Liputan6.com, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendukung penuh kebebasan pers. Namun kebebasan yang ia maksud bukanlah bebas yang kebablasan, melainkan kebebasan yang membawa amanah dan memberi manfaat.
SBY mengakui, jika sering ada 'gesekan' antara pemimpin di negara mana pun dengan pers karena kritikannya. Jika ia mendapat kritik yang terlalu tajam dari pers, SBY mengaku sering 'curhat' ke teman-temannya yang tak lain beberapa pemimpin dunia.
"Saya sering mendapat kritikan dari pers, bahkan sampai Ibu Ani (Ani Yudhoyono) bilang kok berlebihan. Kadang-kadang jika kritikan pers itu bertubi-tubi saya berbicara ke PM Australia, ke pemimpin-pemimpin negara di Eropa bahkan Jepang. Nasibnya tidak jauh beda," kata SBY saat peluncuran buku bertajuk SBY dan Kebebasan Pers Testimoni Komunitas Media di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (5/9/2014) malam.
Namun demikian, SBY menilai beragam kritik tersebut menunjukkan kecintaan rakyat kepada pemimpinnya. Bahkan, jika tidak dengan kritikan melalui pers, bisa saja dirinya salah menggunakan kekuasaan.
"Hubungan antara pers dengan pemimpin, dengan negara sering disebut benci tapi rindu, itu benar adanya. Siapa pun yang jadi presiden atau pemimpin akan merasakan ini. Tapi jika tidak dengan kritikan pers, bisa saja saya keluar jalur atau salah menggunakan kekuasaan," ungkap SBY.
Maka dari itu, SBY mengucapkan rasa terima kasih kepada insan pers yang telah mengawal pemerintahan yang dipimpinnya 10 tahun berturut-turut tersebut, dengan segala dinamikanya.
"Kalau kita simpulkan, pers itu sangat besar perannya. Saya sebagai seorang pemimpin yang mengemban amanah selama 10 tahun, itu benar adanya. Benci tapi rindu," tandas SBY. (Ali)
Baca juga:
Jokowi Tidak Rombak Masterplan Pemerintahan SBY
SBY-Jokowi Sepakat Tidak Saling Menyalahkan dan Mengkritik
SBY: Kita Bantu Tim Transisi Jokowi