Liputan6.com, Jakarta - Istilah eksim mungkin familiar bagi Anda, tapi tidak demikian dengan dermatitis atopik. Faktanya, kedua istilah itu bermakna sama, yakni kondisi kulit kronis yang ditandai dengan kulit kering, bersisik, merah, dan gatal.
Kondisi ini sering kali bersifat genetik dan dapat muncul di segala usia. Gejala yang paling umum adalah munculnya ruam merah yang sangat gatal, terutama di lipatan kulit, seperti siku, lutut, dan pergelangan tangan. Rasa gatal yang intens dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan kulit terluka akibat garukan.
Mengutip rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Sabtu, 26 Oktober 2024, diperkirakan sekitar 15--20 persen anak-anak menderita dermatitis atopik. Walau umumnya gejala akan berkurang saat dewasa seiring meningkatnya daya tahan tubuh, kemungkinan untuk kambuh bisa terjadi, terutama ketika terpicu faktor kondisi lingkungan. Angka kejadiannya meningkat hingga tiga kali lipat pada beberapa dekade terakhir, khususnya di negara-negara yang memiliki kawasan industri.
Advertisement
Penderita dermatitis atopik didominasi perempuan dengan rasio perbandingannya 14:1. Sebanyak 85 persen anak-anak menderita penyakit itu sebelum menginjak usia lima tahun, dengan yang terbanyak dialami bayi, yakni 45 persen mengalami gejala awal dermatitis atopik pada enam bulan pertama setelah lahir, 60 persen di bawah usia satu tahun, dan 85 persen di bawah usia lima tahun.
Salah satu penyebab penyakit itu adalah kurangnya lapisan lemak pada kulit luar dan kondisi abnormal lapisan pelindung kulit, sehingga alergen dapat masuk ke dalam celah-celah kulit dan memicu munculnya gejala, seperti rasa gatal, kemerahan, dan peradangan. Juga, akibat ketidakseimbangan bakteri di permukaan kulit.
Pentingnya Menjaga Keberlangsungan Bakteri Baik di Kulit
Indira Natalia, Brand Manager Mustela Indonesia, menjelaskan, "Melalui penelitian yang dilakukan Mustela, ditemukan bahwa orang dengan dermatitis atopik memiliki sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus yang hidup di kulit mereka. Bakteri ini tidak hanya bisa menyebabkan infeksi, tapi memicu respon imun yang memicu gejala kemerahan."
Kondisi itu, kata dia, bisa ditanggulangi dengan keberadaan bakteri baik di kulit. Seperti halnya di pencernaan, bakteri baik akan berkembang biak dengan baik bila ditunjang asupan makanan yang disebut prebiotik. "Jadi, jumlahnya cukup untuk menjaga keseimbangan ekosistem mikrobiota pada kulit," imbuh dia.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah memilih produk perawatan kulit yang tepat. Menyambut Eczema Awareness Month pada Oktober, Mustela sebagai brand perawatan tubuh merilis krim khusus untuk perawatan kulit atopik. Dinamai Mustela Stelatopia +, produk ini mengandung shea butter, minyak alpukat, dan minyak bunga matahari didistilasi yang dikombinasikan dengan Bioecolia.
Advertisement
Fungsi Masing-masing Bahan Utama
Shea butter dan minyak alpukat berfungsi menutrisi kelembaban pada lapisan eksternal kulit, mendukung fungsi penghalang alami kulit, dan membantu mengurangi kekeringan dan ketidaknyamanan. Sementara, minyak bunga matahari bekerja pada lapisan kulit dalam dengan meningkatkan diferensiasi keratinosit pada lapisan epidermis, serta mempromosikan regenerasi kulit yang sehat dan kuat.
Bioecolia merupakan bahan prebiotik mutakhir yang diklaim efektif menjaga mikroflora kulit dengan memelihara ekosistem yang seimbang dan mengurangi proliferasi bakteri berbahaya, seperti Staphylococcus aureus, yang sangat penting untuk menjaga kesehatan kulit dan mengurangi peradangan.
"Studi klinis pada 60 anak dengan eksim sedang hingga berat menunjukkan bahwa penggunaan Mustela Stelatopia+ selama delapan minggu, mampu mengurangi peradangan eksim hingga 40 persen dan meningkatkan hidrasi kulit hingga 25 persen. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa Bioecolia dapat meningkatkan fungsi penghalang kulit dan meningkatkan produksi antimikroba alami yang membantu melawan infeksi," ujar Indira.
Jangan Sembarang Oles Produk pada Anak Penderita Dermatitis Atopik
Bayi dan anak sangat rentan mengidap dermatitis atopik, terutama jika orangtuanya juga mengidap penyakit tersebut. Untuk itu, orangtua perlu lebih hati-hati dalam merawat kulit anak dan bayi yang cenderung lebih sensitif daripada kulit orang dewasa.
"Bayi punya lapisan kulit tiga kali lebih tipis dari orang dewasa dan rentan terhadap bahaya iritasi dan alergi," kata dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Anna Juniawati Putri Gunawan, SpKK di kawasan Kemanggisan, Jakarta Pusat, Selasa, 19 November 2019.
Anna menambahkan, demi mencegah iritasi, orangtua harus waspada dalam memilih produk yang dioleskan ke kulit anak. Selain itu, produk harus bebas pengawet dan pewangi karena bahan tersebut merupakan salah satu pemicu eksim.
"Makin tinggi pewangi bisa terjadi iritasi. Gunakan sabun cuci deterjen untuk anak-anak yang telah didesain pengawet dan pewangi lebih ringan," kata dia. Orangtua juga disarankan memandikan bayi dengan air hangat ke dingin. Hindari menggunakan air panas karena akan membuat kulit bayi dan anak lebih kering. "Kulit kering memicu atopik," imbuhnya.
Advertisement