Fenomena Dukun Cilik Ponari

Dukun cilik Ponari akhirnya kembali berpraktik. Bupati Jombang mengaku tak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui Ponari praktik lagi walau dengan risiko.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Feb 2009, 12:51 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2009, 12:51 WIB
090220bponari.jpg
Liputan6.com, Jombang: Desa Balongsari, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mendadak jadi desa maju. Padahal daerah ini sebelumnya termasuk salah satu desa tertinggal di Jombang. Perubahan kondisi ini tak lepas dari keberadaan dukun cilik Ponari. Desa Balongsari menjadi maju berkat kontribusi dari uang sukarela pengobatan Ponari. Karenanya setelah sempat dinyatakan ditutup, praktik dukun Ponari kembali dibuka.

Tidak hanya karena ribuan orang tetap menunggu penyembuhan, tapi juga karena praktik Ponari mampu menghasilkan rupiah yang banyak. Selama tiga pekan berpraktik sudah terkumpul setengah miliar rupiah.

Reporter SCTV Anastasya Putri melaporkan, setelah praktik dukun Ponari dibuka lagi antrean kendaraan yang parkir di Desa Balongsari kembali memanjang. Menurut salah seorang petugas parkir, biasanya satu hari sekitar 100 motor parkir di tempat itu. Untuk parkir mobil, warga menarik bayaran hingga Rp 10 ribu. Jika 8.000 orang berkumpul seharinya mereka bisa mendapatkan Rp 80 juta [baca: Pengobatan Dukun Cilik Ponari Dibuka Kembali].

Bahkan, karena dianggap sensasional satu penerbit tak ingin kehilangan kesempatan meraup untung disaat warga demam Ponari. Seorang ibu mengaku bisa menjual buku Ponari sebanyak 20 buah dalam satu hari. Buku dijual seharga Rp 5.000.

Sementara itu, pihak panitia kini lebih ketat melakukan penjagaan dan menerapkan sistem antre dengan kupon. Ini dilakukan sejak jatuhnya korban saat antre. Banyak pasien Ponari rela menginap agar mendapat kupon antrean. Fenomena penyembuhan dengan cara yang tak masuk akal ini, cukup membuat Pemkab Jombang kebingungan. Bupati Jombang Suyanto mengaku tak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui Ponari kembali berpraktik meski dengan risiko.

Di sisi lain kehidupan Ponari, bocah berusia sembilan tahun ini kini jadi terbelenggu. Dia tidak bisa bermain dan sekolah. Bahkan hanya sekadar keluar dari rumah pun Ponari harus digendong.(IAN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya