Liputan6.com, Jakarta - Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang kaya catatan sejarah. Masjid ini berlokasi di Banten Lama, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, Indonesia.
Masjid tersebut merupakan salah satu dari sedikit peninggalan yang tersisa dari bekas Kota Kuno Banten. Kota tersebut dulunya pusat perdagangan paling makmur di Indonesia, setelah jatuhnya Kesultanan Demak pada pertengahan abad ke-16.
Advertisement
Walau telah berumur lebih dari empat abad yang didirikan pada kisaran tahun 1560-1570. Nampak masjid ini masih berdiri kokoh dan terawat dengan baik. Masih banyak hal mengenai Masjid Agung Banten selain lokasi maupun pembangunannya, berikut enam fakta menarik Masjid Agung Banten yang dirangkum Tim Lifestyle dari berbagai sumber.
Advertisement
1. Terdapat Makam Sultan Banten
Mengutip dari laman Dunia Masjid, Selasa, 4 Maret 2025, bagian serambi kiri dan kanan masjid ini, terdapat makam pendiri serta keluarganya. Di dalam serambi kiri, yang merupakan bagian utara dari mesjid, terdapat makam-makam dari beberapa sultan Banten dan keluarganya, di antaranya makam Maulana Hasanuddin dan isterinya, Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Abu Nashr Abdul Qahhar.
Sedangkan di dalam serambi kanan, yang terletak di selatan, terdapat pula makam-makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin dan lain-lainnya. Pada bagian tangga pada masdjid itu memiliki model menyerupai goa, yang menurut sejarah pembangunannya atas bantuan seorang arsitektur asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.
2. Menaranya Dirancang Arsitek Belanda
Pada sisi timur dari mesjid tersebut terdapat menara yang berdiri dengan ketinggian sekitar 30 meter dengan diameter bagian pangkalnya +/- 10 meter. Menara ini dulunya selain sebagai tempat untuk mengumandangkan azan juga digunakan untuk melihat/mengawasi perairan laut.
Kabarnya menara ini dibangun semasa kekuasaan Sultan Haji pada 1620 oleh seorang arsitek Belanda, Hendrik Lucazoon Cardeel. Pada waktu itu, Cardeel memang membelot ke pihak Banten, dan kemudian dianugerahi gelar Pangeran Wiraguna.
Di bagian dalam menara tersebut terdapat sebuah tangga untuk menuju bagian atasnya. Tangga tersebut melingkari menara pada bagian tepi dalamnya dengan lorong sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang saja.
Bahkan bila Anda memiliki ukuran tubuh yang besar, bisa dipastikan tidak akan dapat melewatinya. Dari bagian atas menara ini, pengunjung dapat melihat pemandangan di sekitar mesjid termasuk lautan lepas dengan perahu nelayannya. Jarak menara ini dengan pantai tidak jauh, yakni kurang lebih 1,5 km, karenanya cukup jelas untuk memantau kesibukan di perairan laut banten.
Advertisement
3. Masjid Didirikan Putra Sunan Gunung Jati
Mengutip dari laman Dunia Masjid, Selasa, 4 Maret 2025, Masjid Agung Banten yang didirikan oleh Sultan Maulana Hasanudin atau putra dari Sunan Gunung Jati. Ia adalah sultan pertama dari Kesultanan Banten.
Seperti juga mesjid-mesjid lainnya di pulau Jawa, bangunan induk mesjid memiliki denah segi empat. Atapnya adalah atap bersusun lima dengan bagian kiri dan kanannya terdapat masing-masing serambi. Diperkirakan serambi ini dibangun pada beberapa waktu kemudian.
4. Arsitektur Alkulturasi Berbagai Budaya
Bagian Selatan dari Mesjid Agung Banten terdapat bangunan yang dinamakan Tiyamah atau bangunan tambahan. Bentuknya berupa segiempat panjang dan bertingkat.
Bangunaan ini mempunyai langgam arsitektur Belanda kuno dan menurut sejarah didesain pula oleh Hendrik Lucazoon Cardeel. Dua lantai bergaya Belanda ditambahkan ke masjid mengikuti desain arsitek Belanda yang masuk Islam tersebut.
Elemen desain masjid ini memiliki pengaruh agama dan budaya dari Islam, Hindu, Buddha, Tiongkok, dan Belanda. Dahulu bangunan ini dipergunakan sebagai tempat musyawarah dan berdiskusi tentang soal-soal keagamaan.
5. Pemugaran dan Renovasi Masjid
Arsitekturnya menggabungkan fitur arsitektur Baroque Eropa awal dalam desain masjidnya, yang terutama dapat dilihat pada minaret, bangunan tiyamah, dan dinding masjid. Setiap harinya Masjid Agung Banten ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tak hanya dari Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat saja, tetapi juga dari luar Pulau Jawa.
Sampai tahun 1987, Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran. Pada 1923, dilaksanakan pemugaran oleh Dinas Purbakala dan tahun 1930 dilakukan penggantian tiang-tiang kayu yang rapuh.
Kemudian pada 1945, Tubagus Chotib selaku Residen Banten bersama masyarakat melaksanakan perbaikan atap. Sempat ada penggantian serambi utara dan penggantian cungkup makam Sultan Hasanuddin dengan marmer dilakukan tahun 1987
6. Desain Eklektik di Masaknya
Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar. Masjid Agung Banten menampilkan desain eklektik, bukti pengaruh internasional di Banten pada saat pembangunannya pada 1552.
Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur Jawa pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf–Sultan ketiga Kesultanan Banten–pada tahun 1556. Aula samping masjid yang digunakan untuk musala perempuan) bergaya Jawa ditambahkan pada masa pemerintahan Maulana Muhammad (1580-1586)
Advertisement
