Lutung Jawa Marak Dijual Online, Aktivis Kampanye di Malioboro

Swasti mengatakan, nasib lutung Jawa semakin merana karena pengetahuan masyarakat tentang satwa langka ini sangat minim.

oleh Yanuar H diperbarui 19 Sep 2014, 23:57 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2014, 23:57 WIB
Lutung Jawa Marak Dijual Online, Aktivis Kampanye di Malioboro
(Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Liputan6.com, Yogyakarta - Aktivis pecinta satwa lutung Jawa (Trachypithecus auratus) prihatin dengan maraknya perdagangan satwa asli Jawa, lutung Jawa di beberapa daerah, termasuk Yogyakarta. Satwa yang hanya ada di daerah Jawa ini, saat ini mulai berkurang dan terancam punah.

Aktivis Protection of Forest and Fauna (Profauna) Swasti Prawidya Mukti mengatakan, lutung Jawa ini banyak diperjualbelikan baik secara langsung atau pun melalui media online. Perdagangan lutung ini mulai marak di media online sejak beberapa tahun ini.

"Kondisi mereka saat ini sangat terancam satwa dan habitatnya. Baik langsung maupun online. 2 Tahun ini kecerendungan banyak di online," ujar Swasti di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (19/08/2014).

Swasti mengatakan, nasib lutung Jawa semakin merana, karena pengetahuan masyarakat tentang satwa langka ini sangat minim. Sangat ironis satwa asli Jawa namun masyarakat tidak mengenal seperti orang utan yang asli dari Kalimantan.

Padahal, lanjut Swasti, lutung Jawa sudah dilindungi undang-undang agar tidak diperjualbelikan secara umum. UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya terhadap perlindungan satwa menyebutkan, pelaku bisa dihukum 5 tahun penjara dan denda 100 juta jika memperjualbelikan.

Untuk itu, Swasti bersama aktivis dari daerah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat berkampanye di Malioboro untuk memberi edukasi masyarakat tentang binatang asli Jawa yang mulai terancam punah itu.

"Kampanye perlindungan lutung Jawa karena satwa ini endemik aslinya hanya ada di pulau Jawa, tapi kita tidak perhatikan. Masyarakat mengira lutung Jawa ini seperti monyet-monyet yang lain. Tidak banyak masyarakat yang tahu kalau lutung Jawa ini dilindungi undang-undang. Ironis ya," ujar Swasti.

Swasti menyebut, jumlah satwa lucu ini belum ada data pasti, namun jumlahnya semakin berkurang. Kebanyakan masyarakat mengambil lutung Jawa untuk dipelihara dan tidak dikonsumsi. Sifat jinak dan lucu membuat masyarakat suka memelihara lutung Jawa.

"Belum ada yang bisa dipastikan jumlahnya. Sudah nggak banyak dan ditemui dan berpindah-pindah. Sementara perburuan terjadi terus-menerus. Kami ke hutan ke Jawa Timur dulu bisa lihat 5 sampai 6 kelompok lutung. Sekarang cuma 1 sampai 2 kelompok, itu juga harus nyari dulu," ujar dia.

"Lutung ini ada Jawa Barat dan Jawa Timur kalau Jateng (Jawa Tengah), DIY itu masih ada seperti di Merapi itu masih ada. Jumlahnya ga bisa dipastikan," sambung Swasti.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya