Liputan6.com, Surabaya - 10 November 1945, atau 69 tahun lalu, pertempuran terbesar yang terjadi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia bergolak di Surabaya. Jiwa arek-arek Suroboyo terkobar oleh pidato Bung Tomo yang menggelora. Inilah peristiwa yang berujung pada penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan. Baca: [Mohamad Mangoendiprodjo, Pejuang Perang 10 November di Surabaya]
Bismillahirrohmanirrohim..
Merdeka!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.
Kita semuanya telah mengetahui.
Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
...
(Petikan Pidato Bung Tomo)
Seperti dikutip dari Sejarahtni.org, (10/11/2014), kala itu, rakyat Indonesia telah merdeka dari penjajahan Jepang dan Belanda. Namun tiba-tiba Inggris datang ke tanah Jawa.
Pertempuran Surabaya dilatarbelakangi adanya perbedaan persepsi tentang kepemilikan senjata. Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Indonesia yang baru saja mendapatkan senjata rampasan dari tentara Jepang diminta Inggris untuk menyerahkan senjata. Perintah itu dianggap Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Indonesia sebagai intervensi terhadap kedaulatan kemerdekaan. Permintaan Inggris itu sama saja tidak memperkenankan untuk melindungi diri.
Selain itu, tentara Indonesia mengendus gelagat Belanda ingin menggunakan perintah penyerahan senjata itu sebagai cara melemahkan pertahanan Indonesia, agar bisa kembali menjajah Indonesia. Saat itu, Belanda membonceng Inggris untuk masuk kembali ke Indonesia dalam misi bernama NICA = Netherlands Indies Civil Administration.
Sejak perintah Inggris ke Indonesia untuk menyerahkan senjata, kondisi di Surabaya mulai kurang kondusif. Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat yang semula mendukung dan membantu tentara Inggris dalam melucuti tentara Jepang, mulai mengambil jarak dan mulai melakukan perlawanan terhadap Inggris demi mempertahankan senjata dan kedaulatannya untuk mempertahankan diri.
Serangan yang dilancarkan Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Indonesia terhadap tentara Inggris dan Belanda pun mulai terjadi. Atas permintaan Inggris, Bung Karno dan Bung Hatta datang ke Surabaya untuk menenangkan keadaan.
Namun perlawanan arek Suroboyo tetap tak padam dan justru terjadi pertempuran besar yang merenggut nyawa Jenderal Mallaby. Inggris pun murka dan mengultimatum Tentara Keamanan Rakyat serta rakyat, khususnya di Surabaya, untuk menyerahkan senjata paling lambat 10 November 1945. Jika tidak, Inggris akan menggempur Surabaya habis-habisan.
Â
Mendengar ultimatum tersebut, Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Surabaya tak gentar. Selain karena pidato Bung Tomo yang mengobarkan jiwa arek Suroboyo, beberapa organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Masyumi juga mengeluarkan pernyataan bahwa perang mempertahankan kedaulatan adalah bentuk jihad.
Ultimatum penyerahan senjata itu tidak ditanggapi Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat di Surabaya. Sehingga terjadilah pertempuran besar di Surabaya 10 November 1945.
Dalam waktu 3 hari, tentara Inggris memang berhasil menguasai Kota Surabaya, tetapi serangan-serangan dari Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat di Surabaya berlangsung selama sekitar 3 pekan. Tentara Inggris sangat kewalahan menghadapi pertempuran itu sampai harus mendatangkan bala bantuan dan memborbardir kota Surabaya dengan pesawat terbang dan kapal perangnya.
Walau pun akhirnya tentara Inggris berhasil menguasai kota Surabaya, namun pertempuran itu menjadi sebuah bukti bahwa Indonesia sudah menjadi suatu negara yang berdaulat dan rakyat Indonesia sepenuhnya mendukung kemerdekaan, sampai rela berjuang mati-matian demi mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan itu.
Pertempuran ini menjadi semacam pembangkit semangat seluruh rakyat Indonesia untuk tetap mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Pemerintah Indonesia pada akhirnya menetapkan 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan demi menghormati semangat juang arek-arek Suroboyo yang berjuang mempertahankan kedaulatan sampai gugur di medan perang.
Pada 10 November 1983, Pendiri Microsoft Bill Gates memperkenalkan Windows 1.0 yang merupakan sistem operasi pertama untuk komputer personal. Pada tanggal yang sama di tahun 2009, terjadi pertempuran laut antara Korea Utara dan Korea Selatan. (Rmn)
10-11-1945: Pidato Bung Tomo & Perang Arek Suroboyo Lawan Inggris
Jiwa arek-arek Suroboyo terkobar oleh pidato Bung Tomo yang menggelora untuk bertempur melawan Inggris.
diperbarui 10 Nov 2014, 06:00 WIBDiterbitkan 10 Nov 2014, 06:00 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Bangga, Pembalap Sepeda Indonesia Satu Race dengan Pembalap Legenda Dunia Mark Cavendish
Ridwan Kamil Ditemani Maruarar Sirait, Teken Pakta Integritas dengan Kelompok Multietnik Jakarta
Pupuk Kaltim Andalkan SNI Demi Tingkatkan Daya Saing Global
Mendag Budi Lepas Ekspor Produk Furnitur Senilai USD70.000 ke AS dan Prancis
Portofolio Green Loan BNI Tumbuh Double Digit Sejak 2021
Anggota Kongres AS Sambut Baik Surat Penangkapan Benjamin Netanyahu, Biden Marah-Marah
DP3AP2KB Kota Cilegon Kumpulkan Calon Pengantin Sebagai Upaya Cegah Stunting Sejak Dini
Pastikan Layanan Prima, Pertamina Patra Niaga Gencar Inspeksi ke SPBU
BTN Komitmen Terapkan ESG di Semua Lini Bisnis, Ini Buktinya
Pencegahan Sejak Dini, Ratusan Pelajar di Pekanbaru Nyatakan Lawan Peredaran Narkoba
Ini Pesan Mendag Budi saat Lepas Ekspor Adonan Roti ke Uni Emirat Arab
Top 3 Berita Hari Ini: Candaan Ridwan Kamil Soal Janda Saat Kampanye Tuai Kecaman, Susi Pudjiastuti Ikut Angkat Bicara