Liputan6.com, Jakarta - Istana kepresidenan menjadi kediaman resmi sekaligus tempat presiden bekerja. Selain di Jakarta yang sempat menjadi ibu kota negara, Indonesia juga punya beberapa istana kepresidenan lainnya yang tersebar di berbagai daerah.Â
Tercatat saat ini Indonesia memiliki enam istana kepresidenan dengan berbagai fungsi dan kegunaannya. Berikut enam istana presiden di berbagai daerah di Indonesia beserta sejarahnya.
1. Istana Garuda - IKN
Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara bukan hanya simbol keindahan arsitektur, tetapi juga lambang kewibawaan dan kemandirian bangsa Indonesia. Desain yang modern dan monumental ini menggambarkan semangat baru Indonesia sebagai negara yang siap memimpin di era global.
Advertisement
Mengutip dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara, Selasa, 20 Agustus 2024, kompleks Istana Kepresidenan di IKN memiliki luas 55,7 hektare. Kompleks Istana Kepresidenan terdiri dari lapangan upacara, bangunan istana, kantor presiden, kantor sekretariat presiden, dan bangunan staf khusus presiden.
Di dalam Kompleks Istana Kepresidenan juga terdapat wisma negara, asrama Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), masjid, museum, kebun raya, bangunan pemeriksaan tamu, dan lainnya. Lokasi Kompleks Istana Kepresidenan berada di titik tertinggi IKN, yakni sebuah bukit setinggi 88Â mdpl.
Bangunan utama Istana Kepresidenan IKN dinamai Istana Garuda berciri khas patung burung garuda raksasa tengah membentangkan sayapnya. "Makna dari desain Istana Garuda seperti sedang memeluk mengandung filosofi untuk melindungi bangsa Indonesia," kata pematung ternama, I Nyoman Nuarta yang mendesain Kompleks Istana Kepresidenan seperti dikutip dari Antara. Â
2. Istana Negara Jakarta
Istana Negara terletak di Jalan Veteran dan menghadap ke Sungai Ciliwung. Istana ini membelakangi Istana Merdeka yang menghadap ke Taman Monumen Nasional dan dihubungkan oleh Halaman Tengah. Lingkungan Istana Negara meliputi beberapa bangunan lain, yaitu Kantor Presiden, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan.
Istana Negara pada mulanya adalah kediaman pribadi seorang warga negara Belanda yang bernama J.A. van Braam. Ia mulai membangun kediamannya pada 1796, yakni pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten sampai 1804 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Sieberg.
Pada 1816, bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia-Belanda, dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para Gubernur Jenderal Belanda. Karena itu, istana ini dijuluki Hotel Gubernur Jenderal.Â
Setelah proklamasi kemerdekaan, Istana Negara jadi saksi sejarah atas penandatanganan naskah Persetujuan Linggajati pada Selasa, 25 Maret 1947. Setahun kemudian, pada 13 Maret 1948, Istana Negara kembali jadi tuan rumah untuk pertemuan empat mata antara Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Letnan Gubernur Jendral Dr. Hubertus J. van Mook.
Advertisement
3. Istana Merdeka Jakarta
Istana Merdeka terletak di Jalan Merdeka Utara dan menghadap ke Taman Monumen Nasional. Kompleks Istana Merdeka dan Istana Negara luasnya mencapai 6,8 hektare dan berada di jantung ibu kota negara.
Dengan meningkatnya kegiatan pemerintah Hindia-Belanda pada waktu itu, bangunan yang kini bernama Istana Negara itu dianggap kurang memenuhi syarat keperluan sehingga dianggap perlu mendirikan bangunan lagi. Melalui arsitek Drossares, pada 1873, yakni pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Louden, didirikan bangunan lain yang baru rampung pada 1879, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Willem van Landsbarge. Bangunan tersebut waktu itu dikenal dengan nama Istana Gambir.
4. Istana Bogor
Istana Kepresidenan Bogor berada di pusat kota Bogor, di atas tanah berkultur datar, seluas sekitar 28,86 hektare, di ketinggian 290 meter dari atas permukaan laut. Kota ini tergolong ke dalam kota yang beriklim sedang, dengan hawa yang sejuk. Udara di sekitar istana ini senantiasa bersih dan segar karena kota ini berjulukan "kota hujan".
Istana Kepresidenan Bogor bermula dari pencarian orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia (kini Jakarta) terhadap tempat yang ingin mereka huni sebagai tempat peristirahatan. Mereka beranggapan bahwa Batavia terlalu panas dan ramai sehingga perlu mencari tempat-tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.
Di masa penjajahan Belanda, Istana Kepresidenan Bogor memiliki fungsi utama sebagai tempat peristirahatan. Setelah masa kemerdekaan, seperti fungsi istana-istana kepresidenan lainnya, fungsi istana berubah menjadi kantor urusan kepresidenan serta menjadi kediaman resmi Presiden Republik Indonesia.
5. Istana Cipanas
Mengutip dari laman Kepustakaan Presiden, Selasa, 20 Agustus 2024, dibandingkan dengan istana presiden lainnya, Istana Cipanas kurang terekspos. Letaknya yang terpencil di daerah kaki Gunung Gede itu memang tidak memungkinkannya dijadikan pusat kegiatan politik/pemerintahan atau bahkan menjadi tempat tinggal yang tetap.
Tetapi, Presiden Soeharto dan keluarga sekali-sekali singgah di Istana Cipanas untuk mandi belerang dan menggunakan paviliun di belakang istana yang khusus tersedia untuk kepala negara dan keluarga. Saat ini, Istana Cipanas jarang dipakai, tetapi tetap dirawat dengan baik.
Karena perbaikan-perbaikannya diadakan secara berkala, keadaanya masih seperti waktu pertama dibangun. Arsitekturnya mempunyai ciri yang khas, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Segi lainnya yang juga menarik adalah koleksi lukisan yang ada disana yang berjumlah sekitar 300 buah. Istana ini juga pernah didatangi Ratu Yuliana dari Belanda sewaktu berkunjung ke Indonesia pada 1971.Â
Advertisement
6. Istana Gedung Agung Yogyakarta
Istana Kepresidenan Yogyakarta dikenal juga dengan nama Gedung Agung atau Gedung Negara. Penamaan itu berkaitan dengan salah satu fungsi gedung utama istana itu, yaitu sebagai tempat penerimaan tamu-tamu agung.
Istana ini merupakan salah satu istana dari istana kepresidenan lainnya, yang berperan penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan dan kehidupan bangsa Indonesia. Bahkan, salah seorang anak Presiden Soekarno, Megawati Soekarnoputri, lahir di istana ini.
Istana Kepresidenan Yogyakarta bermula dari rumah kediaman resmi seorang Residen Ke-18 di Yogyakarta (1823-1825). Ia seorang Belanda bernama Anthonie Hendriks Smissaert, yang sekaligus merupakan penggagas pembangunan Gedung Agung ini.
7. Istana Tampaksiring Bali
Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya Istana Kepresidenan yang dibangun setelah kemerdekaan Indonesia, sebelum membangun di IKN. Saat itu, pembangunannya dimulai pada 1957 dan diselesaikan pada 1960.
Saat akan berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit XIV) yang diselenggarakan pada 7--8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring menambah bangunan baru berikut fasilitas-fasilitasnya, yaitu gedung untuk konferensi dan untuk resepsi, serta Balai Wantilan sebagai gedung pergelaran kesenian.
Pemandangan alam di sekitar Istana Tampaksiring terlihat indah. Di sebelah utara bisa tampak Gunung Batur dan agak ke arah timur tampak Gunung Agung.