6 Fakta Menarik Masjid Merah Panjunan di Cirebon yang Bersejarah pada Zaman Wali Songo

Masjid Merah Panjunan telah dimasukkan sebagai benda cagar budaya karena memiliki bentuk bangunan yang unik dan kaya dengan sejarah.

oleh Dyah Ayu Pamela Diperbarui 03 Mar 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 05:00 WIB
Bisikan Gaib Tuntun Pembangunan Masjid Bata Merah Cirebon
Bisikan gaib itu menyampaikan ide pembangunan Masjid Bata Merah berulang kali lewat mimpi. (Liputan6.com/Panji Prayitno)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Merah Panjunan merupakan satu di antara banyak masjid berarsitektur Arab-Tionghoa yang berada di Kota Cirebon, Jawa Barat. Masjid ini telah direnovasi dan dinamai ulang sesuai nama jalan tempat masjid dibangun yakni di Jalan Panjunan.

Mengutip dari kanal Regional Liputan6.com, 17 April 2021, Masjid Merah Panjunan telah dimasukkan sebagai benda cagar budaya. Sementara, gaya bangunan Masjid Panjunan Cirebon merupakan perpaduan gaya Arab dan China. 

Masjid ini didirikan pada 1480 oleh Syarif Abdurakhman atau Pangeran Panjunan. Ia adalah seorang tokoh penyiar agama islam dan pedagang tanah liat terkenal.

Masih banyak hal mengenai Masjid Merah Panjunan selain lokasi maupun pengaruh arsitekturnya. Berikut enam fakta menarik Masjid Merah Panjun yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber pada Minggu, 2 Maret 2025.

1. Masjid Dibangun Abad ke-15

Bangunan masjid berdinding merah masih berdiri kokoh di kawasan Panjunan Kota Cirebon. Masjid yang dibangun sekitar abad ke 15 tersebut diketahui dibangun oleh etnis Arab.

Seluruh bangunan masjid berwarna merah. Susunan bata ditambah ornamen keramik membuat masjid ini menjadi ikonik. Bagian depan menyerupai klenteng, sedangkan bagian dalamnya gaya Arab. Ini juga melambangkan pengaruh dari China, sebab Putri Ong Tin yang adalah istri Sunan Gunung Jati.

Sunan Gunung Jati atau lebih di kenal sebagai Sayyid Al-Kamil dikenal sebagai salah seorang dari Wali Songo. Ia dilahirkan Tahun 1448 Masehi dan merupakan putra dari Syarif Abdullah Umdatuddin, Sultan Pertama Kesultanan Champa dan ibunya adalah Syarifah Mudaim (Nyai Rara Santang), putri dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) berasal dari Kerajaan Padjajaran.

2. Filosofi Masjid dan Jumlah Tiang

Masjid Merah Panjunan, Kolaborasi Cantik Arab-Tiongkok di Cirebon
Dari depan mirip klenteng, bagian dalam Masjid Merah bergaya Arab. (Liputan6.com/Panji Prayitno)... Selengkapnya

Pintu untuk masuk ke dalam berukuran kecil dan setiap orang yang masuk untuk salat di Masjid Merah harus menunduk. Pintu ini menandakan sifat rendah hati dan harus selalu menunduk saat menghadap Allah.

Dari sisi arsitek, jumlah tiang di dalam mesjid sebanyak 17 buah. Jumlah tiang tersebut memaknai jumlah salat lima waktu. 

"Filosofinya antara kedua bangsa yang membangun Cirebon berjalan beriringan ditandai juga dengan bangunan tembok masjid yang terdapat piring-piring dari China usianya sudah mesjid sampai 700 tahun," tutur Edi, pemandu masjid saat ditemui Tim Regional Liputan6.com. 

3. Terkait Migrasi Keturunan Arab di Cirebon

Pembangunan Masjid Merah Panjunan berkaitan dengan migrasi keturunan Arab di Cirebon sekitar abad ke-15. Melansir catatan budayawan Cirebon Almarhum Nurdin M Noor, warga Arab yang datang pertama kali ke Cirebon yaitu  Syarif Abdurrakhman dan ketiga adiknya.

"Mereka diperintah ayahnya Sultan Bagdad untuk bermigrasi ke Jawa Dwipa (Pulau Jawa). Mereka adalah Syarif Abdurakhim, Syarif Kahfi, dan Syarifah Bagdad. Daerah tujuan mereka adalah Cirebon," kata Nurdin.

4. Kawasan Panjuna Jadi Tempat Berdakwah

Bisikan Gaib di Balik Pembangunan Masjid Bata Merah Cirebon
Bisikan gaib itu menyampaikan ide pembangunan Masjid Bata Merah berulang kali lewat mimpi. (Liputan6.com/Panji Prayitno)... Selengkapnya

Dalam migrasi keturunan Arab di Cirebon, mereka berguru kepada Syekh Nurjati di Pesambangan Gunung Jati. Oleh Syekh Nurjati, mereka kemudian diperkenalkan kepada Pangeran Cakrabuwana.

Setelah mereka diterima dengan baik, Pangeran Cakrabuwana memerintahkan Syarif Abdurakhman membangun pemukiman yang sekarang dinamai Panjunan. Pangeran Panjunan memimpin dan mengayomi masyarakat Panjunan dengan memberikan masyarakat tanah liat.

Oleh masyarakat, tanah liat tersebut dibuat menjadi gerabah. Panjunan sendiri berarti tempat pembuatan gerabah dari tanah liat.

5. Awalnya Surau

Masjid Merah itu awalnya sebuah surau yang jadi tempat peribadatan kedua setelah Masjid Pejlagrahan yang berada di Kampung Siti Mulya (sebelah timur Keraton Kasepuhan). "Disebut Masjid Merah atau Abang dalam bahasa Jawa Cirebon, karena seluruh bangunannya terbuat dari bata merah," kata Nurdin dalam catatannya.

Masjid Merah hanya digunakan untuk salat lima waktu dan acara pengajian rutin. Sedangkan untuk salat Jumat, hanya ada di masjid agung dan masjid-masjid lainnya. Pada masa Sunan Gunung Jati, surau itu kerap digunakan untuk pengajian dan musyawarah para wali. 

6. Semula Musholla Al-Athya

Hikayat Kampung Arab Cirebon Dari Sentra Gerabah Kini Tinggal Nama dan Jalan
Masjid Merah Panjunan salah satu peninggalan sejarah di kawasan Kampung Arab Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)... Selengkapnya

Ketika Kesultanan Cirebon diperintah Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati), sekitar 1549, halaman masjid dipagar dengan kuta kosod. "Pada pintu masuk dibangun sepasang candi bentar dan pintu panel jati berukir," tulis Nurdin.

Masjid Panjunan semula bernama Musholla Al-Athya namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan. Warna merah dipilih pendirinya sebagai lambang keberanian umat islam untuk selalu mengatakan kejujuran.

Awalnya masjid ini merupakan tajug atau musholla sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa. Dengan keberadaan Masjid Merah Panjunan, Kota Cirebon disebut menjadi salah satu kota yang terbangun dari keberhasilan akulturasi berbagai budaya.

Namun setelah pemukiman bercampur dengan penduduk lokal, pemandangan yang menyambut pendatang adalah perumahan penduduk setempat bergaya ala ketimuran yang dikelilingi oleh toko-toko yang berjualan barang elektronik.

Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia
Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya