Intip Kisah PNM dan Kreasi Batik Tuli Indonesia Kala Dampingi Perempuan Agar Terus Berdaya dan Maju

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menjadi pihak pembawa harapan baru untuk banyak perempuan Indonesia.

oleh Fachri pada 19 Agu 2024, 18:10 WIB
Diperbarui 19 Agu 2024, 18:09 WIB
Parade Wastra Nusantara
Talkshow "Cerita Wastra" di acara "Parade Wastra Nusantara", Rabu (31/7/2024. [Foto: Fimela]

Liputan6.com, Jakarta Di tengah dinamika sosial dan ekonomi yang terus berkembang, pemberdayaan perempuan menjadi salah satu pilar utama dalam mencapai kemajuan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. Selain inklusif dan berkelanjutan, pemberdayaan perempuan juga bisa menciptakan pemerataan ekonomi yang adil.

Untuk mencapai semua tujuan tersebut, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menjadi pihak pembawa harapan baru untuk banyak perempuan Indonesia. Harapan itu muncul dari pelayananan pembiayaan yang dihadrikan PNM, yakni program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera).

Program Mekaar tak hanya sekadar memberikan pelayanan pembiayaan, melainkan juga fokus memberikan pelatihan dan pembekalan kepada para nasabahnya.

Kepala Divisi Jasa Manajemen dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingungkan (TJSL) PT Permodalan Nasional Madani (PNM), Cut Ria Dewanti menjelaskan, program PNM Mekaar hadir secara khusus untuk perempuan sebagai salah satu bentuk pemberdayaan perempuan.

"Karena perempuan memiliki sesuatu yang berbeda. Kita memberikan usaha, pendampingan kepada para pengusaha wanita khususnya, yang saat ini sudah mencapai 14,9 juta nasabah di seluruh Indonesia. Dan Alhamdulillah-nya, karyawan kami itu juga 98 persen perempuan," jelasnya dalam acara Parade Wastra Nusantara, Rabu (31/7/2024).

"Dan kami dari PNM memberikan pembiayaan khusus kepada perempuan karena kita yakin perempuan adalah tonggak di rumah tangga," imbuh Cut Ria.

Ia pun mengungkapkan, dalam prosesnya mendampingi para nasabah, PNM berkolaborasi dengan perusahaan lain baik BUMN, multinational company, atau perusahaan swasta lain dalam proses membina para nasabah agar bisa berkembang dan memajukan usahanya.

"Kami berikan pendampingan selama nasabah ini berusaha. Pastinya, kami tidak ingin nasabah-nasabah kami tumbuh sendirian setelah diberi modal, tapi terus kita dampingi," ungkap Cut Ria.

Kisah Inaraya Bersama PNM

Fimela Figure
Inaraya, Founder Kreasi Batik Tuli Indonesia. [Foto: Daniel Kampua/Fimela]

Founder Kreasi Batik Tuli Karawang, Inaraya menuturkan tentang bagaimana PNM membawa harapan baru untuk usahanya brsama para tunarungu.

"Kreasi Batik Tuli Indonesia bisa dibilang dipinang oleh PNM itu karena kita pemberdayaan disabilitas. Jadi di Bawah Kreasi Batik Tuli itu ada sekitar 30 disabilitas," tuturnya.

"Bisa dibilang (kehadiran PNM) sangat berarti, karena selama ini kan kita belum ada yang membina, belum ada yang melirik keberadaan kita dengan para disabilitas ini. Tapi dengan adanya PNM kita juga dibantu peralatan untuk membatik, pameran juga kita diikutsertakan, termasuk di cara ini, di apresiasi sekali," jelas Inaraya.

Dirinya pun menyebut, jika kehadiran PNM juga sangat berarti dan berdampak pada para teman tuli, sebutan untuk para tuna rungu dalam mengembangkan potensi diri.

Di sisi lain, Cut Ria menyebut bahwa usaha yang dijalankan oleh Inaraya memiliki potensi yang luar biasa.

"Alhamdulillah, kita melihat potensi luar biasa di tempat ibu Ina ini. Dengan keterbatasan, mereka bisa menghasilkan kreasi seperti yang saya pakai hari ini," sebutnya.

Punya Kesempatan yang Sama

cerita wastra
Kepala Divisi Jasa Manajemen dan TJSL PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Cut Ria Dewanti bersama sosiopreneur dan pengurus Kreasi Tuli Indonesia Naraya serta Young Fashion designer dan founder Kreasi Tuli Indonesia Akeyla Naraya saat diskusi dalam acara Cita dan Cipta Liputan6.com x Fimela di Shangri-La Hotel, Jakarta, Rabu (31/7/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Inaraya berharap, agar para teman tuli memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan bisa hidup mandiri di tengah keterbatasan yang mereka miliki.

"Seperti kita ketahui, kalau dilihat secara fisik, para teman tuli kan normal ya, tapi mereka punya dua kelemahan, tidak bisa mendengar dan tidak bisa bicara, secara komunikasi benar-benar terputus," ujarnya.

"Namun ketika mereka mau melamar kerja, enggak akan ada yang mau, karena komuniksinya saja susah. Jadi kalua untuk disabilitas tunarungu, ketika mau bekerja, bukan mereka yang diajari komunikasi, tetapi kitanya yang penerima kerjanya yang harus belajar cara komunikasi mereka," jelas Inaraya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya