Metro Kapsul Ditawarkan untuk Jakarta, Diklaim Lebih Murah

Jokowi mengundang konsorsium perusahaan yang berencana membangun metro kapsul di Jakarta.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 24 Mar 2014, 15:33 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2014, 15:33 WIB
3galeri-kereta-130627a.jpg
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi saat mengumumkan rencana kelanjutan proyek monorel.

Liputan6.com, Jakarta - Jokowi menerima konsorsium perusahaan yang berencana membangun metro kapsul di Jakarta. Dalam pertemuan di balaikota DKI Jakarta itu, konsorsium perusahaan itu mempresentasikan moda transportasi yang berbiaya lebih murah daripada monorel dan MRT.

"Tadi kami memenuhi undangan Pak Gubernur dan Pak Wagub untuk mempresentasikan ide pembangunan metro kapsul ini. Kami ingin bagaimana kita mencari moda transportasi umum yang andal, aman tapi murah. Itu konsepnya dan kami telah coba tawarkan kepada Pak Gubernur," ujar Komisaris PT Perkakas Rekadaya Nusantara yang menjadi anggota konsorsium, Djoni Rosadi, di Balaikota DKI, Senin (24/5/2014).

Djoni yang merupakan alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan metro kapsul yang dia tawarkan bukanlah teknologi baru. Menurutnya, moda transportasi tersebut telah ada sejak 30 tahun lalu, namun diperbarui sehingga menjadi lebih modern dan berbiaya rendah.

"Kita tidak menggunakan teknologi yang terlalu canggih untuk membangun metro kapsul ini. Ini teknologi 30 tahun lalu, tetapi bagaimana teknologi ini dilakukan kembali sekarang," tambah dia. ‎
‎
Berbeda dengan MRT dan monerel, metro kapsul menggunakan jalur lebih kecil dan memungkinkan untuk dibangun di atas trotoar atau pedestarian di tengah atau sisi kanan dan kiri jalan.

Karena itu tidak perlu melakukan pembebasan lahan dan memakan banyak lahan dalam pembangunan metro kapsul karena jalur yang akan dibangun merupakan jalur layang.

"Nanti jalurnya di atas dan untuk tiang-tiangnya relatif kecil,  harganya murah, dan kemudian  diangkat ke atas, elevated (layang). Yang membuat murah adalah rancangannya daripada track-nya, jalannya, karena ini kecil, dimensinya kecil sehingga jalannya jauh lebih murah. Itu yang membuat harga investasinya murah," kata Djoni.

Untuk besaran nilai investasinya, Djoni memprediksi akan berada pada kisaran Rp 114 miliar per kilometer. Adapun pembangunan Metro Kapsul ini, kata Djoni, dibangun seluruhnya oleh perusahaan swasta lokal yang kebanyakan merupakan alumnus ITB.

Angkutan inipun diklaim dapat melaju dengan kecepatan maksimal 70 kilometer per jam dan akan menggunakan sistem sinyal, tanpa perlu  menggunakan tenaga supir yang mengendalikannya. Ditargetkan, pembangunannya sendiri memakan waktu lebih singkat dibanding monorel dan MRT.
‎
"Ini betul-betul produk Indonesia. Selain di Jakarta, kami sudah presentasi di Bandung dan Surabaya. Kalau jadi, kami menargetkan bisa menyelesaikan pembangunan selama tiga tahun," ucap Djoni.
‎
Sebagai gambaran awal, Djoni mengungkapkan, metro kapsul ini berbeda dengan monorel yang akan membawa penumpang dengan rangkaian gerbong seperti kereta. Metro kapsul tidak jauh berbeda dengan angkutan bus sedang Metro Mini atau Kopaja dengan daya angkut 50 sampai 80 orang penumpang per gerbong.

"Konsep dan ide dari Metro Kapsul ini yakni bus Metromini yang diangkat ke atas. Jadi, nanti jalurnya elevated (layang) . Armadanya mirip seperti bus. Yang ukuran 9 meter mampu angkut 50 orang yang 12 meter mampu angkut 80 orang," kata dia.

Untuk lebih jelasnya, Djoni akan membawa replika metro kapsul yang telah mereka buat. Replikan tersebut rencananya akan didatangkan bulan depan untuk diperlihatkan kepada Jokowi-Ahok.

"Itu konsepnya dan kami telah cobakan. Alhamdulillah modelnya sudah ada di pabrik kami di Subang, Jawa Barat. Nanti bulan depan akan dibawa ke Jakarta diuji kelayakannya. Dan mudah-mudahan bisa dipakai di kota-kota di Indonesia," ujar Djoni. (Yus Ariyanto)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya