Liputan6.com, Jakarta - Ratusan siswa Polair yang tengah menjalani pendidikan dan latihan di kantor Direktorat Polisi Air Polda Metro Jaya di Pondok Dayung, Jakarta Utara, terlihat panik. Mereka semua keluar dari ruangan belajar. Usai keluar, sekitar 150 siswa yang berasal dari anggota kepolisian itu lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Rabu (5/3/2014) pukul 10.30 WIB, gudang amunisi milik markas Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, yang tak jauh dari tempat diklat siswa Poair itu meledak. Suasana layaknya perang pun muncul. Dentuman keras hingga 3 kilometer, serta ledakan amunisi membuat semua terhenyak.
Semua siswa disuruh tiarap. Tak lama kemudian, ledakan pun kian kencang yang disertai kepulan asap hitam membubung tinggi.
"Ada yang nunduk. (Suasana) Sudah nggak karuan," kata Gunawan, saksi mata di lokasi yang juga pedagang di kantin Dit Polair Polda Metro Jaya di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Bahkan, pedagang yang berada di kantin Direktorat Polisi Air dan Udara yang berada satu lokasi dengan gudang itu mengaku trauma dan ketakutan. Bagaimana tidak, saat itu tanah di pulau tersebut terasa bergoyang semua. Dia merinding bahkan mengira pulau itu akan tenggelam. "Ngeri ngebayanginnya," sambung Gunawan.
Ketakutan Gunawan belum berakhir. Dia dan rekannya harus berlindung di tempat aman. Pasalnya, ada hujan batu ke arahnya menyusul ledakan dahsyat tersebut. "Ada yang ngumpet di bawah meja. Macam-macamlah cari tempat yang aman," tutur dia.
Setelah ledakan reda, Gunawan melihat beberapa bagian kantin rusak karena terkena hujan batu. Atap berlubang, kaca pecah, dan bagian tembok retak. "Sudah aman baru saya dievakuasi pakai perahu sedang punya polisi," tandas Gunawan.
Merangsek lebih dalam lokasi ledakan gudang, ada 87 anggota TNI AL terkapar. Para korban itu dilarikan ke Rumah Sakit AL Mintohardjo di Benhil, Jakarta Pusat, dan Rumah Sakit Port Medical Centre di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kini 87 korban itu kondisinya bervariasi. 1 Orang meninggal dunia, 70 luka-luka, 1 orang kritis, dan 15 lainnya rawat jalan. Para korban umumnya terkena pecahan genteng, kayu, kusen, kaca, ada yang kena di kepala, dada dan perut.
Di Rumah Sakit Mintohardjo, korban terparah dialami seorang pria yang memakai baju sipil dan bersimbah darah kering. Terdapat luka-luka di bagian tangan yang juga tertutup debu pasir. Kemudian, ada pula korban yang mengalami patah kaki kiri. Tak hanya itu, ada pula perwira yang mengerang kesakitan. Semuanya masuk ke ruang UGD.
Advertisement
Sementara korban yang dilarikan ke Rumah Sakit Port Medical Centre, sudah diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan. "Memang rata-rata luka ringan. Jadi tidak ada korban yang dirawat inap di RS ini," kata Kepala RS Port Medical Center (RS PMC) Tien Hastari.
Para korban tersebut, kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul, akan menerima santunan. Bahkan korban meninggal, Sertu Imam Syafei dari bagian fasilitas pemeliharaan dan perbaikan TNI AL akan mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Serka Anumerta Iman. Ia diduga berada di gudang amunisi saat ledakan terjadi.
KSAL Laksamana TNI Marsetio menuturkan, ada sejumlah jenis amunisi berbahaya yang tersimpan di gudang tersebut. Jenis peledak TNT diakuinya sedang 'mampir' ke tempat itu. "Selain amunisi pistol, laras, dan ada amunisi kapal yang sedang docking (perakitan). Disimpanlah TNT di gudang. Itu yang jadi ledakan besar," kata Marsetio di RS Mintohardjo, Jakarta, Rabu (5/4/2014).
Sejumlah barang-barang itu tak tersisa. Musnah. "Habis semua amunisinya," ujar anggota Kepolisian Polda Metro Jaya Bripda Rian kepada Liputan6.com.
Sabotase?
Ledakan dahsyat yang membakar markas Kopaska itu menyisakan tanda tanya. Adakah sabotase dalam peristiwa itu mengingat 2014 merupakan tahun panas menjelang Pemilu. Kapuspen TNI Iskandar Sitompul menampik anggapan tersebut.
"Bapak Laksamana (KSAL Laksamana TNI Marsetio) dan Menkpolhukam Djoko Suyanto tak ada sabotase. Ini kecelakaan murni," ujar Iskandar.
Dia juga meminta agar insiden ledakan gudang amunisi itu tidak dikaitkan dengan kepentingan politik. Karena dipastikan, kejadian itu adalah murni karena faktor kecelakaan. Â
"Yang pasti tak ada sabotase, tak ada unsur kesengajaan. Jangan dikait-kaitkan dengan pemilu kita ini," tegas dia.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati memaparkan sedikit kronologi kejadian tersebut. Dia menuturkan, sekitar pukul 08.15 WIB, anggota menjaga gudang amunisi melakukan pengecekan rutin. Saat itu juga gudang dinyatakan aman.
"Sekitar pukul 09.05 WIB tercium bau menyengat dari kepulan asap hitam yang muncul dari gudang. Petugas lalu melakukan pemadaman dengan menggunakan alat pemadam api ringan," ucap Untung.
Namun, sekitar pukul 09.20 WIB, terdengar bunyi ledakan kecil dari dalam gudang. Mendengar ledakan itu, seluruh anggota yang sedang berada di Pulau Dayung, berhamburan keluar.
"Tak lama kemudian, terjadi ledakan besar akibat ledakan kecil tadi. Api dan asap tebal pun muncul. Kurang dari 60 detik baru terjadi ledakan dentuman hebat termasuk kepulan asap hebat," jelas Untung.
Untuk mengungkap penyebab ledakan itu, saat ini TNI menggandeng Polri. Kedua instansi tersebut akan membentuk tim bersama dengan melibatkan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor). "Agar secara detail untuk mengetahui apa kira-kira penyebab ledakan itu," ucap Untung.
Saat ini, Polda Metro Jaya telah mensterilisasi tempat terjadinya ledakan. Hal ini selain sebagai proses penyelidikan, juga agar masyarakat tidak masuk ke dalam lokasi tersebut.
"Kita membantu untuk memblokir wilayah tersebut, supaya masyarakat tidak masuk ke dalam wilayah tersebut. Lokasi steril," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jakarta.
Tak hanya itu, tim Gegana Polda Metro Jaya juga menyisir lokasi gudang amunisi yang meledak. Sejumlah peralatan dibawa tim Gegana ke lokasi ledakan.
Pantauan Liputan6.com, 2 mobil tim Gegana tiba di lokasi sekitar pukul 11.45 WIB. Mobil tim Gegana tampak kesulitan masuk ke lokasi karena banyak warga dan petugas di tempat itu. Tak lama kemudian, belasan anggota tim Gegana turun dari mobil minibus.
Setelah itu, dengan sigap mereka mengenakan perlengkapan, seperti rompi, helm, dan alat pelacak bahan peledak lain.
Tak seperti biasanya, mereka tak dapat memarkirkan mobilnya dekat dengan lokasi kejadian. Mereka harus menyeberang laut melalui dermaga dengan jarak sekitar 500 meter. Tim bersenjata lengkap itu lalu menuju Pangkalan Utama TNI AL III yang akan membawa mereka menuju lokasi ledakan.
Sistem Penyimpanan Buruk?
Penyebab ledakan gudang amunisi itu hingga kini menimbulkan sejumlah dugaan. Salah satunya ialah ledakan terjadi dinilai lantaran tak baiknya kondisi aliran udara di tempat tersebut.
"Bisa jadi dan mungkin sistem penyimpanan yang kurang baik, atau sirkulasi udara," kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul di RS Mintohardjo.
Namun, dirinya enggan menduga-duga soal dentuman besar yang terdengar sejauh 3 kilometer saat gudang berisi amunisi dan senjata itu meledak. "Yang namanya petasan saja kalau meledak, kita bisa mendengarnya sampai 1 meter, apalagi amunisi."
Penyebab ledakan lainnya ialah diduga karena korsleting listrik. Api yang ditimbulkan dari hubungan arus pendek itu membuat amunisi yang tersimpan menjadi panas dan meledak. "Mungkin saja amunisi yang ringan, sifatnya kalau kena panas, dia akan meledak," terang dia. (Rochmanuddin)