Liputan6.com, Jakarta - Badai atau angin kencang dan hujan deras kembali melanda Singapura. Sejumlah area mengalami pohon tumbang sehingga mengganggu lalu lintas, hingga menyebabkan kerusakan kanopi kaca di sejumlah tempat termasuk di kawasan bisnis Rafless Place dan sirkuit Marina Bay Street, tempat penyelenggaraan ajang balap mobil bergengsi Formula One atau F1 GP Singapura.
Melansir asiaone, Sabtu, 21 September 2024, badai dan hujan terjadi sejak Jumat, 20 September 2024 dan baru berhenti di sebagian wilayah pada Sabtu. Pihak National Environment Agency (NEA) atau Badan Lingkungan Hidup Nasional Singaoura memperingatkan badai dan angin kencang melanda sebagian besar wilayah Singapura pada Jumat siang sampai Sabtu pukul 1 pagi.
Baca Juga
Kejadian ini merupakan susulan peristiwa hampir serupa pada 17 September 2024 yang membuat sejumlah pohon tumbang dan lalu lintas kacau dan macet parah. Sejumlah warganet Singapura membagikan foto-foto pohon tumbang dan hujan sangat lebat di beberapa wilayah. Menurut mereka akhir pekan ini sangat tidak cocok untuk kegiatan luar ruang meski ada banyak event outdoor saat ini di Singapura.
Advertisement
Salah satunya adalah ajang GP F1 Singapura yang melakukan sesi latihan pada Jumat dan berlanjut dengan sesi kualifikasi pada Sabtu dan lomba pada Minggu (22/9/2024). Dalam sebuah video di TikTok, beberapa orang terlihat berjalan di trek dengan mengenakan mantel hujan dan payung.
Namun sebagian orang terutama penonton yang kurang beruntung harus rela berbasah-basahan karena tidak membawa peralatan untuk berlindung dari hujan. Pihak NEA memprediksi badai dan hujan deras masih akan terjadi di bulan ini yang kemungkinan frekeunsinya bakal lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Kabar terbaru dari Daily Express, Minggu, penonton yang ingin menyaksikan balapan F1 dalam kondisi lintasan basah yang biasanya akan menimbulkan banyak drama harus siap-siap kecewa karena menurut prediksi cuaca kecil kemungkinan akan terjadi hujan di harii Minggu inii yaitu hanya sekitar 5 persen. Untuk sementara akhir pekan ini cuaca di Singapura kemungkinan besar akan cerah.
Pemeriksaan di Bandara Changi
Sementara itu, pemeriksaan suhu dan visual diberlakukan di Bandara Changi dan Seletar Singapura mulai Jumat, 23 Agustus 2024, sebagai upaya pencegahan kasus impor Mpox. Kementerian Kesehatan (MOH), Kementerian Transportasi dan Imigrasi, serta Otoritas Pos Pemeriksaan Singapura mengatakan mereka akan meningkatkan pengawasan terhadap penyakit virus menular di perbatasan.
Melansir Strait Times, Sabtu (24/8/2024), langkah pemeriksaan serupa akan diterapkan di pos pelabuhan bagi awak kapal dan penumpang yang tiba dengan kapal dari daerah terdampak Mpox. MOH mengatakan, meski tidak ada penerbangan langsung antara Singapura dan negara-negara yang dilanda wabah Mpox, pemeriksaan akan tetap dilakukan pada awak kabin maupun penumpang dalam penerbangan dari tempat-tempat yang mungkin berisiko dilanda wabah Mpox.
Imbauan kesehatan juga telah diberlakukan di pos pemeriksaan udara, sehingga penumpang akan mengambil tindakan pencegahan pribadi yang diperlukan untuk menghindari infeksi. Pelancong sangat disarankan mengikuti anjuran tersebut, terutama jika mereka bepergian ke dan dari negara-negara yang dilanda wabah.
Mereka yang ditemukan mengalami demam, ruam, dan/atau gejala lain Mpox akan dirujuk untuk pemeriksaan medis. MOH mengaku memantau situasi global dengan cermat, menyebut bahwa wabah tersebut secara umum masih terbatas di Afrika, dengan dua kasus Mpox klade I yang lebih parah dilaporkan di Swedia dan Thailand.
Advertisement
Singapura Merespons Wabah Mpox
Merespons wabah Mpox, sejumlah negara telah merilis peringatan perjalanan ke wilayah-wilayah dengan kasus yang terbilang tinggi. Otoritas kesehatan Eropa telah menyarankan negara-negara Uni Eropa (UE) mengeluarkan peringatan perjalanan ke wilayah-wilayah di Afrika yang mengalami wabah virus Mpox.
Badan itu juga menyarankan orang yang bepergian ke wilayah-wilayah tersebut untuk divaksin, lapor North Africa Post, Kamis, 22 Agustus 2024. Setelah mendeteksi varian Mpox baru di Swedia, kasus pertama dari strain ini di luar Afrika, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperingatkan bahwa Eropa kemungkinan akan melihat lebih banyak kasus impor karena wabah virus di beberapa negara Afrika.
ECDS menyatakan keprihatinan terutama atas memburuknya situasi di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan negara-negara tetangga. Karena itu, badan kesehatan tersebut telah meningkatkan penilaian tingkat risikonya dari "rendah" jadi "sedang."
Namun, ECDC menganggap risiko penularan yang sedang berlangsung di Eropa rendah, asalkan otoritas kesehatan setempat dengan cepat mengidentifikasi dan mengendalikan kasus-kasus impor. Orang-orang Eropa yang baru-baru ini bepergian ke "wilayah epidemi" di Afrika juga didesak "berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mengenai kelayakan mendapat vaksin Mpox."
Menghindari Tempat Ramai
Pekan lalu, Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan (CDC) telah menaikkan peringatan perjalanan untuk Republik Demokratik Kongo (DRC) dan enam negara Afrika lain pada Kamis, 15 Agsutus 2024, menurut Focus Taiwan. Ini terjadi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Mpox di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang jadi perhatian internasional (PHEIC).
Wakil Direktur Jenderal CDC Lo Yi-chun mengatakan bahwa pihaknya memutuskan menaikkan status Pemberitahuan Kesehatan Perjalanan untuk tujuh negara Afrika, karena "tingkat penularan dan kematian yang tinggi" dari jenis baru yang telah menyebar di DRC dan negara-negara tetangga.
DRC telah dinaikkan ke "Level 2: Waspada." Ini berarti pelancong Taiwan didesak mempraktikkan tindakan pencegahan yang lebih ketat. Sementara itu, "Level 1: Waspada" dikeluarkan untuk Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, yang menunjukkan bahwa pelancong Taiwan di negara-negara tersebut harus melakukan tindakan pencegahan seperti biasa.
Lo menyarankan para pelancong di negara-negara tersebut menghindari tempat-tempat yang ramai, terutama area berisiko tinggi, seperti fasilitas medis. "Setelah kembali (ke Taiwan), harap perhatikan gejala-gejala terkait, seperti demam atau ruam," imbuhnya.
Advertisement