Liputan6.com, Jakarta - Saat hujan tak lagi terus-menerus mengguyur Ibukota. Sebuah fenomena tak biasa terjadi di langit Jakarta Kamis petang kemarin. Warga dibuat kaget oleh sambaran petir terang yang disusul suara menggelegar, bahkan sejumlah orang mengira itu suara dentuman. Bunyinya lantang sahut-menyahut membuat jeri siapa saja yang mendengarnya. Ada apa?
Fenomena ini ternyata normal terjadi. Kilatan petir disertai hujan itu merupakan pertanda, musim penghujan segera berakhir dan Jakarta akan segera memasuki musim kemarau.
"Petir adalah fenomena alam, yaitu loncatan partikel ion positif dan negatif yang berada di awan," papar Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hary Tirto Djatmiko kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (21/3/2014).
Awan yang dimaksud bukan awan biasa, melainkan cumulonimbus. Bentuknya seperti bunga kol besar berwarna abu-abu yang menggantung di langit. Awan-awan ini mengandung ion yang mengakibatkan petir.
"Biasanya lebih banyak terjadi di masa transisi atau pancaroba," tutur Hary.
Saat masa pancaroba ini, biasanya cuaca pagi hari cerah dan terik dengan kelembaban tinggi yang memicu rasa gerah. Pada waktu-waktu ini, proses pembentukan awan tengah berlangsung. Awan terus berkumpul semakin lama semakin besar.
Beranjak siang hingga menjelang petang, lanjut dia, barulah hujan turun. "Biasanya hujan lebat disertai angin kencang berdurasi singkat dan petir."
Karena itulah, Hary mengimbau warga untuk berhati-hati pada masa pancaroba ini. "Waspada petir dan angin kencangnya."
Begitu memasuki musim kemarau, fenomena ini akan berakhir. "Jakarta musim kemarau pada April atau Mei," pungkas Hary. (Elin Yunita Kristanti)
Baca juga: