Malam 1 Suro, Tembang Macapat Bergema di Kaki Merapi

Malam 1 Suro digunakan sebagian masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta, untuk melakukan tradisi.

oleh Yanuar H diperbarui 25 Okt 2014, 00:23 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2014, 00:23 WIB
Malam 1 Suro
Malam 1 Suro digunakan sebagian masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta, untuk melakukan tradisi.

Liputan6.com, Yogyakarta - Malam 1 Suro digunakan sebagian masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta, untuk melakukan tradisi seperti tirakatan dan mubeng beteng. Ada juga warga yang memperingatinya dengan peresmian suatu tempat. Yakni meresmikan bangsal Zoetmulder di Omah Petruk Karang Kletak, Kaliurang Pakem Sleman.

Peresmian pendopo Zoetmulder di kaki Gunung Merapi ini dilakukan dengan melantunkan tembang macapat -- puisi tradisional Jawa -- yang merupakan warisan leluhur Keraton Ngayogyokarto. Lantunan tembang macapat ini dipimpin langsung oleh Manu J Widya Saputra.

"Ini untuk meresmikan pendopo Zoetmulder dan memperingati malam 1 Suro," kata Manu yang juga dosen Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) UGM di Yogyakarta Jumat (24/10/2014).

Manu menjelaskan prosesi peresmian dilakukan dengan menyiapkan sesaji tumpeng pala pendem kacang-kacangan pisang ingkung dan tumpeng. Setelah sesaji siap, rombongan membawa sesaji tersebut ke panepen Mbok Turah di bagian atas Omah Petruk.

"Ini kita bawa ke atas dulu ke Mbok turah. Lalu turun lagi ke bangsal, macapatan. Lalu dilarung ke sungai yang berhulu di Gunung Merapi," ujar Manu.

Pantauan Liputan6.com, ada belasan orang menggunakan pakaian adat Jawa kain lurik khas abdi dalem Kraton yang berada di lokasi peresmian pendopo Zoetmulder.

Belasan orang ini dengan khidmat melantunkan tembang yang salah satunya adalah Kidung Rumekso Ing Wengi yang merupakan warisan Sunan Kalijaga. Prosesi ini diharapkan memberikan efek positif bagi tanah air.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya