Makna Posisi Jokowi Diapit Obama dan Xi Jinping

Hikmahanto Juwono mengatakan, banyak negara lain berharap Jokowi memiliki peran sama dalam membawa Indonesia sebagai negara juru damai.

oleh Oscar Ferri diperbarui 11 Nov 2014, 17:01 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2014, 17:01 WIB
Jokowi foto bersama Obama
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana berfoto bersama Presiden Obama di Beijing. (setkab.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economy Community (KTT APEC) di Beijing, China, menjadi perhatian khusus para pemimpin negara adidaya. Bahkan Presiden Amerika Serikat Barack Obama melakukan pertemuan bilateral pertama dengan Presiden Jokowi.  

Tak hanya itu, saat sesi foto bersama pemimpin negara peserta APEC, Jokowi berdiri diapit di antara Presiden Barack Obama dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Sebelah Xi Jinping, berdiri Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, posisi berdiri Jokowi itu dapat dimaknai sebagai Indonesia jadi rebutan 2 negara besar yakni AS dan Tiongkok.

"Memang dari perspektif Indonesia posisi berdiri (Jokowi) ini dapat dimaknai sebagai Indonesia menjadi 'rebutan' 2 negara besar, AS dan Tiongkok. Ini tentu membuat Indonesia tersanjung," kata Hikmahanto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/11/2014).

Namun posisi berdiri ini seharusnya dilihat juga dari perspektif tuan rumah, yaitu Tiongkok. Perspektif Tiongkok penting karena sebagai tuan rumah maka tuan rumah yang 'mengatur' siapa berdiri di mana.

Hal ini pernah dilakukan oleh Presiden RI sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono, pada KTT East Asia Summit (EAS) 2011, ketika terjadi ketegangan antara AS dan Tiongkok terkait masalah Laut Cina Selatan. Indonesia saat itu menjadi tuan rumah KTT EAS 2011‎.

"Secara sengaja SBY mendudukan Presiden AS dan PM China Wen Jiabo bersebelahan. Tujuannya, agar ketegangan dapat cair melalui komunikasi informal kedua kepala pemerintahan," ucap Hikmahanto.

Untuk itu, kata Hikmahanto, posisi Jokowi juga bisa dilihat dari perspektif Indonesia sebagai penengah. Di sini, kata Hikmahanto, Tiongkok membutuhkan pihak ketiga dalam menyikapi ketegangan Tiongkok dengan negara-negara lain, termasuk AS. Dan pihak ketiga itu adalah Indonesia melalui personifikasi Jokowi.

Masih kata Hikmahanto, ‎sebenarnya sebagai presiden negara besar, Obama sepantasnya berdiri di samping Xi Jinping selaku tuan rumah[ KTT APEC](/2132393 ""). Namun untuk menghindari kesan bahwa ketegangan terselesaikan dengan penyelenggaraan KTT APEC, maka Presiden Jokowi diposisikan di antara 2 negara besar yang terlibat dalam ketengangan.

"Di sini Indonesia memang dijadikan negara yang netral dan dapat berperan sebagai juru damai yang jujur. Peran ini yang telah dibangun Presiden SBY dan diapresiasi oleh masyarakat internasional," ucap dia.

Oleh karena itu, banyak negara lain berharap Jokowi memiliki peran yang sama dalam membawa Indonesia sebagai negara juru damai. Sebab peran penting Indonesia itu harus terus dilanjutkan oleh Jokowi. "Presiden Jokowi harus menyampaikan kepada masyarakat internasional bahwa peran tersebut akan tetap diemban‎," tukas Hikmawanto. (Mut)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya