Korban Tewas Sewol Bertambah Menjadi 244 Penumpang

58 Penumpang lainnya hingga kini masih belum ditemukan.

oleh Rochmanuddin diperbarui 05 Mei 2014, 03:48 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2014, 03:48 WIB
11 Hari Belum Ditemukan, Keluarga Korban Sewol Cemas
Tim penyelamat sedang melakukan pencarian di sekitar tempat kapal feri Sewol tenggelam, Minggu (27/04/2014) (Reuters/ Kim Kyung-Hoon).

Liputan6.com, Seoul - Jumlah korban tewas dari bencana kapal feri Sewol yang tenggelam di Korea Selatan mencapai 244 orang, menurut para pejabat setempat. Pencarian korban kapal yang membawa 476 penumpang itu hingga kini terus dilakukan.

Seperti dilansir BBC, Minggu (4/5/2014), beberapa jenazah korban kembali ditemukan para penyelam. Sehingga, 58 penumpang lainnya hingga kini masih belum ditemukan.

Sementara Presiden Korea Selatan Park Geun-hye hari ini mengadakan pertemuan dengan keluarga korban. Ia berjanji, orang-orang yang bertanggung jawab atas tragedi ini akan menghadapi hukuman berat.

"Saya merasa ada tanggung jawab yang tidak terbatas di sini...hati saya tercabik-cabik membayangkan perasaan Anda," kata Park Geun-hye. Ini adalah kunjungan kedua Park Geun-hye ke lokasi bencana, di sekitar Pulau Jindo.

Jaksa penuntut juga telah menyatakan, pemilik kapal tidak mengindahkan peringatan keselamatan dan memperbolehkan kapal melebihi kapasitas.

Kapal feri Sewol mengangkut 476 penumpang ketika tenggelam pada 16 April lalu, 174 di antaranya berhasil diselamatkan. Sebagian besar korban adalah murid sekolah menengah di dekat ibukota Seoul.

Regu penyelam masih berupaya menemukan mayat yang tersisa dari dalam bangkai kapal. Namun, pencarian terhambat arus yang kuat dan puing-puing bangkai kapal, serta jarak pandang yang rendah.

Sementara insiden tenggelemnya Sewol ini, membuat Perdana Menteri Korea Selatan Chung Hong-won memutuskan pengunduran dirinya. Ia mundur di tengah kritik atas lambannya penanganan pemerintah dalam insiden tenggelamnya kapal feri Sewol, 16 April lalu.

"Saya ingin mengundurkan diri lebih cepat, tetapi menangani situasi adalah prioritas utama. Dan saya berpikir itu adalah tindakan yang tanggung jawab sebelum saya pergi," kata Chung dengan muka suram seperti dilansir BBC, Minggu 27 April lalu.

"Namun saya memutuskan untuk mengundurkan diri sekarang, (agar) tidak lagi menjadi beban bagi administrasi," tandas pria berkacamata itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya