Kontroversi 'Usulan' Pemindahan Makam Nabi Muhammad

Kabar adanya usulan pembongkaran makam Nabi Muhammad SAW sempat menuai reaksi di beberapa negara Islam besar, termasuk di Indonesia.

oleh RinaldoRizki GunawanMoch Harun Syah diperbarui 05 Sep 2014, 01:22 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2014, 01:22 WIB
Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi
Pelataran Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. (Liputan6.com/Anri Syaiful)

Liputan6.com, Madinah - Makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi, Kota Madinah dipandang sebagai salah satu situs penting umat Islam, setelah Kabah di Kota Mekah, Arab Saudi. Saban tahun jutaan pemeluk Islam mengunjungi makam Rasulullah SAW di Madinah, terutama saat musim haji dan umrah.

Namun suatu kabar mengejutkan datang pada Senin 1 September 2014 malam. Harian terkemuka Inggris The Independent melansir, seorang akademisi Arab Saudi mengajukan rencana kontroversial untuk memindahkan makam Rasul. Hal ini menyikapi kekhawatiran sejumlah ulama yang menuding makam tersebut mengarah pada praktik musyrik oleh para peziarah.

Laporan di harian The Independent itu berjudul 'Saudis May Risk Muslim Division with Proposal to Move Mohamed's Tomb' atau 'Saudi Menghadapi Risiko Perpecahan Baru dengan Usulan Memindahkan Makam Nabi Muhammad'. Sontak, kabar tentang usulan untuk memindahkan makam Nabi Muhammad dari Masjid Nabawi di Kota Madinah menjadi topik hangat di media sosial.

Menurut Independent, dokumen rahasia setebal 61 halaman beredar luas di kalangan pengawas dari situs suci yang mengusulkan pemindahan makam Rasul ke dekat pemakaman al-Baqi, yang akan dimakamkan tanpa nisan seperti kuburan lainnya.

Rencana itu diangkat akademisi lain yang mengkritik dirusaknya tempat-tempat suci dan artefak di Kota Mekah. Namun sejauh ini tidak ada indikasi apakah akan ada keputusan apa pun terkait rencana tersebut.

Makam Nabi Muhammad terletak di kubah hijau di dalam Masjid Nabawi. Pemerintah Arab Saudi sebelumnya selalu menekankan akan menangani perubahan apa pun terkait tempat suci muslim itu secara sangat serius.

Direktur Yayasan Penelitian Peninggalan Islam Dr Irfan al-Alawi di Arab Saudi mengatakan, upaya apa pun untuk melakukan perubahan terhadap makam akan memicu kerusuhan.

"Sekarang mereka ingin mencegah peziarah dari menghadiri dan penghormatan makam karena mereka percaya ini adalah sirik, atau penyembahan berhala," ujar Alawi seperti Liputan6.com kutip dari The Independent.

Makam Nabi Muhammad di sekitar Masjid Nabawi telah diperluas oleh beberapa generasi penguasa Arab, khususnya Ottoman atau Turki Usmani. Ini termasuk rincian kaligrafi yang dilukis dengan tangan tentang kehidupan Nabi dan keluarganya.

Nabi Muhammad dihormati oleh kedua aliran besar dalam Islam, Sunni dan Syiah. Dan, menghapus makam Nabi dapat mengobarkan ketegangan antara kedua kelompok.

Menuai Reaksi>>>  

Menuai Reaksi



Kabar adanya usulan pembongkaran makam Nabi Muhammad SAW pun menuai reaksi di beberapa negara Islam besar, termasuk di Indonesia. Warga Dhaka, Bangladesh bahkan berniat mengepung Kedutaan Besar Arab Saudi karena 'termakan' isu dari The Independent tersebut.

Di Indonesia, kalangan Nahdlatul Ulama (NU) mengecam keras rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad SAW yang belakangan kembali mengemuka.

"Dari dulu sampai sekarang, kami menolak keras, mengecam keras (pembongkaran) itu," kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Rabu 3 September 2014.

Menurut Said Aqil, dulu Komite Hijaz yang merupakan cikal bakal terbentuknya NU juga melakukan gerakan menolak pembongkaran Kabah, makam Nabi Muhammad SAW, dan situs-situs lain di Arab Saudi.

"Coba saja kalau berani melakukannya. Pemerintah Arab pasti akan hancur," kata Said Aqil.

PBNU akan mendorong Pemerintah Indonesia untuk ikut bereaksi menolak rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad SAW. "PBNU akan bersurat ke Presiden, meminta agar Indonesia menyurati Pemerintah Arab Saudi, mengingatkan untuk tidak membongkar makam Nabi Muhammad," kata Said Aqil.

Said Aqil yang menyandang gelar doktor bidang tasawuf dari Universitas Ummul Qura, Mekah, meragukan keilmuan akademisi terkemuka yang memimpin dilakukannya konsultasi tersebut. "Akademisi apa itu kok tidak mengerti sejarah Islam?" kata Said Aqil.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi, menyatakan Arab Saudi akan hancur jika mengikuti keinginan kelompok tertentu yang ingin memindahkan makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi.

"Saudi bakal hancur jika (pemindahana Makam Nabi Muhammad) itu dituruti," kata Hasyim Muzadi kepada pers seusai tampil dalam forum Halaqah Pimpinan Pondok Pesantren dan Tokoh Pendidikan Islam, di Jambi, Rabu 3 September 2014.

Menurut Hasyim, gagasan memindahkan makam Nabi harus ditentang oleh seluruh umat Muslim di dunia. Ia mengakui memang beberapa tahun lalu pernah mengemuka pemindahan makam Nabi Muhammad yang dilatarbelakangi pemikiran Wahabiyah.

Bahkan, katanya, seluruh situs-situs yang bersejarah itu akan dihancurkan, dalam pandangan Wahabiyah karena hal itu syirik. Padahal, menurut Hasyim, itu tidak betul karena justru situs-situs itu penting untuk sejarah. Kalau keinginan itu sekarang ingin diulang lagi, seluruh umat Islam di dunia harus menentang.

Menurut Hasyim, pemerintah Indonesia bersama kekuatan organisasi Islam lainnya harus bisa menolak, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan seluruh ulama di Indonesia. Dia menilai rencana pemindahan makam Nabi itu dapat dimungkinkan sebagai manuver dari kelompok tertentu untuk menimbulkan keguncangan di kalangan umat Islam.

Sementara menurut pengamat Islam Agus Abubakar, rencana perluasan Masjid Nabawi, tempat Nabi Muhammad dimakamkan, sudah lama berkembang.

"Masjid Nabawi itu kan sudah memang kita lihat, setiap dinasti berusaha untuk memperluas masjid, memperbesar. Hanya umumnya mereka tidak ada yang berani mengubah atau mengganti posisi makam Nabi," jelas Agus, seperti dikutip BBC.

Selama ini imbuh Agus, pemerintah Arab Saudi mengatakan setiap rencana perubahan terhadap tempat-tempat yang sangat dihormati masyarakat muslim akan dipertimbangkan secara matang.

Buat meredam keresahan masyarakat di Indonesia yang mayoritas beragama Islam, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin akhirnya angkat suara. Menag mengatakan, masyarakat tak perlu ikut terpancing soal informasi dipindahkannya makam Nabi Muhammad SAW.

Lukman menegaskan, pemberitaan yang beredar lewat harian Inggris The Independent, yang mengatakan akan dipindahkannya makam Nabi Muhammad tegas dibantah oleh Arab Saudi.

Ia pun mengaku telah melihat informasi tersebut pada Kamis pagi 4 September 2014. Dalam berita ditulis, sejumlah tokoh-tokoh besar Islam di dunia memberikan pandangan soal rencana pemindahan makam Rasulullah.

Menurut Lukman, ia langsung menghubungi Duta Besar Arab Saudi untuk mengonfirmasi kebenaran berita itu.

"Saya mengontak Dubes Arab Saudi untuk tabayun atau tradisi mencari kejelasan di kalangan muslim ketika mendengar berita yang perlu dikonfirmasi. Jam 1 saya ketemu Dubes Mustofa Ibrahim Al Mubarok. Saya sampaikan saya sangat berkeberatan dengan rencana pemindahan tersebut," kata politisi PPP itu di Kantor Kemenag, Jakarta, Kamis 4 September 2014.

Menurut Lukman, keberatannya didasari banyak hal. Salah satunya, riwayat sahih Muslim yang mengatakan, makam Nabi terletak di tempat sangat tepat untuk memohon doa. Selanjutnya, Lukman menuturkan masyarakat besar di Indonesia pasti keberatan.

"Makam tersebut terletak di tempat (Raudhah) yang sangat makbul saat kita berdoa di sana. Karenanya sebagian besar umat Islam di Indonesia berkeberatan," tandas Lukman.

Lukman mengaku melihat berita rencana pemindahan makam Nabi Muhammad SAW di harian Inggris The Independent. Adapun informasi yang berkembang adalah makam tempat dibaringkannya Nabi Muhammad SAW yang terletak di Masjid Nabawi, diusulkan dipindahkan ke makam tak bertanda di pemakaman Al-Baqi di Madinah.

Tapi hal tersebut jelas dibantah Pemerintah Arab Saudi. Bahkan pihak Arab Saudi mengaku telah memiliki komitmen khusus terkait makam Nabi Muhammad SAW.

"Tidak ada rencana (dipindahkan) bahkan punya komitmen melindungi makam. Maka telah jelas bahwa berita itu tidak benar. Dubes Arab mengimbau ormas, tokoh agama, mudah-mudahan bisa menerima konfirmasi ini," tegas Lukman.

Kendati demikian, pihak Arab Saudi dan Menteri Lukman Hakim membenarkan adanya rencana perluasan Masjid Besar Nabawi. Namun bisa dipastikan, makam Nabi Besar umat Islam itu tak akan dipindahkan. "Memang benar ada rencana perluasan masjid," pungkas Lukman.

Berita Dipelintir?>>>


Berita Dipelintir?


Kabar adanya rencana pembongkaran Makam Nabi Muhammad SAW bikin heboh khalayak ramai. Bahkan menuai protes. Banyak pihak yang tidak setuju atas pemindahan Makam Sang Nabi Terakhir. Tapi kabar itu ternyata tidak benar.

Surat Kabar Inggris The Independent dilaporkan telah memelintir kabar yang berasal dari Saudi Newspaper. Juga disebut mencuri informasi serta mengklaim bahwa kabar itu didapat secara eksklusif. Atau dengan kata lain, melakukan tindakan plagiarisme.

Demikian yang dikatakan Wakil Pemimpin Redaksi Saudi Newspaper, Mowafaq al-Nowaysar, seperti dilaporkan Dhaka Tribune, dan dimuat Liputan6.com, Jumat 5 September 2014.

Menurut Al-Nowaysar, pihak The Independent salah menerjemahkan berita dari Saudi Newspaper berbahasa Arab yang diterbitkan di Mekah pada 25 Agustus 2014. "(The Independent) Terjebak dalam pemahaman yang salah," ujar dia.

Dalam laporannya pada 1 September 2014, The Independent menuliskan bahwa makam Nabi Muhammad di Masjid Nabawi, Madinah akan 'dibongkar' dan akan dipindahkan ke lokasi yang belum diketahui jelas.

Pada artikel media Inggris itu juga disebutkan, sementara itu, ada perintah untuk 'mengisolasi' makam Nabi SAW, bukan 'menghancurkannya'. Kata Al-Nowaysar, The Independent juga mencuri isi berita dari pihaknya, Saudi Newspaper.

Di lain pihak, The Independent mengklaim bahwa laporannya itu eksklusif dan banyak media lain yang mengutipnya dengan menulis kredit The Independent.

Wakil Pemimpin Redaksi The Independent Will Gore mengaku dirinya tak menyadari ada laporan soal Mekah di korannya. Tapi kemudian ia menjelaskan bahwa sumber itu didapat dari seorang akademisi di Arab Saudi Dr Irfan al-Alawi yang sudah membaca langsung karya Dr. Ali bin Abdulaziz al-Shabal.

"Informasi artikel kami berasal dari akademisi Dr Irfan al-Alawi, yang telah membaca langsung karya Dr Ali bin Abdulaziz al-Shabal dan (Dr Irfan al-Alawi) prihatin dengan isinya. Artikel Independent sebelumnya selama beberapa tahun terakhir memang kerap mengangkat soal pendekatan pemerintah Saudi atas situs sejarah di Mekah dan Madinah," papar Gore.

Koran Inggris The Independent dan Saudi Newspaper boleh saja adu argumentasi mengenai pemberitaan tersebut. Yang jelas, pembongkaran makam Nabi Muhammad SAW bakal memancing reaksi banyak negara Islam, termasuk Indonesia. (Riz)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya