MUI Sumsel Pertanyakan Alasan Pemerintah Larang ISIS

Sodikun mencurigai, penolakan ISIS kemungkinan merupakan sebuah konspirasi global dari oknum tertentu yang kemungkinan didukung oleh Amerika

oleh Nefri Inge diperbarui 08 Agu 2014, 10:34 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2014, 10:34 WIB

Liputan6.com, Palembang - Pemerintah telah menyatakan menolak berkembangnya gerakan the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia. Namun sikap ini dipertanyakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan.

MUI Sumsel mempertanyakan apa alasan yang melatar belakangi penolakan pemerintah terhadap gerakan Islam yang berasal dari Timur Tengah itu. "Pemerintah jangan salah kaprah, jangan dikriminalkan. Ada apa ini? Pesanan dari mana?" ucap Ketua MUI Sumsel Sodikun kepada Liputan6.com di Palembang, Jumat (8/8/2014).

Sodikun mencurigai, penolakan terhadap ISIS kemungkinan merupakan sebuah konspirasi global dari oknum tertentu yang kemungkinan didukung oleh negara besar yang membenci Islam, yaitu Amerika.

"Seandainya gerakan ini memang tulus ingin membangun Islam, pasti menjadi ancaman besar bagi negara yang benci dengan Islam. Wajar kalau seandainya getol betul para birokratnya menentang ISIS," urainya.

Dia menilai, ISIS tidak mustahil bisa menjadi gerakan dunia Islam yang pengaruhnya luar biasa di dunia dan semakin banyak negara yang benci dengan Islam, akan menuduh gerakan ini sebagai terorisme. Namun, Sodikun meyakini gerakan ini bisa berkembang lebih besar lagi jika memang benar murni untuk membangkitkan negara Islam di dunia.

"Mungkin hari ini (ISIS) hanya 2 negara, tapi mungkin besok seluruh negara yang mendukung gerakan untuk membangkitkan kejayaan Islam di dunia," paparnya.

Kendati banyak pandangan buruk terhadap ISIS, namun MUI Sumsel masih ingin meneliti tujuan dan visi misi utama gerakan tersebut. "Gerakan ini agak berat, harus diteliti betul. Apalagi pemimpinnya yaitu Abu Bakar al Baghdadi yang katanya merupakan keturunan Nabi. Pengaruh ISIS ini memang luar biasa, muatan kebenaran, menegakkan negara kekhalifahan, ideologi itu diadopsi dari Al-Qaidah dan besar kemungkinan bisa mendapat respon dari negara Islam lainnya," ucapnya.

"Jika memang visi misinya membangun negara Islam dari kehancuran Irak dan negara Timur Tengah sebagai negara boneka oleh negara adidaya. Kita belum mendapatkan secara utuh tentang ideologi ISIS tapi sementara seperti itu. Namun banyak yang salah kaprah tentang ISIS, bukan mereka yang membantai kaum Sunni, ini jangan disalahartikan. Padahal yang membunuh itu adalah kelompok Syiah," tukasnya.

Di Sumsel sendiri, isu masuknya ISIS sempat berhembus. Namun, menurut Sodikun, sejauh ini belum ada laporan masuknya anggota ISIS di Sumsel.

"Berdasarkan data yang valid, sampai hari ini belum ditemukan laporan tersebut. Tapi biasanya kalau ada, akan ada koordinasi dari MUI ke Kapolda dan Kodam," lanjutnya.

Peryataan Sodikun ini bertentangan dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI pusat Kamis kemarin, 7 Agustus 2014, menolak tegas dan bahkan mengharamkan paham ISIS. MUI juga mendukung langkah cepat, tepat, dan tegas dari pemerintah serta pihak keamanan Indonesia untuk melarang gerakan ISIS di Indonesia.

Menurut Wakil Ketua MUI KH Maruf Amin, ISIS menjadi haram lantaran apa yang dilakukan kelompok tersebut seperti melakukan tindakan kekerasan untuk mencapai sebuah tujuan sudah keluar dari ajaran Islam.

"ISIS tidak sesuai dengan karakter Islam. Tindakan itu diharamkan oleh Islam. Nah, jadi kalau ada yang mendukung ISIS tentunya haram, karena mendukung yang diharamkan," ujar Wakil Ketua MUI, KH Maruf Amin di kantornya, Jakarta, Kamis 7 Agustus. (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya