorasi sisi lain akting dalam bentuk gerak," bebernya.
Advertisement
Kapan Penyelenggaraan INTUR 2024?
Dian juga melibatkan seniman senior asal Bali, Yani Ayu Laksmi, yang dikenal lewat perannya sebagai ibu di film Pengabdi Setan. Ia pun bekerja sama dengan tim produksi yang pernah terlibat dalam pembuatan serial Gadis Kretek yang dibintanginya.
Film pendek Dian akan ditayangkan pada Selasa malam, 13 Agustus 2024, pukul 19.10--19.25 WITA, di TONYRAKA Art Gallery, Ubud. "Memang sejak 2022 kita ada program layar up. Film pendek Dian akan ditayangkan outdoor, ini kekhasannya," ujar Direktur Artistik INTUR 2024 Melati Suryodarmo.
Sang aktris hanya satu dari 900 seniman lokal dan internasional yang terlibat dalam pameran, pertunjukan seni, maupun artist talk selama INTUR berlangsung pada 7--18 Agustus 2024. Rangkaian kegiatannya bertempat di tiga lokasi di Bali, yakni Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua.
Tahun ini, tema festival seni multidisiplin tersebut terinspirasi prinsip-prinsip dalam sistem irigasi tradisional Bali yang dikenal sebagai Subak, sebagaimana telah disinggung. Sistem ini melambangkan hubungan harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam.
Pembukaan INTUR 2024
Konsep Subak, yang berakar kuat dalam ajaran Hindu, telah membantu petani Bali hidup selaras dengan alam, memastikan panen yang melimpah, dan keberlanjutan peradaban mereka selama berabad-abad. "Sangat, sangat menarik melihat bagaimana Subak diinterpretasi setiap seniman yang terlibat dalam ragam bentuk karya seni," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid seusai acara pembukaan INTUR, Rabu, 7 Agustus 2024.
Penyelenggaraannya ditandai pementasan Maha Wasundari di Lapangan Chandra Muka Batubulan, Bali, Rabu malam. Pertunjukan ini merupakan anggukan pada kemuliaan air dan Bumi yang menghidupi manusia. Rangkaiannya menampilkan tari Bali dari tiga genre yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia, yaitu Wali, Bebali, dan Balih-balihan, dalam sebuah pertunjukan khidmat yang dilengkapi tatanan artistik terkini.
Penanggung jawab artistik seremoni pembuka INTUR 2024 I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra bercerita bahwa Maha Wasundari bukan sekadar pertunjukan. Susunannya menghadirkan ritual dalam pertunjukan sebagaimana seni dan ritual tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Bali.
Total ada sembilan program utama INTUR 2024, yakni Maha Wasundari, Visaraloka, Kathanaya, Layarambha, Ekayana, Samaya Sastra, Anarta, Kiranamaya, dan Virama. Seluruh rangkaiannya terbuka gratis untuk umum. Jadwal dan registrasi kedatangan bisa diakses di laman https://indonesiabertutur.kemdikbud.go.id/.
Advertisement