Liputan6.com, Batam: Puluhan pendatang gelap asal Irak dan Afganistan diamankan petugas Imigrasi Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Mereka kedapatan masuk wilayah Indonesia tanpa mengantongi surat-surat resmi. 30 di antaranya adalah warga Irak dan enam lainnya datang dari negara Afganistan. Hal tersebut dikemukakan Kepala Kantor Imigrasi Tanjungpinang Hari Murti, di Batam, baru-baru ini.
Sambil menunggu proses hukum, ke-36 pelintas batas tersebut saat ini, dikarantina oleh Imigrasi Tanjungpinang. Menurut Hari, ada kemungkinan mereka bakal diusir dari wilayah hukum Indonesia. Sebaliknya, kelompok pendatang dari Timur Tengah itu bersikeras ingin menuju Pulau Chrismas. Bahkan, agar keinginan tersebut dipenuhi, mereka melakukan mogok makan selama dalam karantina. Gawatnya, para imigran tersebut mengancam akan terus mogok makan hingga keinginan mereka dikabulkan.
Para imigran gelap tersebut, jelas Hari, diamankan petugas imigrasi setelah beberapa jam terdampar di Kampung Varu Lagoi, Bintan Utara. Menurut pengakuan salah seorang imigran, semula tujuan pelarian mereka adalah Pulau Chrismas. Berbekal duit sebanyak US$ 3.000 per orang, kelompok ini berangkat dari Arab Saudi dengan tujuan menghindari konflik bersenjata di negeri asal mereka. Namun, rombongan yang menggunakan jasa tekong asal Malaysia untuk menyeberangkan mereka hingga Australia itu, malah tertahan dan dipaksa turun di perairan Indonesia.(TNA/Erwan Buntaro dan Aloysius Aran)
Sambil menunggu proses hukum, ke-36 pelintas batas tersebut saat ini, dikarantina oleh Imigrasi Tanjungpinang. Menurut Hari, ada kemungkinan mereka bakal diusir dari wilayah hukum Indonesia. Sebaliknya, kelompok pendatang dari Timur Tengah itu bersikeras ingin menuju Pulau Chrismas. Bahkan, agar keinginan tersebut dipenuhi, mereka melakukan mogok makan selama dalam karantina. Gawatnya, para imigran tersebut mengancam akan terus mogok makan hingga keinginan mereka dikabulkan.
Para imigran gelap tersebut, jelas Hari, diamankan petugas imigrasi setelah beberapa jam terdampar di Kampung Varu Lagoi, Bintan Utara. Menurut pengakuan salah seorang imigran, semula tujuan pelarian mereka adalah Pulau Chrismas. Berbekal duit sebanyak US$ 3.000 per orang, kelompok ini berangkat dari Arab Saudi dengan tujuan menghindari konflik bersenjata di negeri asal mereka. Namun, rombongan yang menggunakan jasa tekong asal Malaysia untuk menyeberangkan mereka hingga Australia itu, malah tertahan dan dipaksa turun di perairan Indonesia.(TNA/Erwan Buntaro dan Aloysius Aran)