Sosok Kayla Nur Syahwa, Siswi Tunanetra yang Baca Al-Qur'an di Depan Paus Fransiskus

Kayla Nur Syahwa membacakan dua ayat Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam tentang toleransi dan perdamaian saat Paus Fransiskus berkunjung ke Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (5/9/2024).

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 05 Sep 2024, 17:30 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2024, 17:30 WIB
Sosok Kayla Nur Syahwa, Siswa Tunanetra yang Baca Al-Qur'an di Depan Paus Fransiskus
Sosok Kayla Nur Syahwa, Siswa Tunanetra yang Baca Al-Qur'an di Depan Paus Fransiskus. (Dok: Komsos KWI https://www.youtube.com/live/VmHHM-vuCzo?si=RHcs3iAZLXm9WdCj)

Liputan6.com, Jakarta - Kayla Nur Syahwa mencuri perhatian saat ia membacakan ayat Al-Quran di depan Pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus, yang berkunjung ke Masjid Istiqlal pada Kamis (5/9/2024). Gadis tunanetra tersebut terdengar lirih saat membacakan surat Al-Baqarah ayat 62 dan surat Al-Hujurat ayat 13.

Bukan kebetulan, dua ayat yang dipilih untuk dibacakan memiliki makna yang sangat erat dengan toleransi dan keberagaman. Paus yang ditemani Imam Besar Istiqlal Prof Nasaruddin Umar tampak menikmati suara merdu Kayla melantunkan ayat Al-Qur'an.

Mengutip laman SMPIT Nur Nurrahman, Kamis (5/9/2024), Kayla adalah finalis Hafidz Indonesia 2018. Meski bukan pemenang, ia sering diundang ke berbagai acara sebagai seorang hafizah. Ia mengalami gangguan penglihatan sejak lahir, namun itu tak jadi penghalang.

Di usia muda, Kayla berhasil menghafal 30 juz Al-Qur'an dengan cara mendengar lantunan ayat-ayat dari kitab suci tersebut.  Ibunda Kayla, Anha, mengungkap bahwa putrinya sudah menghafal Al-Qur'an sejak usia tujuh tahun.

Dalam sehari, Kayla mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an sebanyak satu juz seusai salat. Total, ada lima juz dalam sehari yang hafalannya disetorkan pada ayahnya.  Mengulik unggahan Instagram pribadinya @Kayla_hafidzindonesia2018, dalam potret keluarga saat merayakan Lebaran, Kayla tampaknya anak sulung dari tiga bersaudara.

Ayahnya, Muhamad Saban, merupakan inspirasi Kayla untuk menghafal Al-Qur'an. Tidak sekadar memastikan putrinya hafal ayat-ayat tersebut, ia mengajarkan cara membaca Al-Qur'an yang benar.

Tak Pernah Jenuh Menghafal Al-Qur'an

Sosok Kayla Nur Syahwa, Siswa Tuna Netra yang Baca Al-Quran di Depan Paus Fransiskus. (Dok: Komsos KWI https://www.youtube.com/live/VmHHM-vuCzo?si=RHcs3iAZLXm9WdCj)
Sosok Kayla Nur Syahwa, Siswa Tuna Netra yang Baca Al-Quran di Depan Paus Fransiskus. (Dok: Komsos KWI https://www.youtube.com/live/VmHHM-vuCzo?si=RHcs3iAZLXm9WdCj)

Di wawancara sebuah staiun televisi, Kayla mengaku tidak pernah jenuh dengan aktivitas menghafal dan murajaah ayat-ayat Al-Qur'an setiap hari. Ia menjadikan murajaah sebagai hobi sehingga terasa menyenangkan.

"Sebaliknya, kalau tidak murajaah, justru Kayla merasa ada yang kosong dalam hati. Jadi motonya, 'Murajaah setiap hari sampai mati,'" ucap Kayla.

Menurut ibundanya, sangat banyak keberkahan yang diperoleh Kayla dan keluarga dengan kemampuanya menghafal 30 juz Al-Qur’an. Salah satunya, Kayla bisa memberangkatkan keluarga ke Tanah Suci atas undangan Kerajaan Saudi Arabia.

Pada kesempatan berharga lain, Kayla diundang ke Brunei Darussalam. Ia jadi tamu kehormatan Sultan Hassanah Bolkiah di acara Musabaqah Tilawatil Quran.

"Alhamdulillah, Masya Allah dengan keberkahan Al-Qur’an, Kayla bisa jadi tamu kehormatan dari kerajaan dalam rangka acara Musabaqah Tilawatil Quran yang diselenggarakan di Brunei Darussalam. Sangat banyak keberkahan lain yang kalau diceritakan pasti akan membuat saya menangis," ucap Bunda Anha berkaca-kaca penuh syukur.

Dua Pesan Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal

Paus Fransiskus Di Istiqlal
Kunjungannya ke Masjid Istiqlal adalah untuk bertemu dengan sejumlah tokoh lintas agama dan berkunjung ke Terowongan Silaturahmi Istiqlal-Katedral Jakarta. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sementara itu, Paus Fransiskus sempat memberkati Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta. Di Pidato Bapa Suci, Paus mengulas makna lorong tersebut, yang semestinya jadi penguat persaudaraan antar-manusia.

"Mengenai hal ini haruslah disebut terowongan bawah tanah, terowongan persahabatan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Masjid Katedral Santa Maria diangkat ke surga, ini adalah simbol yang bermakna, yang memperkenankan dua tempat ibadah agung tidak hanya berhadapan satu sama lain, tapi juga terhubung satu sama lain," tutur Paus di Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (5/9/2024), lapor kanal News Liputan6.com.

Beliau mengulas, Terowongan Silaturahmi memungkinkan adanya perjumpaan lintas agama yang memunculkan dialog dan saling berbagi pengalaman spiritual hidup. Meski ada banyak gelombang keras, kata Paus, hal itu jadi pengalaman nyata bagi persaudaraan dan solidaritas para peziarah suci.

"Saya mendorong Anda melanjutkan di jalan ini, sehingga kita semua bersama-sama, masing-masing mengembangkan spiritualitas dan mengamalkan agama, dapat berjalan dalam perncarian akan Allah, berkontribusi dalam pembangunan masyarakat yang terbuka, didasarkan akan sikap saling menghargai dan mengasihi satu sama lain, mampu melindungi diri dari kekerasan hati, fundamentalisme, dan ekstremisme yang selalu berbahaya dan tidak pernah dapat dibenarkan," terang Paus.

Perkuat Ikatan Persaudaraan

Koin Persahabatan dan Replika Masjid Istiqlal Jadi Cendera Mata untuk Paus Fransiskus
Pemimpin tertinggi Gereja Katolik seluruh dunia sekaligus pemimpin negara Vatikan, Paus Fransiskus menghadiri acara dialog keagamaan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). (Yasuyoshi CHIBA/POOL/AFP)

Paus Fransiskus meninggalkan dua pesan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang beragam suku, budaya, adat istiadat, dan agama. Pertama, ia meminta semua pihak dapat melihat berbagai hal dengan perspektif mendalam.

"Karena hanya di sanalah Anda dapat menemukan apa yang menyatukan di balik perbedaan. Faktanya, sementara di permukaan ada ruang masjid dan katedral yang didefinisikan dengan baik dan sering dikunjungi umat beriman masing-masing, di bawah tanah, di sepanjang terowongan, orang-orang yang sama, yang berbeda, itu bertemu dan dapat mengkases dunia keagamaan yang lain," ungkap Paus.

Ia menilai, gambaran itu tentu mengingatkan pada suatu hal yang penting, bahwa aspek-aspek agama yang terlihat ritus, praktik, dan sebagainya adalah warisan tradisional yang harus dilindungi dan dihormati. Tapi, lanjut Paus, apa yang ada di bawah, yang mengalir, akar umum dari semua kepekaan keagamaan hanya satu, yakni pencarian perjumpaan dengan Tuhan.

Setiap orang beragama disebutnya memiliki dahaga yang tidak terbatas tentang Tuhan di hatinya. Pencarian kebahagian tentang kehidupan dan kematian dapat mendorong setiap manusia keluar dari sifat egois dan fokus menuju Sang Pencipta.

Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya